Yayasan Guru Belajar (YGB) menggelar Ngobrol Bareng Pengawas (Ngobras) untuk pengawas se-Mojokerto Raya pada Jumat (4/11/22). Ngobras diadakan secara daring melalui Zoom dan diikuti lebih dari 200 peserta.
Kegiatan ini dibuka oleh sambutan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten & Kota Mojokerto, Trisilo Budi Prasetyo. Selanjutnya enam pengawas selaku narasumber membagikan praktik baik dan berdiskusi dengan peserta.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Siap Kurikulum, program pendampingan percepatan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di Mojokerto Raya oleh YGB. Untuk diketahui, YGB merupakan mitra pembangunan resmi Kemendikbudristek untuk IKM.
Pada sambutannya, Trisilo mengapresiasi YGB yang telah mendampingi seluruh bagian ekosistem pendidikan di Mojokerto melalui program Siap Kurikulum. Dia berharap, nantinya meskipun sudah tidak lagi didampingi secara langsung oleh YGB, pengawas tetap dapat melanjutkan pembelajaran secara mandiri.
“Yang jadi tantangan kemudian, bagaimana kreativitas inovasi dilengkapi dengan teknologi ini akan menjadi peran penting bagi bapak/ibu sekalian. Kemduian kreativitas dilanjut komunikasi. Komunikasi tanpa kolaborasi tidak akan berhasil,” pesan Trisilo.
Trisilo juga menyampaikan apresiasi pada seluruh pengawas yang hadir. Dia mengatakan, provinsi Jawa Timur merupakan pelaksana IKM mandiri terbanyak se-Indonesia. Atas prestasinya ini, gubernur Jawa Timur mendapat penghargaan dari Mendikbudristek, Nadiem Makarim.
Suwar, Koordinator Pengawas SMP Disdikbud Kota Mojokerto, yang menjadi salah satu narasumber, mengatakan, tugas penting bersama adalah mengubah mindset. “Mengapa sih perlu Kurikulum Merdeka? Ketika guru sadar mengapa itu harus terjadi, maka mereka akan tergerak untuk mencoba hal baru,” terangnya.
Dia menjelaskan, Kurikulum Merdeka memiliki urgensi karena kondisi literasi dan numerasi yang sangat rendah. Terlebih, Kurikulum Merdeka memiliki tiga keunggulan, yakni asesmennya, pembelajaran berdiferensiasi, dan pendidikan karakter melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
“IKM lebih memberatkan asesmen formatif dibanding sumatif. Ketika formatif dikuatkan, maka pembelajarannya lebih hidup. Setiap saat murid bisa merefleksikan pembelajaran. Guru bisa merefleksikan kemajuan belajar, ditangkap atau tidak (oleh murid). Kalau tidak strateginya diubah. Ini yang harus ditonjolkan. Tidak hanya ngajar, ulangan, dapat nilai,” terang Suwar.
Dihubungi terpisah, Sari Pratiwi, koordinator Siap Kurikulum dari YGB berharap, Ngobras dapat menjadi sesi menguatkan tujuan dan penyamaan interpretasi pelaksanaan IKM di Mojokoerto Raya.
“Setelah belajar dan menerapkan yang dipelajari dari pelatihan, para peserta termasuk pengawas turut berdaya dengan menjadi narasumber berbagi praktik baik. Guru dan pimpinan sekolah yang dibina juga dibangun kepercayaan dirinya. Hal ini menguatkan tujuan terhadap pelaksanaan IKM di Mojokerto,” jelasnya.
Ngobras didukung oleh Cadin Pendidikan Kabupaten & Kota Mojokerto, Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mojokerto, serta Komunitas Guru Belajar Nusantara Mojokerto.