Sebagai seorang guru bahasa Inggris, saya tidak hanya dituntut untuk mampu menghadirkan pembelajaran yang bermakna di dalam kelas, namun juga harus bisa merangsang dan memfasilitasi murid untuk mengembangkan bakat dan potensi mereka dalam rangka mempersiapkan hidup dimasa depan dan menjadi masyarakat dunia. Sebagai pendidikan, saya juga harus turut mengambil peran dalam mewujudkan cita-cita dan komitmen global, yaitu tujuan pembangunan berkelanjutan dengan memastikan murid memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Sehingga diharapkan pendidikan dapat membangun wawasan, pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk mewujudkan keadilan sosial, perdamaian dan kolaborasi dalam keberagaman atau kebhinnekaan global. Hal ini sejalan dengan cita-cita dan pedoman pendidikan Indonesia yang tertuang dalam profil pelajar pancasila, dimana salah satu dimensi profil pelajar pancasila adalah berkebhinnekaan global.
Murid yang berkebhinnekaan global merupakan murid yang berbudaya, memiliki identitas diri yang matang, mampu menunjukkan dirinya sebagai representasi budaya luhur bangsanya, serta terbuka terhadap keberagaman budaya daerah, nasional dan global. Hal ini dapat diwujudkan dengan kemampuan beriteraksi secara positif antar sesama, memiliki kemampuan komunikasi intercultural, serta mampu memaknai pengalamannya di lingkungan majemuk sebagai kesempatan pengembangan dirinya.
Lebih lanjut, murid yang berkebhinekaan global ditandai dengan kemampuannya mengenal dan menghargai budayanya, baik itu mendalami budaya ataupun identitasnya. Tidak hanya itu, mereka juga bisa mengeksplorasi, membandingkan pengetahuan budaya, kepercayaan dan mempraktiknya. Selain itu menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya. Murid yang berkebhinekaan global juga diharapkan mampu berkomunikasi dan beriteraksi antar budaya dengan mempertimbangkan dan menumbuhkan berbagai perspektif.
Untuk mewujudkan murid yang berkebhinnekaan global, perlu dilakukan berbagai pendekatan dan strategi yang relevan dengan perkembangan zaman dan juga mendukung program pemerintah yaitunya merdeka belajar. Selain itu, usaha mewujudkan murid yang berekebinekaan global juga harus sesuai dengan karakteristik kurikulum paradigma baru dan cita-cita pendidikan nasional. Oleh karena itu diperlukan sebuah program yang bisa menjadi wadah bagi para murid untuk berkolaborasi, berkomunikasi, berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai agama, budaya moral dan nilai-nilai sosial sehingga mereka bisa mengeksplorasi dan membandingkan pengetahuan budaya, kepercayaan, bentuk praktiknya dan juga menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya. Tentunya sebelum berkomunikasi dan berkolaborasi, mereka harus mampu mengenal dan menghargai budayanya, baik itu mendalami budaya maupun identitasnya terlebih dahulu.
Untuk memfasilitasi murid berinteraksi dan berkolaborasi dengan orang-orang dari latar belakang budaya, bangsa dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka, saya perlu menyediakan fasilitas dan sarana yang bisa menunjang mereka untuk dapat berdialog dengan orang-orang dari berbagai latar belakang tersebut. Saya juga harus memastikan kemampuan berbahasa asing murid untuk mendukung hal tersebut, karena bahasa sebagai alat bantu mereka berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagai bangsa dan negara yang memiliki budaya dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka.
Namun permasalahannya adalah murid saya hampir tidak pernah berinteraksi dan berkomunikasi atau berbagi pikiran dengan orang-orang yang berbeda budaya, bahasa, agama dan bangsa dengan mereka. Hal ini membuat murid kurang bisa mengeksplorasi dan membandingkan pengetahuan budaya, kepercayaan serta bentuk praktiknya dengan budaya dan nilai-nilai yang berbeda dengan mereka. Permasalahan ini membuat saya kesulitan dalam mengukur rasa menghormati mereka terhadap keanekaragaman budaya dan nilai-nilai.
Hal lain yang menjadi tantangan saya dalam mewujudkan murid yang berkebhinnekaan global adalah kurangnya fasilitas untuk menunjang murid bisa berinteraksi dan berkolaborasi dengan murid lain dilihat dari latar belakang budaya, bangsa dan kepercayaan yang berbeda. Ditambah lagi dengan kemampuan berbahasa asing murid yang tidak begitu lancer, sehingga mereka kurang percaya diri untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Ditengah kebingungan, saya mengenal sebuah program yang bernama Generation Global dari teman yang juga guru bahasa Inggris. Beliau teman saya sewaktu mengikuti pelatihan yang diadakan oleh British Council di Bogor beberapa tahun yang lalu. Dari teman tersebut saya mengetahui salah satu wadah yang bisa memfasilitasi murid untuk terlebih dahulu mengenal budaya, identitas bangsa dan kemudian berkomunikasi serta berkolaborasi dengan masyarakat global
Salah satu bentuk kegiatan dalam Generation Global adalah berdialog dalam video conference. Hal ini merupakan kegiatan utama dari program Generation Global, dimana murid dapat melatih kemampuan berdialog dan berkomunikasi yang baik melalui video conference dengan murid-murid dari berbagai negara dan bangsa. Topik-topik yang dibahas pada saat video conference Generation Global antara lain kepercayaan atau keyakinan, budaya, perdamaian, perubahan iklim, perdagangan manusia, kekuatan cerita narrative, dan lain sebagainya.
Setelah mendapatkan informasi yang cukup mengenai program Generation Global, saya kemudian membuat sebuah proposal dan juga program kerja Generation Global di sekolah. Kemudia saya melakukan koordinasi dengan kepala sekolah, komite sekolah dan juga wakil kepala sekolah mengenai program tersebut. Setelah mendapatkan persetujuan dan juga fasilitas berupa ruangan dan alat-alat yang dibutuhkan seperti perangkat komputer, kamera eksternal dan pengeras suara, saya melakukan sosialisai kepada murid mengenai program Generation Global. Saya sangat bersyukur karena seluruh warga sekolah sangat mendukung program ini.
Langkah selanjutnya saya mendaftarkan sekolah saya dalam program Generation Global dan membuat akun sendiri. Dalam program ini saya bertindak sebagai penanggung jawab kegiatan Generation Global disekolah. Setelah membuat akun dan diversifikasi oleh tim Generation global, saya mulai aktif mendorong dan memotivasi murid agar mau berdialog dan berinteraksi dalam kegiatan tersebut.
Saat pertama murid mengikuti kegiatan Generation Global secara video conference, hanya satu atau dua orang murid yang mau berbicara dan mengungkapkan pendapat mengenai topik yang dibahas. Hal ini mendorong saya lebih bersemangat melatih kemampuan bahasa Inggris mereka dan juga lebih sering lagi melibatkan dalam kegiatan video conference.
Setelah beberapa kali berdialog dan bertukar pikiran dengan murid dari berbagai sekolah di dunia, murid saya mulai memiliki rasa percaya diri untuk mengungkapkan pendapat dan pikiran mereka, ditambah lagi dengan kemmapuan bahasa Inggris yang semakin membaik.
Hingga kini program Generation Global telah membuat murid bisa berkomunikasi aktif , berpikiran kritis dan mampu menerima perubahan global. Mereka telah terbiasa berbagi cerita, pengalaman, dan pandangan mengenai latar belakang kebudayaan dan kepercayaan yang berbeda. Sehingga murid bisa mempelajari langsung perbedaan di sekeliling mereka dan menghindari prasangka dan stereotip mengenai budaya dan agama lain. Murid dapat menghindari potensi konflik di kemudian hari akibat kurangnya diskusi dan toleransi.
Murid-murid saya juga memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai budaya, kepercayaan, nilai-nilai dan ras yang berbeda dengan mereka. Karena dalam program Generation Global fokus kegiatannya adalah berdialog, dimana sangat berbeda dengan diskusi biasa dan debat. Dialog khususnya fokus dalam kemampuan seseorang untuk memahami dan menghargai perbedaan, dialog yang penuh rasa saling menghargai mengenai kepercayaan dan keyakinan orang lain. Program ini mampu menumbuhkan rasa saling menghormati terhadap perbedaan, rasa empati, menghindari prasangka, dan kemampuan berpikir kritis, bekerjasama, dan mendengarkan secara aktif.
Generation Global telah membantu murid saya memahami pentingnya keterbukaan dan penerimaan untuk perbedaan dan keberagaman yang pada akhirnya akan menciptakan lingkungan masyarakat yang stabil dan toleran. Melalui programi ini, murid bisa berbagi cerita, pengalaman, dan pandangan mengenai latar belakang kebudayaan dan kepercayaan yang berbeda. Tujuannya agar murid bisa mempelajari langsung perbedaan di sekeliling mereka dan menghindari prasangka dan stereotip mengenai budaya dan agama lain sehingga mereka dapat menghindari potensi konflik di kemudian hari akibat kurangnya diskusi dan toleransi.
Dengan demikian, program Generation Global sangat berpengaruh dalam mewujudkan siswa yang berkebhinnekaan global dan mewujudkan profil pelajar pancasila serta mewujudkan cita-cita dan komitmen global mengenai tujuan pembangunan berkelanjutan.