Menulis Dan Bercerita: Strategi Menggali Potensi Siswa Pasca Pandemi

Kondisi pandemi memaksa murid merubah cara baru dalam proses belajarnya. Dari yang biasanya dibimbing penuh oleh guru dan orang tua lalu kemudian harus membuat rencana belajar yang berbasis kemandirian dalam belajar. Ditambah lagi variasi metode belajar dengan kemampuan mengelola media digital sebagai sumber belajar jauh lebih besar ketimbang diskusi bersama Guru atau murid lainnya. Hal ini menyebabkan murid mengalami berbagai kendala baik pada masa pandemi dan tak luput pula ketika murid menghadapi adaptasi baru pasca pandemi. Ditandai dengan komunikasi verbal yang minim dari murid kepada guru maupun sesama murid. sikap pasif murid di kelas bahkan ada yang sampai menarik diri dari hubungan sosial. Kondisi “emergency” seperti ini harus dapat diubah. Guru Bimbingan dan Konseling harus hadir memberikan intervensi yang signifikan agar kondisi pembelajaran menjadi suasana yang menyenangkan sekaligus menyembuhkan.

Intervensi cepat dan tepat yang dapat dilakukan oleh Guru BK adalah dengan memberikan ice breaking di awal pertemuan sehingga suasana belajar menjadi lebih hangat dan menyenangkan. Tentu Guru tidak sepenuhnya dapat memberikan umpan balik yang positif namun setidaknya ada perubahan yang dapat terlihat dari murid-murid yang mulai berubah raut wajahnya menjadi lebih ceria dan mata yang berbinar. Kepekaan Guru BK diuji ketika murid memberikan respon apapun yang ditunjukkan. Baru kemudian Guru mengajak murid untuk merefleksi pengalaman belajar selama pandemi dan membandingkan dengan kondisi normal pasca pandemi. Ternyata umpan balik murid cukup beragam.

” Bu, kalau saya bosan banget di rumah terus. Ngak bisa belajar, ngak ada teman diajak diskusi, ngak ada guru yang bisa langsung ditanya.” jawab salah satu murid ketika ditanya tentang pengalaman belajar selama PJJ.

Tetap masih ada murid yang belum bisa memberikan refleksi pembelajaran semasa pandemi dengan uraian kata-kata (verbal) secara langsung begitu pula ketika Guru meminta murid untuk menuliskan cerita tersebut. Umpan balik yang diberikan murid masih belum optimal. Hingga akhirnya Guru memberikan pertanyaan mengenai harapan dan cita-cita murid. Ternyata diluar dugaan reaksi lebih banyak yang positif. Tepat sekali karena saat itu materi BK Klasikal adalah mengenai Mengenal Potensi Diri: My Biggest Dream.

Sebuah tulisan karya Bridget Murray di website American Psychological Association (APA) June 2002, Vol 33, No. 6 yang berjudul ” Writing to Heal” halaman 54 bertuliskan “By helping people manage and learn from negative experiences, writing strengthens their immune systems as well as their minds.” kira-kira diterjemahkan dengan “Membantu orang mengatur dan belajar dari pengalaman negatif, (proses) menulis menguatkan sistem kekebalan tubuh dan pikirannya”.

dengan berkeyakinan seperti ini, guru kemudian memberikan tantangan baru berupa penugasan kepada murid untuk menulis esai yang sesuai dengan tema. Esai ini berisi empat Alinea/paragraf yang diawali dengan perkenalan profil murid, harapan dan cita-cita, hambatan.kendala yang dihadapi dan berakhir pada tindakan nyata yang direncanakan.

Tanpa berpikir panjang, guru mengajak murid untuk memberikan uraian harapan dan cita-cita di atas kerta HVS A4. Hal ini dimaksudkan agar penugasan dapat menjadi portofolio pembelajaran. Dan karena waktu tidak cukup dengan satu kali sesi pertemuan oleh karena itu disepakati bersama penugasan diharuskan selesai pada pertemuan selanjutnya. Dan pada masa interval waktu tersebut siswa boleh bertanya melalui pesan digital atau berkonsultasi langsung kepada Guru pada waktu jam yang ditentukan bersama. Pertanyaan bermunculan mengenai penugasan, diantaranya, bagaimana cara mengawali tulisan, apa saja yang ditulis dan bagaimana mengurai kata-kata dalam tulisan yang diinginkan Guru. Guru hanya tersenyum dan memberikan jawaban.

“Kalian cukup menulis apa yang ada dalam hati dan pikiran kalian. Ungkapkan ke dalam empat paragraf tersebut dan tulis saja dengan kata dan kalimat yang terbersit dalam pikiran dan benak kalian!”

Tiba waktu pengumpulan hasil tulisan dan satu persatu murid bergantian membacakan hasil tulisannya di depan kelas. Meskipun pada awalnya menunjukkan sikap malu tetapi Guru tetap memberikan kata-kata yang menenangkan agar murid berani untuk berbicara. Sesekali Guru meminta murid untuk merefleksi tulisannya dan menanyakan kenapa kamu tulis demikian dan guru akan mendapatkan jawaban yang terkadang diluar dugaan bahkan sampai mendapatkan informasi penting mengenai kehidupan murid. Sampai akhirnya murid memberikan berbagai gaya Ketika membacakan hasil tulisannya bahkan ada yang bercerita dengan membubuhkan gaya hingga teman-teman murid lainnya sangat terhibur. Tentu Guru mengapresiasi bentuk perilaku positif apapun yang ditunjukkan murid karena proses ini adalah bagian dari tujuan pembelajaran yaitu murid dapat berekspresi dengan cara uniknya masing-masing tanpa ada kritik. sampai di akhir pertemuan sebagian besar siswa tersenyum optimis. Guru berharap senyum optimis ini adalah langkah baik untuk menciptakan kondisi humanis dan positif dalam pembelajaran di masa adaptasi kenormalan baru.

Sebagai Guru BK, saya bersyukur karena bisa melalui tantangan kelas ini. Diawali dengan memberikan ice breaking, kepercayaan diri murid terhadap interaksi di kelas semakin terbangun. Salah satu ice breaking yang diberikan adalah tepuk nyamuk. Setelah suasana kondusif barulah Guru menjelaskan maksud dan tujuan dari pertemuan pada hari tersebut. Guru memberikan kesempatan kepada murid untuk memberikan komentar/umpan balik dari uraian guru mengenai topik dimaksud (My Biggest Dream) dan ternyata dari proses menulis tersebut guru mendapatkan banyak informasi mengenai murid baik dari sisi karakter kepribadian juga potensi murid. Deteksi diri potensi, minat dan dna bakat murid dapat terungkap. Dari sisi murid itu sendiri, mereka mengatakan jika diberikan kesempatan untuk melakukan lagi maka akan lebih baik dalam penugasan dan tampil di depan kelas. Murid dapat belajar untuk mengapresiasi bentuk apapun yang ditunjukkan dari kawan murid lainnya dalam berekspresi di depan kelas, sekaligus juga belajar mengungkapkan isi hati dengan kegiatan menulis dan karya tulisannya dapat menginspirasi kawan murid lainnya.


Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top