Saya adalah seorang guru yang mengajar di kelas VIII SLB TNCC. Tepatnya saya adalah guru kelas di Ketunaan Autis. Namun dikarenakan keterbatasan ruang kelas, kelas saya digabung dengan 2 ketunaan lainnya yaitu Tunagrahita dan Tunarungu yang juga memiliki satu orang guru kelas.
Sebagai seorang guru yang secara langsung meilihat kondisi siswa tidak lagi hanya murid dengan ketunaan Autis namun saya juga harus belajar menerima kelas yang sudah diferensiasi. Ada 3 ketunaan dengan 2 siswa autis, 2 siswa tunagrahita dan 2 siswa tunarungu di dalamnya.
Saya selalu mencoba menyamaratakan mereka dalam arti meminimalisir diskriminasi dalam proses pembelajaran. Sebeb saya merasa mereka memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk belajar. Namun kendalanya adalah mereka memiliki kemampuan dan kebutuhan belajar yang beragam/berbeda. Hal ini membuat saya berfikir untuk melihat kemampuan mereka dari hal yang paling dasar perlu dikuasai oleh murid berkebutuhan khusus. Saya pernah membaca di salah buku panduan mengenal disabilita yaitu buku DSM 5 yang merupakan salah satu buku panduan yang digunakan di sekolah. Kemampuan dasar akademik yang harus di ajarkan pada anak berkebutuhan khusus adalah reading (menulis), writing (membaca), time (mengenal waktu), money (uang) and daily living (kegiatan rutin sehari-hari).
Beranjak dari sini saya juga memahami bahwasannya kendala terbesar siswa saya belajar adalah belum dapat membaca. Dimana membaca juga merupakan hal mendasar yang perlu diajarkan pada peserta didik berkebutuhan khusus. Saya kemudian melakukan terus observasi terkait kemampuan membaca siswa saya dan kendala apa yang mereka alami.
Dari hasil pengamatan saya mereka memiliki kendala yang berbeda. Siswa tunarungu dan 1 orang siswa tunagrahita saya memiliki kendala membaca yaitu lupa dengan huruf, sulit menggabungkan kata yang sudah di eja dalam kalimt sederhana, sulit memahami makna kata dan artikulasi. Dari sini saya mencoba mencari cara dan metode mengajar yang tidak biasa. Sebab jika saya menggunakan metode lama progres membaca mereka masih belum optimal. Mereka juga bosan dan terkesan dipaksa sementara mereka tidak mampu.
Pada suatu hari saya mencoba menggunakan metode yang dulunya pernah saya gunakan pada saat saya mengajar di salah satu Bimbingan Belajar (BIMBEL). Saya menggunakan metode menggunakan buku tulis/papan tulis. Saya menyajikan suku kata atau kata sesuai dengan batasan)kemampuan membaca siswa saya dalam bentuk kotak/grup/kelompok. Saya meminta siswa saya membaca/mengeja dengan bimbingan. Kemudian saya meminta mereka menulis kembali kata yang sudah dieja sembari menyebut kata tersebut. Setelah menulis, siswa saya uji kembali kemampuan baca dan mengingatnya. Saya kemudian menuliskan kalimat sederhana di bawah kelompok kata tadi dimana kata pada kalimat tersebut ada kaitannya dengan kata pada kelompok kata yang sudah dibaca sebelumnya, kemudian membimbing membaca dan langkah yang sama, siswa diminta meniru tulisan yang sudah dibaca.
Dari metode ini semakin jelas terlihat kendala yang dialami siswa saya. Jika kendala yang dihadapi adalah lupa huruf maka saya memberikan solusi untuk mereka kembali mengenal huruf menggunakan Butuko (Buku tulis kotak) dimana ini juga metode sebelumnya yang saya gunakan untuk siswa yang belum mengenal huruf. Jika kendala mereka adalah artikulasi, saya gunakan teknis massage oral (pijat area bibir) dan latihan artikulasi. Jika kendala yang dihadapi adalah kurang mengenal makna kata saya menggunakan media kontektual/gambar dan juga bahasa isyarat semampu saya untuk memberika oemahaman pada siswa saya khususnya yang tunarungu.
Kuarang lebih selama 2 bulan saya gunakan metode ini di kelas saya kelas VIII. Saya melihat adanya progres membabaca khususnya pada bagian mebginagt huruf, mengeja, memahami makna kata dan artikulasi yang dialami oleh siswa saya. Dari segi motivasi dan semangat belajar saya juga melihat siswa saya lebih tertarik belajar membaca menggunakan metode ini.
Beranjak dari hal ini saya mencoba mengajukan metode ini pada bidang PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan) di sekokah. Dimana bidang PKB sekolah membuka celeng karya baik dalam bentuk karya inovasi, ilmiah danlainnya setiap bulannya dari para guru yang mau mengembangkan kemampuannya dan siap berbagi praktik baik/ desiminasi pada guru lainnya. Sebel proses ini saya harus mendapatkan persetujuan oleh Kepala Sekokah. pada saat itu saya masih bingung dalam pemberian nama pada metode sederhana yang saya gunakan.
Saya berdiskusi dengan Kepala Sekolah dan mengikuti beberapa saran baik juga yang beliau berikan maka lahirlah nama dari metode yang saya gunakan ini dengan nama SRGOW (Spell Group Of Words) dimana metode ini memiliki arti mengajarkan membaca dengan metode “Mengeja/membaca pada kelompok kata”. Saya juga sudah melakukan desiminasi pada teman-teman guru di KKG sekolah. Harapan saya rekan gyru lainnya juga dapat menggunakan metode ini di kelas mereka masing-masing dan tentu saja harapan utamanya adalah dapat membantu siswa di sekolah berprogres dalam belajar khususnya membaca.