Mewujudkan Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan dengan Memanfaatkan Aset yang dimiliki Sekolah
Praktik Baik Oleh Eneng Nurhasanah, M.Pd
SMP Negeri Model Kabupaten Sukabumi merupakan sekolah dengan lahan yang luas dan udara yang segar. Pohon-pohon tumbuh rindang di Sekolah sebagai aset oksigen yang menjadikan suasana di sekolah rindang, asri dan nyaman. Filosofi dan metafora “menumbuhkan padi” dari Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa kita harus secara sadar dan terencana membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu memekarkan mereka sesuai dengan kodratnya. Sekolah sebagai ekosistem harus secara maksimal dimanfaatkan asetnya untuk mendukung pembelajaran, diantaranya sebagai media dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran matematika yang menyenangkan bagi murid adalah pembelajaran yang melibatkan murid seutuhnya mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga refleksi. Dengan memanfaatkan aset yang dimiliki sekolah sebagai media pembelajaran, maka diharapkan tumbuh rasa bersyukur dan kebanggaan murid akan Sekolahnya. Sehingga murid akan merasa nyaman, bebas dan percaya diri untuk bereksplorasi menumbuhkan keterampilan sesuai kodratnya.
Tantangan yang saya hadapi ketika mulai menjalankan kegiatan ini adalah pembentukkan kelompok murid untuk menyelesaikan tugas proyeknya. Keinginan murid yang berbeda menyebabkan pembentukkan kelompok menjadi tidak kondusif. Pembentukkan kelompok akhirnya menggunakan mistery box, dimana murid memilih satu bola dari kotak tertutup. Murid yang mendapat bola dengan warna sama akan menjadi satu kelompok. Dengan kegiatan ini murid dapat mengembangkan kompetensi sosial emosionalnya dengan menerima kelebihan dan kekurangan anggota kelompoknya secara sadar dan berusaha saling melengkapi satu sama lain. Tantangan berikutnya yang dihadapi adalah melibatkan murid seutuhnya dalam setiap tahapan kegiatan.
Kegiatan pembelajaran yang melibatkan murid seutuhnya mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga refleksi salah satunya adalah model Project Based Learning (PjBL), dengan sintaks sebagai berikut: (1) Pertanyaan Mendasar, (2) Mendesain Perencanaan Produk; (3) Menyusun Jadwal Pembuatan; (4) Memonitor Keaktifan dan Perkembangan Proyek; (5) Menguji Hasil; dan (6) Evaluasi Pengalaman Belajar.
Kegiatan diawali oleh Guru dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh murid, yaitu murid dapat mengumpulkan data dan menyajikannya menggunakan tabel dan diagram. Setelah itu murid diajukan beberapa pertanyaan pemantik mengenai definisi data, contoh data dan bagaimana cara mengumpulkan data.
Murid diminta membayangkan lingkungan sekolah, kemudian diminta mendata apa saja yang ada di lingkungan sekolah. Rasa penasaran murid muncul Ketika mereka ingin dan meminta mengobservasi secara langsung ke lingkungan Sekolah yang luas untuk memastikan data yang terbayang oleh mereka sesuai fakta yang ada. Memanfaatkan hal ini, maka Guru langsung meminta murid untuk berdiskusi dalam kelompoknya untuk menyusun sebuah rencana proyek pendataan aset yang dimiliki oleh sekolah dengan teknik observasi kemudian menyajikan data tersebut menggunakan tabel dan diagram.
Murid dalam kelompoknya berdiskusi, berbagi ide dan pendapat mengenai jenis aset sekolah yang akan diobservasi, pembagian tugas, persiapan alat, bahan, media, sumber yang dibutuhkan, dan prosedur pengumpulan hingga ke penyajian data. Kegiatan ini merupakan tahapan tersulit dimana murid belum bisa menyepakati rencana proyek, maka Guru berperan untuk memberikan bantuan agar murid menemukan solusinya dan Guru memastikan setiap murid dalam kelompok memilih dan mengetahui prosedur yang akan ditempuh.
Tahapan berikutnya murid mempresentasikan rencana proyek masing-masing kelompok, kemudian kelompok lain menanggapi. Dalam kegiatan ini diketahui ada kelompok yang ingin mengobservasi jenis aset yang sama yaitu mengobervasi pohon. Setelah berdiskusi akhirnya kedua kelompok sepakat untuk mengobservasi jenis aset yang sama namun dari sudut pandang yang berbeda. Kelompok yang satu mengobservasi pohon buah-buahan, sedangkan kelompok lain yang bukan buah-buahan. Kegiatan ini diakhiri dengan Guru dan murid membuat kesepakatan tentang jadwal proyek.
Proyek pun dimulai, murid sangat antusias mengobservasi lingkungan sekolah yang luasnya hampir 2 Hektar berdasarkan jenis aset yang mereka pilih. Ada yang mengobservasi jenis pohon, jenis kendaraan yang ada di tempat parkir, jenis bangunan, jumlah kamar mandi/toilet, ada yang mengobservasi perpustakaan, kemudian mendata jumlah buku berdasarkan warnanya. Setelah mengumpulkan data melalui observasi, kemudian murid kembali ke kelas untuk menyajikan data tersebut kedalam bentuk tabel dan diagram.
Pertemuan berikutnya murid harus mempresentasikan tabel dan diagram yang dibuat melalui kegiatan pameran didalam kelas. Guru dan perwakilan anggota kelompok berdiskusi mengenai denah meja dan kursi yang akan dijadikan tempat pameran sederhana didalam kelas. Murid-murid sangat antusias merapikan meja dan kursinya sehingga membentuk lingkaran besar dengan tabel dan diagram dipajang di setiap pojoknya. Setiap kelompok yang terdiri dari 3-4 orang berbagi tugas, ada yang bertugas untuk mempresentasikan dan ada yang bertugas untuk berkeliling mengamati hasil proyek kelompok lain.
Setiap kelompok yang datang mengunjungi kelompok lain diminta untuk memberikan pertanyaan, tanggapan dan penilaiannya. Menurut testimoni salah seorang murid, tahapan pameran adalah tahapan yang paling menyenangkan. Karena kita bisa mengetahui jenis aset sekolah lain melalui tabel dan diagram yang disajikan kelompok lain. Murid-murid tidak lagi berkompetisi untuk menunjukkan diagram siapa yang paling bagus, namun yang terjadi adalah para murid saling memberikan pujian dan kebanggaan terhadap kelompok lain. Hal ini terbukti pada sesi penilaian, dimana setiap murid harus memberikan stiker emoji kepada kelompok lain. Dan hasilnya tidak ada emoji yang sedih atau kecewa melainkan emoji senang dan bangga yang tertempel di diagram dan tabel yang tersaji.
Diakhir kegiatan, murid menyampaikan refleksi mengenai pengalaman pembelajaran yang dialami sesuai dengan cara yang mereka inginkan. Ada yang menyampaikan refleksinya secara langsung didepan kelas, ada juga yang menuliskannya di buku. Terakhir Murid dan Guru Bersama-sama menyimpulkan hasil proyek.
Kegiatan pembelajaran berbasis proyek ini dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan profil pelajar pancasila dalam diri murid. Berikut rincian perubahan yang tampak berdasarkan dimensi profil pelajar pancasila dalam diri murid, yaitu:
- Beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Proyek pendataan aset sekolah ini dapat melatih rasa bersyukur murid akan aset yang dimiliki oleh sekolah, kemudian murid bisa menjadi lebih peduli dan merawat aset yang dimiliki oleh sekolahnya
- Berkebinekaan global. Merancang proyek dapat melatih murid-murid untuk memiliki pemikiran dan wawasan yang terbuka. Mereka akan terbiasa untuk melihat perbedaan, menghargai beragam perspektif sehingga diharapkan dapat hidup ditengah-tengah masyarakat yang majemuk, yang mampu menghadapi perbedaan dan perubahan, baik dalam lingkup lokal maupun global.
- Mampu bergotong royong. Proyek ini memungkinkan murid untuk terlibat dan berinteraksi, bekerjasama dan berkontribusi antara satu sama lain.
- Mandiri. Proyek yang dirancang sendiri dapat mendorong murid untuk mengambil kontrol dan bertanggung jawab pada proses observasi maupun pameran
- Dapat berpikir kritis. Murid dapat memiliki kemampuan berpikir kritis karena mereka akan belajar untuk membuat pilihan dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.
- Kreatif. Proyek dapat menjadi sarana untuk mampu melihat permasalahan dan secara kreatif berusaha mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Pembelajaran yang saya dapatkan dari kegiatan ini diantaranya adalah, aset yang dimiliki sekolah dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Murid menjadi lebih bangga dengan sekolahnya, karena terlibat langsung dalam mengidentifikasi aset yang dimiliki sekolahnya. Murid tampak senang mengikuti pembelajaran, karena mereka terlibat langsung dalam seluruh tahapan kegiatan.
Murid mempunyai kemampuan yang hebat, melampaui apa yang kita duga. Ketika murid diberikan sebuah kepercayaan untuk mengelola sendiri sebuah proyek, maka mereka dengan bebas dan bertanggungjawab mewujudkannya bahkan lebih hebat dari yang kita duga sebelumnya.