Only Duty (Olahan Limbah Daun Jati)

Sekolah kami, SMK Negeri 1 Klabang adalah sekolah yang terletak di pinggiran kabupaten Bondowoso. Meskipun demikian, akses untuk menuju sekolah kami cukup mudah karena jalan menuju sekolah kami bisa diakses dengan kendaraan umum. Lingkungan sekolah kami cukup asri karena berada disekitar perkampungan, persawahan dan perkebunan pohon jati.

Perkebunan pohon jati di wilayah kami menghasilkan kayu jati dengan kualitas yang cukup tinggi dan dimanfaatkan untuk keperluan furniture. Namun tidak demikian dengan daunnya, daun pohon jati muda dibiarkan menua begitu saja, meranggas, hingga membusuk dengan sendirinya bersama tanah. Padahal daun jati ini memiliki potensi sehingga jika diolah dengan baik mampu menghasilkan produk dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Pengolahan daun jati yang belum maksimal disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kurangnya pengetahuan untuk memanfaatkan limbah menjadi produk yang bernilai ekonomi. Di sisi lain kami beranggapan bahwa sekolah adalah miniatur masyarakat dimana murid belajar dan dididik agar memiliki bekal untuk hidup dalam masyarakat. Mereka dituntun untuk mengembangkan potensi dalam dirinya agar memiliki bekal untuk hidup dalam masyarakat. Pendidikan yang merdeka, dimana siswa belajar dengan cara yang menyenangkan tanpa paksaan. Berangkat dari peluang dan kesempatan ini maka kami juga ingin memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi murid kami dengan memanfaatkan aset yang ada yaitu limbah daun jati untuk diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi.

Tantangan dalam proses pembelajaran ini adalah bagaimana kami menggiring murid agar dapat berpikir kreative untuk mengolah limbah tersebut. Tidak hanya itu, kami juga belum memiliki tenaga yang benar-benar ahli dalam mengolah limbah ini. Sehingga kami belajar secara otodidak dalam mengolah limbah ini melalui informasi dari buku maupun dari internet.

Pembelajaran ini kami masuk pada program kokurikuler dimana tidak hanya guru, namun murid juga terlibat aktif dalam merencanakan, menjalankan aksi, hingga merefleksikan hasil belajarnya. Aksi pertama yang kami lakukan adalah mengajak murid untuk mengamati lingkungan sekitar dimana banyak limbah daun jati yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Sehingga dari kegiatan tersebut akan muncul keresahan murid untuk memaksimalkan potensi yang ada. Langkah selanjutnya adalah menuntun murid untuk membuat kerangka berpikir, tentang ide apa yang akan muncul dengan melihat kondisi tersebut, upaya apa saja yang akan mereka lakukan sebagai individu dalam masyarakat untuk memaksimalkan potensi. Beragam ide kami kumpulkan dan berasal dari suara murid. Mulai dari pengolahan limbah daun jati menjadi kompos, briket, motif batik ecoprint, hingga mensosialisasikan potensi daun jati pada masyarakat. Langkah selanjutnya yang kami lakukan adalah mefasilitasi murid untuk merealisasikan ide mereka dengan melakukan sesi sharing bersama tentang apa yang harus mereka lakukan agar ide tersebut dapat berjalan lancar. Tahapan selanjutnya adalah melaksanakan aksi atas ide yang sudah dibuat. Pada tahap ini siswa belajar aktif membuat proyek/produk sesuai ide yang mereka rencanakan, beberapa dari mereka juga melakukan banyak percobaan. Dibalik siswa yang berhasil membuat produk yang direncanakan, ada juga siswa yang komposnya tidak membusuk dengan baik sesuai dengan waktu yang ditenggatkan, ada yang batik ecoprintnya tidak meninggalkan jejak dengan sempurna, ada yang briketnya lama untuk terbakar, produk arangnya tidak menjadi arang aktif. Namun berdasarkan refleksi kegiatan belajar, mereka cukup senang mendapati hasil belajar mereka. Baik itu berhasil maupun gagal.

Pelajaran yang dapat diambil dari program pembelajaran ini adalah berhasil tidaknya belajar bukan semata dari produk yang dihasilkan, namun apakah kegiatan belajar tersebut menyenangkan sekaligus menjadikan murid mampu membuat refleksi dari kegiatan belajarnya untuk kegiatan perbaikan dimasa yang akan datang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top