Sejarah merupakan bagian terpenting dari berdirinya sebuah bangsa. Akan tetapi dewasa ini banyak murid yang beranggapan bahwa belajar sejarah itu sangat membosankan. Mereka sulit membayangkan peristiwa bahkan tokoh yang terlibat dalam sebuah peristiwa sejarah. Entah itu karena penyampaian yang terlalu sulit dipahami ataupun metode pembelajaran yang sedang berlangsung dalam kelas tersebut. Terkadang peristiwa sejarah hanya menceritakan angka, misalkan sumpah pemuda dikumandangkan pada tahun 1928, Proklamasi kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tahun 1945. Nah, dari penjelasan itu bisa saja hanya menghasilkan ingatan murid yang berujung pada pengerjaan soal-soal ujian. Tidak menumbuhkan jiwa-jiwa kesejarahan dalam diri murid tersebut. Mereka tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa tersebut ? apa dampak dari berbagai peristiwa yang pernah terjadi dan menjadi poin penting berdirinya bangsa kita.
Kondisi ini menjadi gambaran pembelajaran sejarah bagi siswa kelas XI MIPA 1 di sekolah saya. Saat itu saya sedang menyampaikan materi tentang peristiwa yang terjadi di sekitar proklamasi. Mulai dari kejadian-kejadian yang berkaitan dengan proklamasi hingga sebuah peristiwa yang dikenal dengan Peristiwa Rengasdengklok dijabarkan, mereka kesulitan untuk memahami hubungan dari setiap peristiwa tersebut. Tetapi mampu untuk mengingat kapan peristiwa itu berlangsung. Nah dari kejadian itu, pertemuan berikutnya saya mulai menampilkan beberapa video. Mulai dari peristiwa di bomnya Hiroshima dan Nagasaki, hingga sampai kepada peristiwa pembacaan teks proklamasi. Akan tetapi ternyata dari penayangan video tersebut mereka semakin kebingungan, karena banyak nama-nama tokoh yang sulit mereka ingat, baik itu tokoh dari Indonesia maupun Jepang. Bahkan Sebagian dari mereka merasa mengantuk ketika menonton film tempo doloe kalau kata anak zaman sekarang. Jadi saya kembali memikirkan strategi yang tepat untuk mereka, yang sesuai dengan tujuan awal saya yakni mereka mampu memahami dan menghubungkan setiap peristiwa yang terjadi sebelum hingga setelah proklamasi tidak hanya dengan mengingat tanggal peristiwa tersebut.
Berbincang dengan guru bahasa Indonesia di sekolah saya, ternyata beliau akan mengadakan sebuah pentas drama. Nah, saya mengajukan untuk mengadakan kolaborasi antara mapel Sejarah dengan bahasa Indonesia tema pementasan drama sejarah. Ternyata murid antusias ketika dengan adanya pementasan tersebut.
Hal pertama yang murid lakukan adalah membentuk seksi-seksi sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Ada beberapa seksi yang dibentuk yaitu Seksi pembuatan naskah, Seksi Dekorasi/Tata Panggung, Seksi Kostum, Seksi Tata Lampu, Seksi Dokumentasi, dan Seksi Konsumsi, selebihnya adalah pemeran yang akan melakonkan tokoh di pementasan drama. Setelah itu seksi pembuatan naskah mulai merancang dan menulis naskah sesuai dengan topik yang akan dipentaskan. Naskah tersebut beberapa kali saya revisi sebagai guru sejarah, untuk lebih memperoleh penampilan yang maksimal dan sesuai dengan peristiwa sejarah yang terjadi. Menyusun naskah berarti mereka memberikan beberapa peran kepada tokoh yang akan dipentaskan. Saya memperhatikan bahwa tim penyusun naskah memberikan kesempatan kepada temannya yang kurang aktif dalam pembelajaran namun memiliki kemampuan untuk memerankan tokoh tersebut. Saya merasa bahwa mereka mulai memahami kemampuannya bahkan kemampuan temannya sendiri. Dari sini muncullah rasa saling mempercayai antar sesama teman. Setiap seksi bersemangat dan selalu berkolaborasi dengan divisi lainnya. contohnya seksi dekorasi berkolaborasi dengan seksi tata lampu dan seksi dokumentasi. Karena seksi pencahayaan juga memerlukan semacam peralatan lighting maka seksi ini meminta bantuan seksi tata panggung untuk memperadakan alat dan bahan tersebut. Setiap seksi nantinya akan mengajukan nominal anggaran yang diperlukan dan dilaporkan ke bendahara. Dari hal tersebut murid belajar berkolaborasi dan mengelola anggaran seminimal mungkin dengan memanfaatkan peralatan dan perlengkapan yang dimiliki oleh setiap murid. Nah, tidak terlupakan seksi konsumsi juga sangat berperan dalam pementasan drama ini, mereka menyiapkan konsumsi untuk para penonton dan guru yang hadir dalam pementasan drama tersebut.
Melihat mereka latihan, wah ternyata dengan pementasan ini mampu membuat murid saya lebih aktif terlibat sehingga di kepala mereka selalu terngiang-ngiang tentang peristiwa tersebut. Tiba pada hari-H pementasan drama tanggal 9 Juni 2022 saya sangat terpukau atas penampilan setiap murid. Saya berfikir bahwa penilaian yang selama ini saya lakukan rasanya kurang tepat apabila hanya menilai saat melakukan ulangan. Dari pementasan drama ini ada banyak bakat yang bisa kita temukan dan berbagai potensi yang ada dalam diri murid.
Dari hal tersebut, saya belajar bahwa untuk memberikan pemahaman kepada murid yang paling baik dilakukan adalah melibatkan langsung murid tersebut. Kita harus memperlihatkan bahkan harus diperagakan oleh mereka sendiri dengan begitu mereka mampu membayangkan bagaimana peristiwa tersebut bisa terjadi bahkan timbul pemikiran dari murid mengenai apa dampak yang bisa kita rasakan hingga saat ini. Mari kita belajar dari sejarah untuk meraih masa depan kita semua.