Menumbuhkan Budaya Literasi Dengan Kegiatan Story Telling

Perkenalkan nama saya Sutini, S.Pd , saya seorang guru di SDN 091286 Panei Tongah Kabupaten Simalungun Sumatera Utara, saya mengajar sejak tahun 2012 sebagai guru honor komite hingga sekarang menjadi ASN PPPK. Pertama mengajar saya ditempatkan sebagai guru kelas satu, tahun 2017 di kelas empat dan mulai dari tahun 2000 , saya mengajar di kelas enam sehingga sekarang.

Berada di kelas tinggi saya merasa yakin pasti siswa saya sudah pandai dalam hal membaca cepat, menulis indah dan menjawab persolan terkait pokok bahasan yang dibahas dalam bacaan. Saya berharap semua siswa terampil dalam hal tersebut karena ketrampilan berliterasi khususnya literasi membaca sangat perlu dikembangkan di Sekolah Dasar.

Sekolah saya sudah mengembangkan budaya literasi membaca dengan menyediakan perpustakaan, pojok baca kelas dan kegiatan membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran. Budaya membaca diharapkan dapat meningkatkan motivasi anak dalam belajar dan mendapatkan informasi secara mandiri dengan bahan bacaan selain buku pelajaran sekolah.

Selama ini saya menganggap kemampuan berliterasi hanya sebatas mampu untuk membaca dan menjawab pertanyaan berdasarkan bacaan yang dibaca, padahal literasi banyak cakupannya.

Listerasi merupakan keterampilan seseorang dalam hal membaca, menulis, berbicara, menghitung serta memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum literasi diartikan sebagai keterampilan menerima informasi, mengolah informasi, serta menyampaikan Kembali informasi yang diterimanya.

Selama mengajar di kelas empat dan enam , saya terbiasa mengajar dengan cara menyuruh anak membaca teks bacaan, menjelaskan materi dan melatih siswa mengerjakan soal latihan sesuai topik bacaan. Siswa juga sudah terbiasa dengan kegiatan membaca , meringkas materi dan menjawab latihan soal secara tertulis hingga terkadang siswa bosan dan tertekan . Tetapi setelah beberapa waktu jika materi diulang kembali banyak  siswa sudah tidak ingat  karena kurang memahami bacaan . Siswa juga tidak aktif dalam berbicara jika guru mengajukan pertanyaan karena takut salah menjawab.

Berdasarkan pengamatan belajar siswa saya tersebut di sekolah , ternyata masih banyak siswa yang hanya mampu membaca tetapi  belum mampu untuk memahami bacaan serta menyampaikan kembali informasi yang dibacanya dengan bahasa mereka sendiri. Siswa masih takut untuk mengungkapkan pengetahuan yang mereka dapatkan karena takut salah menyampaikan informasi dan takut berbicara di depan kelas.

Kemudian saya berusaha mengembangkan  metode belajar menyenangkan yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam membaca , mengaktifkan siswa dalam berbicara dan melatih kepercayaan diri dengan kegiatan story telling.

Kegiatan story telling merupakan kelanjutan dari pengembangan budaya literasi membaca dimana siswa akan diarahkan untuk membaca berbagai buku yang mereka sukai , kemudian siswa akan menceritakan kembali informasi yang dibacanya kepada siswa lainnya di depan kelas, setelah itu siswa lainnya akan memberikan umpan balik dengan memberikan tanggapan positif maupun pertanyaan terkait informasi yang disampaikan. Kegiatan tersebut akan dilakukan bergantian dengan siswa yang lainnya  sehingga tercipta pertukaran informasi yang didapat dengan kegiatan yang lebih menyenangkan .

Story telling dapat dilakukan didalam kelas maupun diluar kelas seperti ditaman, perpustakaan, lapangan maupun tempat lain disekitar lingkungan sekolah. Kegiatan ini juga bisa diselingi dengan ice breaking berupa permainan seru maupun bernyanyi agar kegiatan lebih menyenangkan dan siswa semakin bersemangat dalam menyampaikan informasi yang didapatnya.

Story telling juga dapat dilakukan dengan teman sekelas maupun teman kelas lain seperti adik kelas agar dapat melatih rasa percaya diri, jiwa kepemimpinan siswa dan berlatih menjadi tutor rekan sebaya.

Kegiatan  story telling diawali dikelas yang saya ampu yaitu kelas enam, saya meminta siswa untuk membaca sebuah buku yang mereka sukai untuk dibaca dirumah dan esok harinya akan dilakukan kegiatan story telling sebelum pembelajaran dimulai selama 15 menit setiap harinya, siswa saya atur jadwal kegiatannya agar mereka dapat bergantian setiap hari untuk bercerita. Jika seorang siswa bercerita maka siswa lain akan memberikan tanggapan berupa memberikan pertanyaan terkait cerita atau tanggapan positif. Diakhir kegiatan dilakukan refleksi tentang kegiatan yang dilakukan dan pembelajaran yang didapat.

Setelah dilakukan dengan teman sekelas, saya kembangkan lagi kegiatan dengan kelas lain dimana siswa kelas enam bercerita kepada adik kelasnya dan meminta tanggapan dari adik kelas diakhir kegiatan. Untuk bercerita dengan siswa kelas rendah, buku cerita yang digunakan adalah buku cerita anak-anak atau cerita bergambar agar mereka lebih bersemangat dan bisa merangsang siswa untuk bertanya.

Kegiatan ini jika dilakukan secara kontinue akan dapat menularkan budaya membaca dan bercerita kepada kelas lainnya sehingga siswa semakin senang membaca dan berbagi ilmu dengan teman yang lain serta menambah ketrampilan dalam menyusun informasi menggunakan bahasa sendiri dan ketrampilan berkomunikasi dengan teman lainnya.

Setelah melakukan kegiatan story telling, siswa akan lebih belajar untuk memahami bacaan yang dibacanya , mencoba merangkai informasi menggunakan bahasa sendiri , berani tampil di depan kelas, melatih rasa percaya dirinya sebagai seorang pemimpin serta melatih ingatan siswa dalam jangka panjang karena terbiasa mengolah dan merangkai informasi yang didapat dengan kegiatan yang lebih menyenangkan.

Dengan kegiatan story telling ini kedepannya siswa diharapkan dapat menularkan kebiasaan berliterasi kepada siswa atau teman lainnya , sehingga mereka akan semakin menempa dirinya untuk bisa mandiri belajar , percaya diri dan senang berbagi pengetahuan dengan teman lainnya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top