METODE TUTOR SEBAYA DAN LEARNING BY TEACHING MEMUDAHKAN GURU DALAM MEMBANTU SISWA KELAS 2 A SDN TOMANG 03 UNTUK MENUNTASKAN SISWA YANG BELUM TUNTAS CALISTUNG
Oleh : SRIYANI, S.Pd,M.M
- AWAL
Memasuki tahun ajaran baru kali ini yaitu tahun ajaran 2022/2023 saya mendapat tugas mengajar di kelas 2 A, sedangkan tahun ajaran tahun lalu saya mengajar di kelas 3 B.
Kepala Sekolah memberi tugas mengajar dikelas rendah karena saya mendapat tugas Wakil Kepala sekolah dan membantu bendahara menganggaran dana BOS/BOP dan menyusun laporan keuangan sekolah.
Mendapat tugas mengajar dikelas merupakan kesenangan dan kebahagiaan tersendiri bagi saya, karena saya bisa menanamkan konsep-konsep dasar nilai moral etika disamping juga pengetahuan dasar.
Kita semua telah mengetahui bahwa ;
“Kita Belajar Melalui “
10 % Apa yang kita baca
20 % Apa yang kita dengar
30 % Apa yang kita lihat
50 % Apa yang kita dengar dan lihat
70 % Apa yang dibicarakan dengan orang lain
80 % Apa yang kita alami sendiri
95 % Apa yang kita ajarkan ke orang lain
Berdasarkan hal tersebut maka penulis berinisiatif untuk menggunakan metode metode tutor sebaya dan metode learning by teaching.
Arikunto (1986: 62), menjelaskan bahwa metode tutor sebaya adalah seseorang
ataupun beberapa siswa yang telah menguasai materi dan dipilih guru untuk membantu membimbing teman satu kelas untuk melaksanakan program perbaikan. Dengan metode ini diharapkan dapat mampu membantu siswa yang belum bisa menguasai pelajaran dari guru.
Makna “learning by teaching” itu sendiri adalah “belajar dengan mengajar”. Memang benar apa yang dikatakan beliau dan hal itu mulai aku rasakan saat ini. Ketika kita mengajarkan sesuatu kepada seseorang tanpa sadar kita juga belajar, mengeksplor, mereview, dan mengevaluasi pengetahuan yang mungkin telah lama terpendam, tesimpan dalam memori. Anehnya! Kita tau bahwa kita memilikinya, tapi kita lupa menempatkannya dimana. Lalu moment saat kita mengajarlah yang membantu kita belajar menemukan “file” itu kembali. Begitu seterusnya semakin kita mengajarkannya semakin banyak pula kita belajar mengulangnya, sehingga ilmu kita bertambah dan semakin tajam.
- TANTANGAN
Pada saat memasuki tahun ajaran baru, saya mulai mengadakan assesment pra pembelajaran untuk memperoleh data mengenai kempuan dasar siswa sudah terpenuhi atau sudah tuntas mengenai CALISTUNGnya atau belum. Ternyata dari hasil assessment di awal pembelajaran saya memperhasil hasil yang cukup mengejutkan yaitu 11 anak dari 27 siswanya belum lancar membaca atau sekitar 42 % siswa. Saya tidak menyalahkan guru sebelumnya yang membiarkan siswa yang belum lancar membaca untuk naik kelas. Saya saya memahaminya karena saat itu sedang menghadapi pandemi, sehingga baik guru maupun orang tua tentunya tidak bisa maksimal untuk mengajarkan anaknya belajar membaca dan berhitung . Namun demikian menghadapi situasi tersebut tentunya tidak membuat saya patah arang, tetapi justru semakin membuat saya menjadi tertantang.
Saya lalu merancang pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya dan Learning by teaching.
- AKSI
Pertama-tama yang saya lakukan adalah memilah-milah siswa yang telah lancar membaca, kemudian membimbing siswa yang belum lancar membaca. Saya memasang-masangkan siswa yang belum lancar membaca dengan yang sudah lancar membaca melalui membaca nyaring.
Pada saat pelajaran Matematika materi penjumlahan tanpa menyimpan maupun menyimpan, serta pengurangan tanpa meminjam maupu pengurangan meminjam anak yang yang belum tuntas saya pasangkan dengan anak sudah tuntas untuk mengerjakan soal di depan kelas.
Melalui pengerjaan matematika di depan kelas, saya bisa mengkoreksi langsung hasil pekerjaan anak, selain itu pula anak yang menjadi tutor bagi temannya semakin paham dan mengerti materi yang disampaikan.
- PERUBAHAN PELAJARAN
Setelah melalui beberapa hari proses pembelajaran dengan metode tutor sebaya dan Learning by Teaching terlihat hasil yang signifikan, yaitu 30 anak mulai lancar membaca dan berhitung, sedangkan anak yang menjadi tutor sebaya mendapatkan pendalaman literasi dan numerasi. Sehingga proses pembelajaran berdiferensi berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tingkat ketecapaian ketuntasan belajar mencapai 82,6 %.
Saya menyusun target bahwa akhir bulan Agustus atau diawal sepetember 100 % anak sudah lancar membaca, dan 85% anak lancar berhitung penjumlahan dan pengurangan.
Alhamdulillah target saya tercapai, walaupun hingga saat ini masih ada 1 anak yang belum bisa sama sekali membaca, tetapi dia memiliki bakat dibidang seni, yaitu mudah menghafal nada dan lirik lagu Peramah dan Sopan, Sebelum Kita Makan dan Mendayung. Saya juga membuat variasi metode agar murid saya yang bernama Dhafa Al Zafran itu lancar membaca yaitu dengan metode bernyanyi sambil belajar membaca.
Satu hal lagi yang menggembirakan saya adalah bahwa salah satu siswa yang diawal tahun pembelajaran yaitu bulan Juli dia masih belum lancar membaca, dan setelah saya menggunakan metode ini siswa yang bernama Meisya Nasiha Yunus bisa tampil dalam acar Literasi di depan teman-temannya di lapangan.
Saya memahami bahwa setiap anak memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, tinggal bagaimana cara guru mencari metode dan strategi pembelajaran yang bisa dipahami dan di terapkan kepada siswa.