Bermain “ Peka Rasa “
Sejak tahun 2021 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sekarang sudah berganti nama menjadi Kementerian Pendidikan , Kebudayaan, Riset dan Teknologi menghapus UJian Nasional dan menggantikan dengan Asesmen Nasional. Salah satu poin pentingnya adalah pengukuran kemampuan literasi siswa. Berdasarkan hasil Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Pandemi Covid 19 yang berlangsung sampai sekarang telah memberikan perubahan yang signifikan terhadap cara dan pola belajar murid. Pembelajaran daring, tatap muka terbatas atau kombinasi keduanya merupakan salah satu upaya agar murid tidak kehilangan motivasi belajar. Murid – murid lebih sering menghabiskan waktunya dengan gawai. Gawai sepertinya lebih menjadi teman yang pas bagi murid selama pandemi, murid lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton video atau bermain game. Pandemi covid 19 juga menyebabkan semangat literasi siswa menurun, murid lebih menyukai tayangan-tayangan yang ada di HP mereka, hampir 85% murid lebih menyukai video ketika diberikan materi daripada bentuk penugasan yang lain. Hal ini yang menyebabkan kemampuan literasi yang lainnya ikut menurun.
Bulan Mei 2022 saya dipindahtugaskan ke salah satu sekolah negeri, yang sebelumnya saya mengajar di salah satu sekolah swasta terbaik di Kabupaten Jember. Tentu banyak sekali penyesuaian yang harus saya lakukan agar dapat memberikan kontribusi maksimal. Setelah sepekan mengajar hal pertama yang menarik perhatian saya adalah kemampuan literasi murid yang rendah hal ini bisa saya simpulkan dari bagaimana cara murid mampu memhami sebuah bacaan sederhana. Hampir rata-rata murid belum dapat sepenuhnya memahami bacaan secara utuh. Banyak murid masih kebingunan ketika harus menjawab soal-soal yang terdapat dalam bacaan. Dalah hati kecil saya, banyak sekali pertanyaan yang muncul. apa yang mesti saya lakukan? langkah awal apa yang harus saya mulai, ?, Bagaimana saya bisa memulainya ?
Dengan niat yang baik untuk ikut meningkatkan kemampuan literasi murid-murid di sekolah , saya mulai membuat catatan kecil hal-hal positif yang ada dari murid, apa yang paling murid sukai, apa saja minat mereka dan apa saja asset yang ada disekolah yang dapat saya manfaatkan untuk mendukung rencana saya. Dari catatan – catatan ini saya mulai mendiskusikan dengan murid dan beberapa rekan guru mengenai kegiatan seperti apa yang mereka inginkan. Dari pembicaraan-pembicaraan yang dilakukan mereka akhirnya kami sepakat untuk membuat sebuah pertunjukkan kecil yang saya beri nama Peka Rasa ( Panggung Boneka SD Sempusari Satu ).
Peka Rasa merupakan salah satu kegiatan alternatif untuk meningkatkan minat literasi siswa melalui kegiatan bercerita di sebuah panggung kecil. Dalam kegiatan Peka Rasa murid bisa menentukan sendiri tokoh, judul cerita, alur, latar dan lainnya sesuai dengan minat dan hobi murid. Cerita yang mereka pilih bisa cerita dongeng, cerita rakyat, fabel, legenda, mite atau cerita kekinian sesuai hobi dan minat murid.
Saya begitu optimis kegiatan ini bisa berjalan dengan baik, namun percayalah dalam sebuah jalan yang lurus dan mulus pun masih ada tanjangan, tikungan bahkan batu kericil kecil yang bisa menjadi sandungan. Begitupun dengan kegiatan Peka Rasa ini ada beberapa tantangan yang saya hadapi. Yang pertama adalah bahasa siswa yang belum sepenuhnya memahami penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar, hal ini dikarenakan murid berasal dari mayoritas penduduk sekitar sekolah yang bersuku Madura sehingga logat, dan penggunaan Bahasa Indonesia masih sangat dipengaruhi Bahasa Madura
Kedua , tantangan berasal dari dukungan asset sekolah yang kurang mencukupi, ini tentunya dapat mempengaruhi pelaksanaan program. Selama mengikuti PGP ( program pendidikan guru penggerak ) saya mendapatkan materi pengelolaan asset yang mendukung pelaksanaan program, tentunya saya harus berfikir untuk menggunakan aset yang ada semaksimal mungkin tanpa harus mengeluhkan asset yang tidka tersedia disekolah.
Ketiga , tantangan yang muncul adalah murid belum percaya diri untuk berani tampil didepan teman atau orang lain. Karena hampir dua tahun mereka belajar secara daring sehingga jelas sekali terlihat kesenjangan kepercayaan diri mereka satu sama lainnya. Murid belum terlalu mengenal teman-teman sekelas mereka karena selama ini hanya berjumpa dalam dunia virtual. Sehingga ada kecanggungan yang jelas saat mereka berbicara satu sama lain.
Saatnya memulai kegiatan Peka Rasa
Strategi saat memulai kegiatan Peka Rasa yang saya lakukan agar program berjalan dengan baik adalah saya menggunakan strategi “ SMART “
• SOSIALITATION
Dalam kegiatan ini saya memulai dengan mensosialisasikan program dengan pihak sekolah ( Kepala sekolah, rekan guru, wali murid dan murid ). Melalui kegiatan sosialisasi ini saya ingin mendapatkan beberapa masukan yang membangun agar program dapat dilaksanan dengan baik. Salah satu hasil positif yang didapatkan dari hasil sosialisasi adalah murid bisa menggunakan bahasa daerah saat tampil dalam kegiatan panggung boneka, bisa menggunakan secara utuh dialog dalam bahasa daerah ( Bahasa Jawa atau Madura ), atau kombinas dari Bahasa Indonesia, Bahasa Madura dan Bahasa Jawa dan ketika bercerita murid murid bisa bercerita secara individu dan kelompok.
• MAINTENANCE
Perbaikan-perbaikan kecil maupun besar selalu digunakan sebelum pelaksanaan program Peka Rasa dilakukan. Salah satu perbaikan yang dilakukan adalah tokoh-tokoh yang disediakan dalam Peka Rasa, seperti apa bentuk tokoh yang akan digunakan ( Boneka, wayang atau bentuk lainnya ). Karena ketersediaan asset sehingga diputuskan bahwa tokoh yang akan digunakan dalam program Peka Rasa dalam bentuk wayang tokoh sederhana yang bisa dibuat setiap murid yang akan bercerita, namun guru juga menyediakan tokoh-tokoh dari cerita yang popular di Indonesia.Penggunaan bahasa daerah juga diperbolehkan saat bercerita, dialek jawa atau Madura yang khas dari murid-murid juga menjadi bagian dari cerita.
• APLICATION
Dari hasil perbaikan yang ada saatnya saya melaksanakan program Peka Rasa ( panggung boneka SDN Sempusari 01 ). Program Peka Rasa dilaksanakan di kelas 4B setiap hari senin. Murid-murid secara bergiliran setiap pecan untuk melakukan pertunjukkan didepan kelas menggunakan properti yang mereka pilih sendiri. Awal pelaksanaan program murid-murid masih terlihat kaku, malu, dan kurang percaya diri, dialog yang digunakan sangat sederhana, terbatas dan intonasi yang monoton. Murid-murid juga nampak terburu-buru dalam bercerita.
• REFLECTION
Dari beberapa kali pelaksanaan program Peka Rasa saya membuat catatan kecil untuk menjadi refleksi saya agar program dapat terus berjalan dan semakin menjadi baik setiap pekannya. Kegiatan refleksi ini saya lakukan juga melibatkan murid sehingga murid dapat menyadari kelebihan yang dapat terus mereka tingkatkan dan mengurangi apa yang belum maksimal. Hasil-hasil refleksi ini dapat menjadikan murid-murid bisa tampil lebih baik dari pekan ke pekan berikutnya
• TRANSFORMATION
Setelah kegiatan Peka Rasa sukses diadakan dikelas saatnya membawa program ini menjadi program sekolah. Rencana ini baru akan saya laksanakan dibulan Januari 2023. Mengingat banyak sekali persiapan yang harus dilakukan karena melibatkan banyak rekan guru dan murid.
Dari kegiatan Peka Rasa saya mendapatkan refleksi bahwa dalam pelaksanaan sebuah program dibutuhkan banyak kolaborasi dengan orang lain, karena semakin banyak yang kita libatkan maka akan semakin banyak hal-hal positif yang bisa kita dapatkan agar program kita dapat berjalan dengan baik. Kolaborasi ini bersifat menguatkan dan membangung program kita. Dengan Peka Rasa ternyata kemampuan literasi murid dapat meningkat dengan signifikan karena sebelum murid tampil murid harus membaca, memahami cerita yang ingin mereka tampilkan.
Kendala dalam pelaksanaan program pasti kita temui tapi saya tetap yakin selama program yang kita laksanakan merupakan program yang baik maka dukungan positif pasti akan mengalir dengan deras. Yang terpenting adalah bagaimana kita tetap konsisten dalam melaksanakan program tersebut.