Merdeka Memberi Tanggapan Melalui “Ruang Temu”

Sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang lebih banyak melatih kemampuan dan keterampilan komunikasi, saya berharap dapat mengajarkan materi-materi dengan optimal sehingga dapat diterapkan secara langsung dalam lingkungan sosial siswa. Salah satu kompetensi esensial yang menurut saya harus mereka kuasai adalah menulis teks tanggapan.

Dalam pergaulan, siswa tentu sering memberikan tanggapan atau dimintai pendapat tentang suatu fenomena, peristiwa, ucapan atau perbuatan, maupun karya-karya orang lain. Oleh karena itu, siswa harus terampil memberi pendapat dengan cara objektif dan santun. Ditambah lagi, pada era serba digital saat ini, selain harus dapat bersosialisasi di dunia nyata, siswa juga harus mampu membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain dalam dunia digital. Hal ini ternyata lebih sulit untuk dicapai mengingat dunia digital terkesan bebas dan tanpa aturan. Pada tahun 2021, microsoft merilis sebuah laporan tentang tingkat kesopanan pengguna internet saat berkomunikasi di dunia maya, yaitu Digital Civility Index (DCI). Berdasarkan laporan tersebut warganet Indonesia disebut menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara alias paling tidak sopan. Ini artinya, banyak pengguna internet di Indonesia yang belum mampu berkomunikasi/berkomentar/memberi tanggapan dengan sopan di dunia digital.

Berdasarkan kondisi yang terjadi, maka selain memperdalam kompetensi menulis teks tanggapan, menurut saya siswa juga perlu diberikan pendidikan literasi digital. Harapannya agar mereka cakap dalam berkomunikasi sesuai etika dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, baik dunia nyata maupun digital. Sementara itu, agar kompetensi menulis teks tanggapan dapat dicapai dengan optimal, maka proses pembelajaran dapat dilakukan menggunakan strategi diferensiasi untuk mengakomodir perbedaan karakteristik siswa. Dengan begitu pembelajaran dapat berjalan dengan lebih aktif dan menyenangkan bagi semua siswa.

Penggunaan media pembelajaran sangat berperan penting untuk mewujudkan proses belajar yang saya rencanakan tersebut, yaitu menulis teks tanggapan berbasis literasi digital dengan menggunakan strategi diferensiasi. Jika melihat karakteristik generasi milenial dan program merdeka belajar, maka penggunaan media berbasis teknologi dan memanfaatkan jaringan internet merupakan pilihan yang tepat untuk diterapkan. Terlebih lagi, selama pandemi peserta didik telah terbiasa belajar secara daring menggunakan gawai atau smartphone mereka, sehingga penggunaan media berbasis mobile dirasa lebih efektif.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh pendidik, diketahui bahwa peserta didik lebih suka menggunakan smartphone daripada laptop atau komputer, karena dianggap lebih praktis dan dapat dimanfatkan tanpa batas ruang dan waktu. Selain itu, pendidik juga menemukan bahwa peserta didik sebagai generasi milineal lebih suka mengakses media sosial dari pada membuka website pembelajaran. Sementara itu, pada kesempatan lain, pendidik menemukan banyak kreator konten yang mencantumkan personal web pada bio sosial media mereka. Personal web ini memudahkan para pengunjung untuk mengakses berbagai tautan yang disematkan para kreator konten. Dari sinilah, muncul sebuah ide “kenapa tidak memanfaatkan mobile web dalam proses pembelajaran? Sepertinya menarik!”

Melalui web ini saya dapat menyajikan materi-materi maupun kuis dalam berbagai bentuk dengan menyematkan tautan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Ini juga sangat efektif untuk menyisipkan pembelajaran literasi digital ke dalam materi teks tanggapan, kemudian menerapkannya dalam proses pembelajaran menggunakan strategi diferensiasi, yaitu diferensiasi konten, proses, dan produk. Siswa dapat mempelajari materi sesuai dengan preferensi belajar mereka, sehingga mereka bisa merasa nyaman dan senang dalam mempelajari teks tanggapan dan literasi digital.

Berikut adalah aksi yang saya lakukan di kelas dengan bantuan tiap bagian dari mobile web “Ruang Temu” yang saya rancang menggunakan lynk.id:

  1. Halaman awal

Pada halaman awal ini siswa saya persilakan untuk memilih bagian yang ingin diakses.

2. Materi Teks Tanggapan

Pada bagian ini saya menyajikan materi teks tanggapan, seperti definisi, struktur, dan kaidah kebahasaan. Materi saya sediakan dalam tiga bentuk, yakni video (tautan YouTube), audio (tautan anchor/spotify), dan teks/ebook (flipHTML5). Siswa dapat memilih untuk mempelajari materi sesuai dengan gaya belajar mereka.  

3. Menanggapi di Dunia Digital

Pada bagian ini saya menyajikan materi tentang literasi digital yang dikaitkan dengan teks tanggapan. Selain belajar materi teks tanggapan, siswa saya ajak untuk belajar literasi digital karena sangat berkaitan dan sangat penting untuk diterapkan di lingkungan sosialnya. Saya lebih memfokuskan pada penanaman etika saat bersosialisasi dan berinteraksi di dunia digital. Sama seperti materi teks tanggapan, materi literasi digital pada bagian ini juga disediakan dalam tiga bentuk, yakni video, audio dan teks/e-book.

4. Komik Tips Tanggapan

Komik ini saya buat untuk membantu siswa menanggapi berbagai jenis karya sesuai bidang yang mereka minati, seperti novel, film, lukisan, lagu, games, dan lain-lain. Selain tips-tips menulis teks tanggapan, guru juga menyisipkan literasi digital di dalam ceritanya. Gambar ilustrasi yang menarik serta bahasa percakapan sehari-hari saya harap mampu membuat mereka lebih mudah memahami dan dapat mengaplikasikan tips-tips tersebut ke dalam tulisannya. Komik ini dibuat menggunakan aplikasi canva kemudian di-publish ke flipHTML5.

5. Kuis Pohon Tanggapan

Kuis ini bukan saja bertujuan untuk menguji pemahaman siswa tentang materi teks tanggapan dan literasi digital, namun mereka juga bisa mendapatkan referensi dari penggalan-penggalan teks tanggapan terhadap berbagai jenis karya. Hal ini karena kutipan-kutipan dalam setiap soalnya merukapan teks tanggapan yang saya kutip dari dunia digital. Kuis pohon tanggapan ini saya buat dengan memanfaatkan platform QuizWhizzer. Nilai peserta didik yang langsung terekam dapat saya jadikan sebagai asesmen formatif untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi teks tanggapan.

6. Tulis Teks Tanggapanmu 

Bagian terakhir dalam web “Ruang Temu” adalah lembar kerja menulis teks tanggapan. Lembar kerja ini saya buat di google form. Sebelum menulis teks tanggapan, siswa harus sudah mempelajari bagian-bagian yang lain.

Selain menulis teks tanggapan, ada tantangan tersendiri yang saya diberikan, yaitu membuat konten positif berdasarkan teks tanggapan yang telah ditulis kemudian diunggah di sosial media siswa. Konten yang dimaksud dapat dibuat dalam beragam bentuk, seperti video, audio, tulisan, atau gambar. Tantangan ini sifatnya tidak wajib, karena capaian hasil belajar yang diinginkan adalah siswa dapat menulis teks tanggapan.

Mobile web “Ruang Temu” saya terapkan dalam beberapa pertemuan dengan menyesuaikan kebutuhan belajar siswa. Mereka dapat mempelajari materi sesuai dengan gaya belajar masing-masing, seperti dengan membaca e-book, mendengarkan podcast, atau menyimak video. Setelah mempelajari materi, saya mengajak mereka berdiskusi singkat tentang apa saja yang telah dipelajari, baik materi teks tanggapan maupun literasi digital. Meskipun belum semua, tapi beberapa di antara mereka cukup berani mengutarakan pendapatnya. Saya memang sering meminta mereka untuk menanggapi apa yang sedang banyak dibicarakan di dunia digital untuk menggali wawasan dan melatih mereka untuk berpikir kritis, terutama setelah mereka mengerjakan kuis pohon tanggapan yang ada di “Ruang Temu”. Jadi, soal-soal yang saya berikan bukan saja untuk mengukur kemampuan mereka, tetapi juga sebagai sumber belajar dan inspirasi. Konsep kuis pohon tanggapan yang cukup menarik dari QuizWhizzer membuat kelas lebih seru karena mereka bisa memantau siapa yang lebih dulu bisa memanen buah dari pohon tanggapan, siapa yang mendapat bonus, maupun siapa yang tertinggal.

Saya senang karena proses pembelajaran di kelas saya terlihat lebih aktif, siswa-siswa lebih antusias dalam pembelajaran dan lebih percaya diri memberikan tanggapan karena diberi kebebasan memilih objek sesuai minat mereka, seperti film, novel, lukisan, fenomena, games, olah raga, makanan dan lain-lain. Pada bagian komik tips “Ruang Temu” saya mencoba membantu mereka untuk dapat membedakan apa saja yang harus dideskripsikan dan dinilai dari berbagai objek, sehingga mereka akan lebih mudah menuangkan pemikirannya meskipun objeknya tidak sama. Dengan memberikan kebebasan mereka memilih objek ini, menurut saya juga dapat meminimalisir praktik plagiasi atau mencontoh pekerjaan teman mereka. Selain itu, saya pun membuka sesi sesi konsultasi, sehingga mereka dapat menceritakan kendala yang muncul selama penulisan. Sebisa mungkin saya juga memberikan umpan balik agar mereka dapat memperbaiki tulisannya.

Pada bagian akhir, yaitu menulis teks tanggapan, saya melihat siswa dapat menuangkan kreatifitasnya ke dalam tulisan maupun konten yang mereka unggah di media sosial mereka. Mereka bisa mendeskripsikan objek yang mereka tanggapi secara lebih luas dan detail. Mereka juga bisa memberikan pujian, kritik, bahkan saran yang membangun secara objektif dan memberikan alasan yang logis dari penilaiannya. Sementara itu dari literasi digital yang sudah dipelajari, menurut saya mereka juga sudah dapat membuat konten-konten positif di media sosialnya. Meskipun saya tidak dapat memantau aktivitas mereka di dunia digital secara langsung, namun setidaknya mereka telah memahami bagaimana etika dalam berinteraksi di dunia digital.

Saya tidak lupa melakukan refleksi dan evaluasi, agar dapat melakukan perbaikan terhadap penerapan mobile webpage “Ruang Temu”. Satu bagian penting yang harus ditambahkan di “Ruang Temu” adalah ruang yang memfasilitasi siswa-siswa saya untuk saling memberikan umpan balik atau sekadar mengapresiasi teks tanggapan maupun konten positif teman-temannya. Meskipun sebetulnya itu sudah bisa dilakukan di kolom komentar media sosial mereka masing-masing, tetapi saya tidak bisa memantaunya secara kontinu.

Selain dapat dioptimalkan dalam pembelajaran, menurut saya mobile web “Ruang Temu” juga cocok dipelajari oleh para kreator konten atau masyarakat umum yang ingin belajar menanggapi sesuatu fenomena, peristiwa, atau karya, terutama untuk dimuat di dunia digital. Oleh karena itu, “Ruang Temu” perlu didesiminasikan secara lebih luas agar dampaknya terlihat secara nyata, baik dalam kehidupan sosial masyarakat maupun dunia digital.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top