Sebagai seorang guru saya memiliki keinginan agar murid-murid saya bisa antusias dalam mengikuti pelajaran yang saya berikan. Apalagi di Era globalisasi seperti sekarang yang penuh dengan kompetitif merupakan tantangan bagi dunia pendidikan. Teknologi pembelajaran inovatif seyogyanya dikembangkan dengan cara mengadaptasi atau mengadopsi teknologi pembelajaran inovatif yang memenuhi standar internasional. Hal ini tidak lain merupakan salah satu upaya untuk memenuhi amanat salah satu kebijakan inovatif, yaitu mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal atau nasional saja. Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan ini dituangkan dalam tujuan pembelajaran matematika yaitu melatih cara berfikir dan bernalar, mengembangkan aktifitas kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan menyampaikan infomasi atau mengkomunikasikan gagasan. Sehingga matematika merupakan bidang ilmu yang strategis untuk membentuk generasi yang siap menghadapi era global yang penuh dengan kompetitif tersebut. Disini saya ingin membuat murid saya menjadi siswa-siswi yang mampu dan memahami ilmu yang didapat nya dari sekolah, sehingga dapat diterapkan dilingkungan sekitarnya dan dapat mengajari teman sebayanya, apalagi saya sebagai guru kelas 5 yang akan membawa siswa saya menuju ke kelas 6 yang mana dikelas 6 nantinya mereka akan lebih memahami dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru ditingkat selanjutnya. Melihat betapa besar peran matematika dalam kehidupan manusia, bahkan masa depan suatu bangsa, maka sebagai guru di Sekolah Dasar yang mengajarkan dasar-dasar matematika merasa terpanggil untuk senantiasa berusaha meningkatkan pembelajaran dan hasil belajar matematika. Apalagi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika selalu berada di tingkat bawah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Pembelajaran sehari-hari menggunakan metode ceramah dan latihan-latihan soal secara individual, dan tidak ada interaksi antar siswa yang pandai, sedang, dan normal. Hal ini terbukti sebagian besar siswa mengeluh apabila diajak belajar matematika. Sering jika diberi tugas tidak selesai tepat waktu, dan lebih suka bermain dan mengobrol, alasannya pelajaran matematika memusingkan dan lain-lain.
Namun ternyata harapan saya berbanding terbalik dengan kenyataan, masih banyak siswa yang bermain dan menggagu teman nya dikelas ketika saya memberikan materi pelajaran. Disini saya fokus mengambil pelajaran Matematika. Melihat betapa besar peran matematika dalam kehidupan manusia, bahkan masa depan suatu bangsa, maka sebagai guru di Sekolah Dasar yang mengajarkan dasar-dasar matematika merasa terpanggil untuk senantiasa berusaha meningkatkan pembelajaran dan hasil belajar matematika. Apalagi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika selalu berada di tingkat bawah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Pembelajaran sehari-hari menggunakan metode ceramah dan latihan-latihan soal secara individual, dan tidak ada interaksi antar siswa yang pandai, sedang, dan normal. Hal ini terbukti sebagian besar siswa mengeluh apabila diajak belajar matematika. Sering jika diberi tugas tidak selesai tepat waktu, dan lebih suka bermain dan mengobrol, alasannya pelajaran matematika memusingkan dan lain-lain. Adapun hal-hal lain yang dirasakan oleh guru ketika memberikan Pelajaran Matematika kepada peserta didik adalah :
- Lemahnya pemahaman siswa terhadap Materi yang ada dipelajaran matematika.
- Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran khususnya pelajaran matematika.
- Masih rendahnya hasil belajar siswa pada materi yang ada pada dalam pelajaran matematika.
Menyikapi kondisi tersebut saya sebagai guru kelas 5 yang harus menyiapkan peserta didik menuju jenjang kelas 6, selalu berusaha memperbaiki pembelajaran dengan mengkondisikan pembelajaran yang memudahkan, mengasyikkan, dan menyenangkan bagi siswa. Usaha tersebut akan diwujudkan dalam suatu penelitian tindakan kelas yang akan menerapkan pembelajaran STAD ( Student Team Achievement Devision ). Model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Devision) adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang dikembangkan berdasarkan teori belajar Kognitif-Konstruktivis yang diyakini oleh pencetusnya Vygotsky memiliki keunggulan yaitu fungsi mental yang lebih tinggi akan muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu. STAD juga memiliki keunggulan bahwa siswa yang dikelompokkan secara heterogen berdasarkan kemampuan siswa terhadap matematika akan terjadi interaksi yang positif dalam menyelesaikan masalah, seperti tutor sebaya dan lain-lain. Jika sebelumnya tidak ada interaksi antar individu, maka dalam STAD siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan masalah sampai semua anggota kelompok dapat menyelesaikan masalah. Kelompok dikatakan tidak selesai jika ada anggotanya belum selesai.
Bermain kuis adalah permainan yang mengasyikkan bagi anak-anak usia sekolah dasar. Untuk itu pembelajaran dilanjutkan dengan bermain kuis antar kelompok agar matematika yang dianggap membosankan akan berubah menjadi menyenangkan, mengasyikkan, dan akhirnya semangat belajar siswa meningkat dan hasil belajar juga meningkat.
Tidak disangka dengan adanya saya menerapkan Model Pembelajaran Tipe STAD pada mata pelajaran Matematika dikelas 5 membuat murid menjadi lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, terbukti dengan meningkatnya nilai matematika yang saya berikan diakhir pembelajaran. Untuk menghilangkan adanya kesan bahwa pelajaran Matematika adalah pelajaran yang menakutkan di kalangan peserta didik, hendaknya seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dapat memilih model-model pembelajaran dan media atau alat peraga pembelajaran yang menarik agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat meningkatkan mutu pembelajaran.