Hallo sahabat guru, perkenalkan nama saya Rachmad Hidayatullah, saat ini saya mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SDN Kenari 01 Jakarta Pusat, kita ketahui bersama bahwa sebagai guru tentunya memiliki tujuan dalam proses pembelajaran nya masing-masing, begitupun saya, yang memiliki tujuan untuk dapat memberikan kemerdekaan belajar kepada murid saya dan juga dapat mewujudkan rasa kepedulian dan tanggungjawab kepada murid saya, serta yang tak kalah penting adalah dapat menerapkan budaya disiplin kepada para murid yang mana berharap kedisiplinan tersebut dapat dilakukan secara sadar dan utuh. Hal demikian berawal dari keresahan saya tentang kondisi awal dimana kelas yang cenderung ramai tak bermakna, serta karakter murid yang perlu pembinaan dari segi tingkah laku (adab) yang dirasa kurang ditambah saya adalah guru mata pelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti tentunya nilai karakter menjadi acuan saya untuk dapat mewujudkan anak yang memiliki karakter akhlak mulia.
Setelah saya melakukan observasi dan komunikasikan dengan wali kelas tentang kondisi lingkungan serta orang tua kepada wali kelas, hal demikian menjadi tantangan bagi saya tersendiri, bagaimana murid saya tidak bertutur kata, berperilaku yang tidak baik jika mereka sendiri berada pada kondisi atau lingkungan yang kurang baik dari segi tutur kata maupun tingkah laku. Maka dari itu saya merancang solusi bagaimana murid saya menumbuhkan nilai-nilai positif khusunya tutur kata dan akhlakul karimah kepada mereka, yaitu dengan membuat kesepakatan kelas bersama dengan tujuan dapat mewujudkan dispilin positif secara sadar utuh serta bertanggung jawab atas apa yang mereka pikirkan dan lakukan pada setiap tindakannya baik di kelas maupun di luar kelas. Dan tak lupa hal demikian dapat terwujud secara maksimal dengan catatan refleksi bahwa sebagai guru menanamkan di dalam dirinya trilogi pendidikan Ki Hajar Dewantara ing ngarso sun tulodo, ing madya mangun karso tut wuri handayani. Ing Ngarso Sun Tulodho,yang berarti di depan (pimpinan) harus memberi teladan. Ing Madyo Mangun Karso, yang bermakna di tengah memberi bimbingan. Tut Wuri Handayani, yang mengandung arti di belakang memberi dorongan.
Pada proses aksi nyata dikelas sebelum pembuatan kesepakatan kelas bersama, saya mengawali dengan memberikan pertanyaan pemantik, yaitu, Kelas seperti apa yang kalian inginkan? Serentak anak-anak menjawab “Bersih, nyaman, rapih pak”. Pertanyaan berikutnya, suasana belajar seperti apa yang kalian ingin wujudkan ? Serentak menjawab menyenangkan pak, sesi ini saya bertanya kepada beberapa anak, “shidqi kalau menurut shidqi suasana belajar yang shidqi inginkan yang saperti apa sih ? Tanya saya, yang seru pak, yang gak marah-marah”, hehehe senyum tipis dri bibir saya sambil Tanya ke diri saya marah-marah gak yah saya saat ngajar. dan terakhir pertanyaan pemantiknya adalah, teman seperti apa yang kalian harapkan ?, “yang baik pak, gak pelit seloroh anak-anak berteriak”, nah pada prosesnya saya memberikan sebuah penjelasan terhadap ke tiga pertanyaan pemantik tersebut, dengan harapan anak-anak dapat menuliskan sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Dengan begitu ketika anak-anak menuliskan harapan dan keinginan mereka disertai dengan kesadaran bahwa apa yang mereka tuliskan harus mereka pertanggungjawabkan kedepanny,. sehingga keinginan dan harapan mereka dapat terwujud. Langkah selanjutnya saya membagikan kertas untuk mereka menjawab ke tiga pertanyaan pemantik tersebut, karena saya tidak menggunakan posit. Maka setelah semua sudah menuliskan harapan dan keinginannya mereka maju untuk menaruh kertas tersebut sesuai dengan pertanyaan agar tertata dan mudah untuk mengkategorikannya. Langkah selanjutnya yaitu pembacaan hasil dari tulisan mereka saya bacakan satu persatu. Dari hasil tersebut kita buat skala priorits yang mana kita bersama memilah dan memilih kesepakatan yang dominan dan juga memiliki sifat kemaslahatan bersama bukan bersifat indevidu. Dari sekian tulisan ternyata kami menyepakati 5 kesepakatan. Selanjutnya saya memberikan penguatan pada masing-masing poin agar anak-anak semakin memahami akan kesepakatan yang telah kita putuskan bersama dengan tujuan menumbuhkan rasa tanggungjawab, empati serta gotong royong, dalam mewujdukan hal tersebut ketika pada prosesnya ada permasalahan maka setiap pihak bisa mengingatkan pihak lain yang melanggar kesepakatan kelas yang telah dibuat bersama serta refleksi bersama apakah point kesepakatan yang dilanggar tersebut dapat diteruskan atau dikaji kembali untuk direvisi atau diteruskan nantinya. Agar kesepakatan kelas menarik maka kita bisa membuatnya dalam bentuk poster atau yang sekiranya menarik jika dilihat.
Hasilnya Ternyata dengan membuat kesepakatan kelas bersama kelas menjadi lebih terorganisir dan dengan kesepakatan kelas peserta didik menjadi lebih bisa bertanggung jawab baik untuk diri sendiri maupun disekitarnya. Serta dapat mewujudkan displin yang positif dan membudaya didalam kelas maupun dluar secara indevidu. Hal demikian disampaikan beberapa anak didalam kelas ketika sesi refleksi dilakukan, “Alhamdulillah pak kelas menjadi lebih baik”, imbuh ayu. Ditambahkan oleh adzkia “kelas juga menjadi rapih dan sikap teman-teman lebih baik pak.”