Sebagai seorang guru Bahasa Inggris di SMK tentu salah satu capaian pembelajaran yang ingin dicapai adalah peserta didik terampil menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh percaya diri, namun tak dapat dipungkiri bahwa pelajaran Bahasa inggris menjadi salah satu pelajaran yang menakutkan sekaligus membosankan bagi peserta didik apatah lagi jika gurunya juga kurang kreatif dalam merancang pembelajaran yang menarik dan menyenangkan buat peserta didik. Saya menyadari bahwa saya mungkin termasuk dalam guru tersebut dikarenakan saya melihat bahwa motivasi peserta didik saya dalam belajar di kelas saya semakin menurun terutama saat pembelajaran di masa pandemi dan hal itu masih berdampak sampai sekarang.
Sebagian besar peserta didik saya masih kaku dalam berbahasa Inggris, bahkan mereka malu dan berpikir buat apa sih kita belajar bahasa Inggris toh kita bukan orang Inggris atau orang asing, kita pakai Bahasa Indonesia dan Bahasa daerah saja itu sudah cukup, kalimat tersebut sering terdengar dari gurauan peserta didik yang saya ajar entah itu hanya sekedar joke atau memang murni suara hati mereka. Ungkapan tersebut tentunya terucap dikarenakan mereka belum memiliki motivasi intrinsik untuk belajar bahasa Inggris dan tidak disupport dengan vibes positif yang mampu menstimulus mereka untuk mempraktikkan bahasa Inggris dalam lingkungannya atau membangun percakapan dan kominikasi dalam Bahasa inggris dengan teman-teman di kelasnya, mereka hanya fokus pada keterampilan menulis, mendengar, dan membaca sementara keterampilan berbicara kurang diberikan ruang dalam pembelajaran padahal mampu berkomunikasi merupakan suatu elemen penting dalam pemebelajaran Bahasa Inggris.
Menghadapi tantangan tersebut, Saya sebagai guru Bahasa inggris tentunya tak boleh menyerah dan harus terus semangat dalam menemukan cara yang efektif untuk menumbuhkan motivasi intrinsik peserta didik saya dalam belajar di kelas saya. Langkah awal tentunya harus membangun motivasi intrinsik dalam diri saya pribadi dulu untuk mengajar sehingga motivasi itu dapat tertular ke peserta didik saya. Dengan melakukan refleksi terhadap diri saya pribadi sebagai guru dan juga metode yang selama ini saya terapkan, tnetu saya dapat mengidentifikasi apa yang menjadi kekurangan dan kekuatan saya sehingga saya dapat memetakan langkah dan treatment saya terkait proses pembelajaran yang akan saya lakukan kedepannya. Berdasarkan hal tersebut, sejak pembelajaran luring dilaksanakan pasca pandemi dan meskipun masih menerapkan kurikulum darurat di sekolah, saya pun mengawali kelas saya dengan membuat kesepakatan kelas yang didasari dengan keyakinan kita bersama, hal ini menjadi terobosan baru buat saya dan siswa saya karena baru kali ini saya mengajak mereka untuk membuat kesepakatan kelas, hal ini tentu disambut baik oleh siswa saya karena mereka merasa dihargai dan dilibatkan. Salah satu kesepakatan kelas yang kita sepakati adalah membangun komunikasi dalam Bahasa inggris dengan santun dan sopan, hal ini akan menjadi trigger buat siswa untuk menciptakan “english vibes” meskipun sedikit demi sedikit contohnya jika ingin pinjam sesuatu ke teman atau mau ijin keluar harus menggunakan Bahasa inggris. Langkah selanjutnya adalah melibatkan kembali siswa dalam menentukan tujuan yang akan kita capai dalam pertemuan tersebut, hal ini sangat menarik karena pada sesi ini, saya mencoba untuk membangun motivasi mereka untuk belajar Bahasa inggris dengan menanyakan apa sih tujuan kalian belajar materi tersebut dan mengapa itu penting buat kalian? Pertanyaan itu tentunya menjadi stimulus dan pemantik buat mereka untuk menjadikan belajar saat itu memang menjadi kebutuhan mereka. Sebelum masuk pada kegiatan inti, saya memberikan ice breaking terlebih dahulu untuk membuat siswa lebih fokus dan fresh untuk belajar. Berdasar pada hasil asesmen diagnostik, tentu lebih memudahkan saya dalam memetakan siswa sesuai dengan minat, profil dan kesiapan belajarnya sehingga saya dapat memberikan treatmen yang tepat yakni dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan topik yang dibagikan, dalam kelompok tersebut siswa dibagikan peran masing-masing sehingga merka bisa bertanggung jawab sesuai dengan perannya, setelah memahami apa yang menjadi tanggung jawabnya, setiap orang dalam kelompok-kelompok tersebut akan berkeliling ke kelompok lain untuk menjelaskan apa yang menjadi tugasnya secara bergiliran. Setelah semua mendapat giliran, saya pun memberikan penguatan terhadap aktivitas yang telah dilakukan dan memberikan pertanyaan refleksi secara langsung maupun melalaui form refleksi melalui link yang dibagikan.
Dari hasil refleksi tersebut terlihat respon positif dari siswa. Siswa yang dulunya malas dan pemalu sudah mulaii menunjukkan keaktifannya dalam proses pembelajaran dan kepercayaan dirinya juga sudah mulai terbangun, setidaknya mereka sudah sedikit demi sedikit membangun percakapan dalam Bahasa inggris meskipun terkadang masih kombinasi inggris-indonesia, namun hal itu sangat saya apresiasi karena saya yakin bahwa meskipun perubahan itu kecil namun jika dilakukan secara konsisten maka akan berdampak besar.