Dalam kondisi peralihan dari pandemi Covid-19 menjadi era new normal, keadaan pembelajaran yang sebelumnya daring perlahan pulih menjadi pembelajaran tatap muka seutuhnya. Kurang lebih dua tahun saya dan murid berinteraksi hanya melalui layar gadget kami masing-masing. Tentu kami terbiasa dengan ritme pembelajaran daring tersebut. Yang mana penyampaian materi, tugas, diskusi diberikan secara fleksibel dalam rentang waktu yang cukup panjang. Selain itu, murid tidak pernah berjumpa dan belum saling mengenali satu sama lain di kelas.
Saat memasuki sistem pembelajaran tatap muka era new normal, saya “dipaksa” menjadi guru adaptif. Saya dan murid harus menyesuaikan kembali cara kami belajar. Saat pandemi murid terbiasa proses pembelajaran dengan teknik yang nyaman menurut mereka sendiri dalam mengakses materi dan mengerjakan tugas. Sehingga saya merasa kesulitan memantik motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran era yang baru. Dikarenakan tingkat kerajinan murid menurun dan tidak fokus saat di kelas. Bahkan murid kurang akrab antar sesama mereka, sehingga terkadang kelas terasa kikuk.
Hal tersebut membuat saya sedih. Sampai suatu waktu, saya mencoba mengalihkan sedikit nuansa belajar siswa yang tidak hanya terpaku di dalam kelas dan monoton hanya pada pemahaman pengetahuan saja. Saya membuat proyek dengan murid dalam materi fluida dinamis. Saya pantik motivasi belajar murid melalui proyek membuat roket air dengan dalih turnamen antar kelas XI IPA. Sontak kelas saya senyap, karena semua murid memperhatikan arahan yang saya berikan. Terutama murid yang jarang memperhatikan saat saya menjelaskan teori. Mereka sangat aktif dan semangat mencermati arahan saya dalam proyek ini. Adapaun langkah yang saya gunakan:
1. Membuat juknis tentang peluncuran roket.
2. Memberikan langkah dan contoh laporan pembuatan roket. Namun saya tidak membatasi kreatifitas mereka.
3. Meminta murid mengeluarkan modal sekecil-kecilnya untuk membuat badan roket.
4. Memberikan waktu dua pekan untuk mereka merakit roket air.
5. Jumlah seluruh murid kelas XI IPA ada 72 orang. Masing-masing kelas 36, murid. Saya membagi mereka ke dalam 2 kelompok yang di dalamnya terdapat tim-tim kecil beranggotakan 6 orang.
6. Setiap murid di dalam tim punya tanggung jawab masing-masing, di antaranya: 1 orang memompa roket, 1 orang mengukur jarak jatuh roket, 1 orang mengukur volume air, 1 orang mendokumentasi, 1 orang mengukur kemiringan peluncur roket, dan 1 orang mencatat hasil pengamatan dalam peluncuran roket air.
Bukan hanya saya yang merasakan senang, murid juga lebih senang dan semua semangat dalam turnamen roket air ini. Mereka mengatakan ini adalah proyek terhebat dan keren yang pernah dilakukan selama 2 tahun pembelajaran di SMA. Perubahan pada murid setelah turnamen ini selesai adalah motivasi belajar yang meningkat, di kelas murid jadi lebih responsif, dan yang terakhir mereka selalu menunggu turnamen berikutnya di materi yang lain. Selain itu, murid mengatakan lewat proyek ini mereka dapat dengan cepat beradaptasi sesama teman, karena sebelumnya mereka belum pernah diskusi dalam kelompok besar karena keadaan yang belum memungkinkan. Bagi saya, melalui pembelajaran ini saya dan murid tumbuh bersama di dalam kelas. Alhamdulillah