Lingkar Daerah Belajar (LDB) kembali menggelar Kelas Penggerak Kebijakan Pendidikan pada Selasa (30/08/2022) secara daring. Dengan tema “Monitoring and Evaluation Program”, LDB mengundang Ilham Syah Adzikin, Bupati Bantaeng, dan Bukik Setiawan, ketua Yayasan Guru Belajar, sebagai narasumber.
Selama beberapa tahun terakhir, pendidikan mendapatkan sorotan utama dalam perumusan kebijakan di Kabupaten Bantaeng. Diantaranya adanya kebijakan “Satu Guru Satu Inovasi” sebagai bentuk kesadaran pentingnya meningkatkan kualitas tenaga pengajar.
“Yang jadi fokus saya, tidak mungkin kita melahirkan sumber daya manusia yang lebih baik kalau tidak kita mulai dari pendekatan yang manusiawi kepada guru dan tenaga pendidik di Kabupaten Bantaeng,” tutur Ilham.
Dalam merumuskan kebijakan, Ilham mengatakan, segalanya harus berangkat dari kemampuan menemukenali apa yang menjadi persoalan di lingkungan sekitar. Sehingga nantinya akan terasa manfaat dari pembaruan tersebut. Hal ini yang dapat mendorong konsistensi semua pihak mendukung keberlanjutannya.
Terkait monitoring dan evaluasi (monev), Ilham mengaku sering melakukan komunikasi dengan penerima manfaat. Dalam hal kebijakan pendidikan, yakni pendidik hingga orang tua murid.
“Yang paling bisa mengukur adalah penerima manfaatnya. Selain itu juga dilihat sejauh mana inovasinya bisa memantik orang lain untuk terlibat dalam kerja-kerja untuk menghadirkan kebermanfaatan itu,” jelas Ilham terkait monev kebijakan Satu Guru Satu Inovasi.
Dari hasil kebijakan itu, Ilham mengungkapkan, pendidik Kabupaten Bantaeng sudah berhasil menerbitkan lima buku. Buku tersebut berisi kumpulan cerita praktik baik yang dapat saling menginspirasi satu sama lain.
Bukik Setiawan mengapresiasi langkah Ilham mendorong pendidik di Kabupaten Bantaeng menghasilkan karya buku kumpulan cerita praktik baik. Ia menuturkan, pondasi monev di masa depan seharusnya tidak hanya berisi angka melainkan juga cerita. Pasalnya, angka tidak dapat menggerakkan orang lain.
Bukik mengungkapkan, kini salah satu keluaran penting dari program Yayasan Guru Belajar adalah cerita praktik baik yang dikemas menjadi Surat Kabar Guru Belajar dan Surat Kabar Pemimpin Belajar. Hal ini mendapatkan respon positif guru karena mereka dapat terinspirasi dari praktik pendidik lain.
Selain itu, yang sering terlewat dalam proses monev di bidang pendidikan, kata Bukik, yakni kurang jauh melibatkan pendidiknya. Selama ini, pendidik sering diminta untuk jadi responden survei monev namun tidak dilibatkan dalam penyusunannya. Sehingga yang terjadi sebenarnya di lapangan seringkali tidak bisa ditangkap oleh instrumen survei monevnya..
Bukik juga menyoroti pentingnya pengambil kebijakan untuk membuka ruang percakapan sepanjang proses perumusan. Dibutuhkan komunikasi dua arah untuk dapat menghubungkan kebutuhan dan kepentingan masyarakat ke sebuah kebijakan.
Bukik mencontohkan dalam kasus Implementasi Kurikulum Merdeka. Segera setelah diluncurkan, seharusnya pemerintah sudah mulai membuka sesi untuk mendengarkan masukan dari berbagai pihak.
“Secara praktis, tiga bulan sekali diadakan sesi, buka data, berikan umpan balik ke daerah. Bukan untuk penentuan rangking, diberi reward, diberi punishment, diintimidasi, atau takut-takuti. Tapi ditanyakan apa kesulitannya. Apa praktik baiknya?,” terang Bukik.
Ia meyakini, jika forum seperti itu berjalan dengan baik dalam proses perumusan kebijakan, maka kesulitan implementasi akan segera teratasi. (YMH)