Menumbuhkan Budaya Literasi Dengan One Student One Book

Menumbuhkan Budaya Literasi dengan One Student One Book

Kegemaran murid terhadap budaya membaca buku diharapkan menjadi insan yang melek bacaan dan informasi serta tidak ketinggalan zaman. Jangan sampai murid menganggap bahwa membaca buku itu barang mewah sehingga mereka enggan bersahabat dengan buku. Tugas guru, salah satunya adalah mengenalkan dan mendekatkan dunia literasi kepada murid.

Saya berharap semua murid hobi membaca buku. Oleh sebab itu, murid perlu memahami dan menyadari  bahwa membaca buku memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah menambah pengetahuan dan membuka cakrawala.

Para murid juga perlu mengerti  bahwa tradisi membaca buku tidak bisa muncul tiba-tiba, melainkan harus dikenalkan, didekatkan, dan digerakkan. Dalam menumbuhkan semangat membaca bagi murid, harus dilakukan secara telaten dan sabar karena kegemaran murid bervariasi.

Apa yang saya harapkan membutuhkan perjuangan ekstra agar  terwujud. Kita ketahui bersama adanya perkembangan dunia teknologi menyebabkan murid cenderung lebih suka game online, bermain tik tok, menonton YouTube, atau menulis status di Facebook maupun menulis status WA , dibandingkan dengan membaca buku. Murid lebih gemar pegang HP dibandingkan buku. Luar biasanya, mereka betah berjam-jam menatap layar HP.

Selain itu, murid juga banyak yang hobi nongkrong dan begadang, tanpa berpikir manfaat yang dihasilkan. Perubahan ke arah positif adalah keharusan bagi para murid.

Saya prihatin akan keadaan yang demikian. Saya mencari cara agar tumbuh kesadaran murid untuk membaca. Mau tidak mau, merebaknya virus online game dan sejenisnya harus diimbangi dengan menebarkan kecintaan terhadap buku.

One Student One Book menjadi salah satu cara agar murid gemar, terbiasa, dan mentradisikan kegiatan membaca buku di lingkungan sekolah, di rumah, dan di tempat lain. Jika tingkat literasi murid tinggi, sangat berpotensi dalam meningkatkan kapasitas diri. Bukan hanya itu, kemampuan analisa, daya kritis, dan cakrawala mereka akan semakin meningkat.

Di lingkungan sekolah, murid saya minta membaca buku dan berkunjung ke perpustakaan. Selanjutnya, saya meminta mereka meresensi buku yang mereka baca.

Dalam mapel Bahasa Indonesia, terdapat materi resensi buku. Saya menugaskan kepada murid untuk memilih satu buku di perpustakaan atau meminjam buku milik siapa pun, baik buku sastra atau buku nonsastra.

Saya memberi kesempatan membaca dalam waktu dua bulan, ternyata masih saja murid yang enggan mencari buku apalagi membacanya. Para murid seakan terbebani dan tidak bergairah membaca buku.

Saya tetap berupaya agar etos literasi menjadi budaya bagi murid. Selanjutnya, saya menggunakan cara menerapkan jam kunjung ke perpustakaan selama dua puluh menit pada hari-hari tertentu. Pada aaat jam kunjung ke perpustakaan, masih ada murid yang enggan membaca. Alasan yang kerap disampaiakn adalah ke kamar kecil dan kembali saat waktu kunjung selesai.

Di perpustakaan, murid saya wajibkan memilih satu buku. Memang, ada yang merasa terpaksa membaca buku. Saya tetap melakukan jam kunjung ke perpustakaan sampai ada murid yang bisa merasakan nikmatnya membaca buku.

Dalam merangsang daya literasi murid, sesekali mereka perlu diajak berkunjung ke tempat yang bernuansa literasi. Misalnya, berkunjung ke perpustakaan daerah atau pergi ke toko buku sehingga mereka akan tertarik. Kegiatan tersebut bermanfaat karena murid mengetahui ragam buku: pendidikan, ekonomi, budaya, politik, hukum, sastra, dan seni. Di samping itu, murid akan sadar bahwa masih banyak ragam buku yang belum mereka baca sehingga antusiasme membaca meningkat.

Saya yakin bahwa kegiatan yang saya terapkan tidak akan sia-sia. Saya bersyukur, upaya menumbuhkan tradisi literasi ternyata berdampak terhadap salah satu murid. Fatimatuzzahroh, murid kelas XIIA, mulai terbiasa dengan literasi dan sering bertanya terkait dengan buku-buku sastra. Bukan hanya itu, dia juga sering berkunjung ke perpustakaan sekolah. Saya meminjamkan buku berjudul Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer untuk dia baca.

“Ini buku dibaca, ya. Nanti, kalau sudah selesai, saya pinjami buku lagi,” ujar saya.

Keberadaan Fatimatuzzahroh semoga dapat memotivasi murid lainnya. Bukan hanya itu, semoga mereka sadar bahwa membaca buku itu penting untuk meningkatkan pengetahuan.

*** M. Muhajir, Angkatan 1 PPMB dari instansi MA Nurul Ittihad-Wedung-Demak

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top