Murid Sebagai Agensi Merdeka Belajar: Pilih Materi Pilih Gaya Belajar Sendiri

Oleh: Atik Dian Anggraeni, S.Pd

Merdeka Belajar adalah waktunya kita sebagai pendidik untuk memerdekakan murid belajar dan diri sendiri sebagai pengajar menggunakan ruang lingkup yang luas. Cara yang saya terapkan untuk menjadi pengajar yang merdeka adalah memerdekakan anak didik saya untuk bisa mandiri memilih pembelajarannya sendiri. Salah satu kegiatan saya di kelas dalam memerdekakan murid adalah melalui peran mereka sebagai agensi pembelajaran selama proses belajarnya. Dari rangkaian pembelajaran di kelas Merdeka Belajar saya ingin mengajarkan peserta didik saya dalam mengenal sistem tulang dan otot manusia dengan kondisi kelas hibrid di level kelas rendah dan tingkat pemahaman murid yang masih taraf berkembang. Terlebih lagi kondisi mengajar yang kurang efektif jika saya harus menyiapkan banyak peralatan berat dalam mengajar materi science. 

Awal pembelajaran di kelas begitu kurang menarik dikarenakan cara penyampaian materi yang saya lakukan masih terbilang ceramah dan ditambah lagi pembelajaran science tentang sistem kerja dan jaringan tulang dan otot manusia itu cukup sulit dan terlalu abstrak bagi anak didik saya untuk memahaminya. Mereka begitu bingung dengan apa yang saya sampaikan apalagi menggunakan istilah-istilah asing yang belum pernah mereka dengar. Saya pun merasa sebagai pembimbing mereka juga kurang menguasai materi tersebut dengan sepenuhnya dikarenakan latar belakang saya yang memang bukan science, dan yang saya harapkan agar mereka tidak hanya paham materi namun juga menikmati hasil proses belajaranya. Mereka menginginkan kelas science yang penuh dengan hands on activity dan pengalaman belajar langsung, namun kondisi pembelajaran yang masih hybrid dan online membuat banyak batasan dalam saya menyajikannya. Hal ini lah yang menjadi tantangan bagi saya untuk mencari cara agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan konteks dan konten yang sesuai level usia mereka dan tepat sasaran dalam capaian pembelajarannya melalui pembelajaran kontekstual dan melibatkan pengalaman belajar nyata. 

Untuk dapat menerapkan pembelajaran dimana murid sebagai agensi di dalam proses belajarnya yang merdeka tidaklah mudah karena begitu banyak tantangan yang saya hadapi selama menempuh proses tersebut dan mencapai hasil tujuannya. Para peserta didik yang masih memiliki kemampuan berkembang dalam memahami materi sistem kerja otot dan tulang membuat proses pembelajaran cukup alot. Hal ini dikarenakan peserta didik harus mencoba membayangkan bentuk otot dan tulang yang berada di bawah kulit mereka dan tidak bisa diamati langsung. Di lain sisi mereka juga harus berkenalan dengan terminologi-terminologi baru dan asing yang belum pernah mereka pelajari atau baca sebelumnya. Sepintas materi mengenai bagian tubuh manusia ini terlihat sederhana untuk dipelajari anak-anak usia 7-8 tahun seperti menyebutkan bagian tubuh mana yang memiliki tulang paling besar atau bagian tubuh yang memiliki otot terkuat. 

Namun nyatanya kondisi dan capaian belajar mengarahkan mereka untuk dapat mengenal materi ini sesuai dengan fase pembelajaran mereka yang sudah tidak lagi terpaku hanya menyebutkan nama bagian tubuh saja. Saya sebagai guru yang ingin memerdekaan murid juga dihadapkan dengan tantangan untuk dapat menyampaikan materi dengan mudah dan menyajikannya dengan menarik.

Selama rangkaian pembelajaran dalam mengenal dan memahami sistem jaringan dan kerja otot dan tulang, saya mencoba memulainya dengan melakukan tes diagnostik terlebih dahulu melalui perkenalan materi dengan cara bermain gerak, menggambar bagian tubuh sendiri, dan membaca buku cerita mengenai tulang tubuh. Hal tersebut saya lakukan untuk mengetahui awal pengetahuan mereka tentang otot dan tulang. Materi ini pun saya membaginya ke dalam 2 term selama semester 2 berlangsung sehingga diharapkan peserta didik dapat mempelajari materi tersebut dengan durasi yang lebih panjang dan fleksibel. Pembelajaran science dengan materi sistem kerja tulang dan otot ini memang tidaklah bisa lepas dari kosakata dan terminologi asing yang beberapa memang tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa. Permasalahan ini  yang membuat anak didik saya kesulitan dalam memahami dan mengingat nama dari bagian sistem otot dan tulang sehingga saya menggunakan nama lain yang mudah diingat oleh peserta didik, jadi tidak mesti harus menggunakan istilah asing dalam menjelaskan isi materi. 

Selain itu di dalam kegiatannya agar komponen-komponen di dalam materi dapat terserap oleh murid-murid saya menggunakan Augmented Reality sebagai alat dalam menjelaskan materi-materi yang abstrak. Saya juga merangkai beberapa kegiatan ke dalam kegiatan observasi, physical education dan percobaan langsung sehingga murid-murid dapat belajar dengan mudah dan dapat membuat mereka antusias selama belajar. Untuk dapat lebih membuat pemahaman mereka lebih mendalam maka di setiap komponen materinya, saya membuat suatu kegiatan pilihan untuk mereka. Kegiatan ini berupa prakarya sederhana sesuai dengan materi komponen yang sudah dipelajari, disinilah mereka merdeka menentukan bentuk pemahamannya. Agar pemahaman mereka lebih terarah dan mendapatkan banyak wawasan, mendatangkan narasumber merupakan strategi saya dalam membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari benak-benak mereka tentang komponen materi yang belum dipahaminya. 

Pada akhir penilaian, kembali lagi mereka ditantang untuk dapat menyajikan pembelajaran yang telah mereka pelajari selama rangkaian pembelajaran yang sudah diterimanya. Disinilah saya memberikan mereka kesempatan untuk bebas memilih materi sesuai dengan kemampuan, pemahaman dan ketertarikannya dalam menguasai komponen pembelajaran dari materi sistem kerja pada jaringan otot dan tulang. Saya membuka kesempatan bagi mereka untuk memberikan pengalaman belajar mereka dalam projek akhir yang bernama “My Body Work Showcase” dalam berbagai bentuk media presentasi. Projek akhir ini dibuat oleh murid-murid mulai materi yang mereka bahas dan pahami hingga bentuk penyampaiannya yang sesuai dengan pilihan dan karakter masing-masing peserta didik untuk menunjukkan gaya belajar mereka. Semua ini dengan tujuan agar mereka memiliki kepemilikan atas pembelajaran dan tindakan mereka sendiri yang berasal dari pembelajarannya.

Melalui strategi-strategi pembelajaran yang saya terapkan di kelas science untuk mengajarkan tentang sistem kerja jaringan otot dan tulang ternyata mampu membuat anak didik saya menerima pemahaman tentang konsep materi yang awalnya sangat abstrak dipelajari. Saat melakukan proyek akhir terlihat bahwa setiap murid memiliki pengetahuan dan ketertarikan yang berbeda-beda terhadap materi tersebut dengan cara dan gaya mereka masing-masing. Salah seorang anak mengatakan bahwa kegiatan yang paling dia senangi adalah saat melakukan physical education yaitu yoga di kelas dalam memahami cara kerja otot. Dari sini lah saya juga belajar bahwa dengan membebaskan murid-murid untuk menentukan pembelajaran yang dia kuasai dan minati maka, kemerdekan mereka dalam belajar telah tercapai. Saya pun merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut bahwa tidak ada materi pembelajaran yang sulit jika kita sebagai guru mau menyederhanakan dan membuatnya menarik dan menyenangkan di dalam kelas.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top