Ramlah Abubakar, S. Kom
Sebagai guru tentu saja saya sangat menginginkan agar siswa-siswi saya bisa belajar lebih bersemangat agar pembelajaran bisa lebih bermakna. Disamping pembelajaran yang lebih bermakna saya juga ingin siswa saya bisa mengerti dengan apa yang saya sampaikan, tidak hanya mereka datang, duduk, diam ataupun melakukan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran, seperti pada saat masuk Laboratorium siswa-siswi biasanya langsung menyalakan komputer dan buka aplikasi game ataupun aplikasi lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran yang saya ajarkan. Saya ingin agar siswa saya mampu berlogika apalagi sejak Pandemi kemarin peralihan dari kelas IX SMP ke kelas X SMK sungguh sangat berbeda, karena pada saat SMP mereka belajar secara online dan masing-masing sekolah pembelajarannya sangat beragam, masih mending jika sekolah mereka dulu berada di pusat kota pembelajarannya agak maju jika dibandingkan siswa yang sekolahnya di daerah pedalaman otomatis cara belajar siswa-siswa tersebut sangat berbeda. Saya sangat ingin siswa siswi yang saya ajar tersebut bisa setara dan sama pengetahuannya atau bisa hampir sama dengan teman-teman mereka sekelas. Tetapi kondisi yang saya hadapi sekarang ini sangat bertolak belakang dengan keinginan saya untuk menyamakan pengetahuan yang mereka miliki. Dalam kelas yang saya ajar ini cuma ada tiga orang siswa yang tinggal di kota kabupaten dan disekolah yang sama, tetapi tiga siswa tersebut mempunyai pemahaman yang berbeda-beda dan kemampuan yang berbeda pula, apalagi dengan siswa yang tinggal di pedalaman dan sekolahnya tidak dijangkau informasi yang baik pada saat proses belajar mengajar waktu pandemi kemarin. Kondisi ini sangat mempengaruhi proses belajar mengajar yang saya lakukan sekarang. Apalagi mata pelajaran yang saya ajarkan adalah Dasar Kejuruan dan kebetulan saya mengajar di SMK Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) untuk memahamkan kepada siswa sangat susah jika mereka belum ada dasar sama sekali tentang komputer, malahan pada saat asesmen diagnostik kemarin hampir semua siswa tidak pernah mengoperasikan komputer dalam satu kelas cuma ada beberapa siswa yang pernah mengoperasikan komputer.
Setelah melakukan asesmen diagnostik ternyata ada beberapa siswa yang memilih jurusan Rekayasa Perangkat Lunak bukan karena keinginannya sendiri ada yang disarankan oleh orang tuanya, kakaknya ataupun keluarga mereka yang lain bahkan ada juga beberapa siswa yang hanya pilih jurusan saja tanpa mengetahui apa yang akan dipelajari dan apa yang akan ditemui di jurusan ini. Sehingga cara belajar dan cara memahami pelajaran sangat beragam. Ditambah lagi mereka yang masuk ke jurusan ini cuma tahunya akan belajar Microsoft Office saja seperti word, excel dan Power Point. Kondisi dari belajar online waktu SMP karena pandemi membuat mereka (ini menurut pengakuan mereka) tidak mengerti dengan materi yang disampaikan oleh gurunya alasannya karena online jadi mereka tidak bisa mengerti apa yang dijelaskan oleh gurunya, malahan pada saat saya bertanya tentang matriks karena mata pelajaran dasar kejuruan berhubungan juga dengan matematika, kata mereka waktu SMP mereka tidak pernah belajar matriks, makanya saya juga heran mendengar jawaban mereka, bahkan saya tampilkan contoh matrik katanya mereka tidak pernah mendapatkannya waktu SMP. Itu juga yang menjadi penghalang saya untuk melanjutkan ke materi-materi yang agak kompleks, takutnya mereka lebih tidak paham lagi dengan apa yang saya bicarakan. Belum lagi hanya ada beberapa siswa dalam satu kelas itu yang punya Laptop itupun bukan punya mereka pribadi melainkan punya orang tua, kakak ataupun keluarga mereka yang mereka pinjam untuk proses pembelajaran. Padahal di daerah yang lebih maju seyogyanya seorang siswa yang memilih Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) harus sudah mempunyai Laptop, tapi iniā¦.? Miris memang di era sekarang ini siswa memang lebih memilih dibelikan motor dan HP yang mahal ketimbang Laptop dan orang tuanya juga tidak mengerti kalau anak mereka lebih butuh Laptop dibandingkan motor yang keren dan HP yang mahal. Fenomena yang seperti itulah yang mengakibatkan siswa malas belajar dan lebih mementingkan HPnya dan bercerita dengan teman-temannya daripada serius untuk belajar. Masih untung kalau yang mereka lihat di HPnya tentang informasi yang menyangkut pelajaran ataupun materi pembelajaran di youtube ataupun membaca materi pembelajaran di aplikasi lain, tapi yang mereka lakukan melihat tiktok, buat status di sosmed dan kebanyakan laki-lakinya lebih suka main game, dan pada saat masuk belajar juga membuka atau menyalakan komputer langsung buka aplikasi game di komputer bawaan dari windows, pendeknya saya mau mengajar tetapi siswa saya lebih suka memegang HPnya atau pun mengerjakan yang lain ketimbang belajar.
Dari kondisi siswa saya tersebut, saya mulai memikirkan cara apa yang akan saya gunakan agar pembelajaran lebih bermakna. Salah satunya dengan belajar menggunakan HP. Awalnya saya mengirimkan ke group belajar mereka materi Algoritma Pemrograman dalam bentuk pdf, audio dan video. Saya mengirimkan ke group mereka semua materi yang menyangkut Algoritma dan pemrograman tersebut, ada juga link audio, dan video dari Youtube yang mereka bisa tonton. Pertama-tama saya menyuruh mereka menyimak materi baik pdf, audio dan video kemudian mereka menanyakan kepada saya tentang materi tersebut yang tidak mereka mengerti, awalnya saya menjelaskan dengan lebih mendetail, tetapi saya lalu berpikir metode tersebut tidak bisa dilakukan terus menerus lama-lama siswa tersebut akan selalu berharap kepada saya sebagai guru. Sementara dikurikulum merdeka guru tidak lagi harus seperti itu, guru seharusnya menjadi fasilitator untuk siswa saja. Dalam pembelajaran ini saya menggunakan metode pembelajaran aktif learning Peer Teaching (Tutor sebaya). Tutor sebaya berarti siswa mengajar siswa lainnya atau yang berperan sebagai pengajar (tutor) adalah siswa. Metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) adalah suatu strategi pembelajaran yang kooperatif di mana rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja sama. Tutor sebaya (peer teaching) memudahkan belajar, siswa berpartisipasi aktif dan dapat memecahkan masalah bersama-sama, sehingga pemerataan pemahaman terhadap materi pembelajaran yang diberikan dapat tercapai. Karena materi saya sudah share ke group pembelajaran mereka, saya mulai membagi kelompok berdasarkan materi tersebut satu kelompok 4 orang dan kelompok tersebut bertugas untuk menjelaskan kepada kelompok lainnya. Akhirnya lambat laun siswa sudah mulai memperhatikan pelajaran, dan pada hari-hari berikutnya juga seperti itu. Sekarang saya sudah tidak membagi kelompok lagi karena saya lihat mereka sudah secara sadar membaca materi dan sudah bisa menjelaskan sendiri kepada teman-teman mereka tentang materi yang tidak mereka mengerti bahkan mereka bisa mempraktekkan materi yang saya berikan kepada mereka sehingga teman-temannya yang tidak mengerti dengan materi tersebut bisa mengerti dengan penjelasan praktek dari temannya. Contohnya pada materi algoritma bercabang ada siswa yang mempraktekan yang berperan sebagai mobil, yang akan menuju ke arah persimpangan tersebut, dipersimpangan tersebut terdapat perempatan mobil tersebut harus memilih ke jalur mana akan menjadi tujuannya. Dan bahkan sekarang pada saat saya beralih ke materi untuk menginstal program dengan aplikasi untuk materi dasar kejuruan saya hanya memperlihatkan langkah-langkahnya kepada beberapa siswa sehingga siswa yang mengerti tersebut memberikan pemahaman dan mempraktekkannya step by step dengan temannya, sehingga saya sebagai guru tidak perlu capek-capek lagi menginstal seluruh komputer dan Laptop mereka satu persatu. Itu sangat mempengaruhi proses belajar siswa, karena tidak semua siswa mampu dan mengerti apa yang dimaksud dari gurunya tersebut sehingga membutuhkan teman seusia mereka untuk mentranslate apa yang dijelaskan dan diinginkan oleh guru tersebut. Dengan metode pembelajaran berbasis aktif learning dengan peer teaching (tutor sebaya) membuat suasana belajar dalam kelas saya menjadi berarti dan bermakna sehingga siswa bisa mencapai kompetensi yang diinginkan oleh gurunya.
Alhamdulillah saya sungguh tak menyangka ternyata dengan metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) dan memahami apa yang disukai oleh siswa, siswa dapat lebih memahami materi pembelajaran bahkan bisa mempraktekkan hasil dari pemikiran mereka, akhirnya akan terwujud pembelajaran yang lebih berarti dan bermakna. Ternyata dengan memberikan apa yang siswa inginkan bukan berarti siswa tidak bisa mengerti tentang mata pelajaran tersebut malahan sebaliknya siswa menjadi semangat dalam belajar, begitulah kurikulum merdeka belajar pembelajaran objeknya siswa buka ke gurunya lagi seperti dahulu. Siswa yang menjadi objek siswa juga yang melakukan serta siswa juga yang merasakan hasil dari kerja keras mereka. Yang paling membuat saya terkesan ketika siswa memposisikan dirinya sebagai mobil yang akan berjalan sesuai dengan algoritma bercabang sungguh sangat mengesankan karena saya sebagai guru tidak pernah menyarankan untuk melakukan hal tersebut saya cuma minta dia untuk menjelaskan tetapi hasilnya ternyata melebihi ekspektasi saya sebagai guru, sungguh saya sungguh bersemangat karena siswa saya juga lebih bersemangat lagi. Dalam metode pembelajaran yang saya lakukan ini tentu saja masih banyak yang perlu dikembangkan lagi untuk kedepannya disesuaikan dengan materi ajar berikutnya dan tentunya sesuai dengan guru dan siswa yang mengalaminya.