Menjadi Murid Merdeka dengan Menyelesaikan tantangan
karya Muhammad Haidil Akbar
SDN 09 Sanggau
Perkenalkan nama saya Muhammad Haidil Akbar, biasanya dipanggil Akbar. Saya lahir di kota Sanggau Kalimantan Barat pada tanggal 25 November 2009. Bertepatan dengan hari Guru Nasional. Bersamaan pula dengan HUT PGRI. Dimana setiap tahun selalu diperingati oleh semua guru-guru di seluruh Indonesia, diperingatinya Hari Guru ini sebagai bentuk penghargaan dan dedikasi yang tinggi kepada seluruh pahlawan tanpa tanda jasa di Indonesia, yaitu Guru. Bangganya saya dilahirkan dihari itu kenapa? karena disetiap tahunnya selalu dirayakan meskipun dengan maksud dan tujuan yang berbeda.
Saat ini saya bersekolah di salah satu SDN di kota Sanggau, Kalimantan Barat. Di sekolah tersebut saya belajar dan dibimbing oleh guru-guru yang baik dan hebat. Saya juga selalu aktif mengikuti kegiatan positif yang diadakan di sekolah. Seperti, upacara bendera yang diadakan setiap hari senin, kegiatan pramuka, lomba-lomba di sekolah, dan lain-lain. Proses belajar di sekolah selalu saya ikuti dengan baik. Peraturan-peraturan di sekolah juga selalu saya patuhi dan taati. Semuanya berjalan semestinya tanpa ada kendala dan masalah apapun.
Seiring berjalannya waktu, entah kenapa saya merasa jenuh dan bosan dengan rutinitas yang dijalani setiap hari di sekolah. Setiap hari, dan setiap kenaikan kelas tentunya wali kelas juga berbeda. Tetapi tidak ada perubahan dalam proses belajarnya, begitu begitu terus. Di kelas, kami sering membaca, menulis, atau merangkum materi pelajaran, mengerjakan soal-soal, dan sesekali membuat prakarya. Jadi kalau dipikir-pikir lebih banyak teori dibanding praktiknya. Bagi saya ini kurang menarik dan kurang menyenangkan. Bosan yang saya rasakan. Andaikan waktu itu saya bisa mengungkapkan apa yang ada di pikiran, saya ingin berbicara, didengarkan dan diberi tantangan, aksi. Saya ingin diberi peluang dan kesempatan untuk melaksanakannya. Tetapi saya tidak berani mengungkapkannya. Saya takut dimarahi dan juga tidak mempunyai dukungan dari siapapun. Pernah sekali saya mengungkapkan ide kepada Ibu guru seperti ini
” Ibu, bagaimana kalau ruangan kelas ini kita dekorasi supaya lebih bagus, lebih nyaman, dan bisa membuat kami semua merasa betah saat belajar? ” kata saya.
Tetapi guru ku tidak setuju dengan ide saya karena menurutnya akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Padahal seandainya Ibu guru mau memberi kami sedikit tantangan, misalnya diberi tugas menggambar, atau membuat prakarya, maka dari hasil tugas karya itu bisa digunakan untuk menghias ruang kelas. Karena tidak ada respon positif ya sudahlah akhirnya saya hanya bisa diam dan kembali menerima kenyataan belajar seperti yang dulu lagi. Namun saya terus berharap semoga suatu saat nanti akan ada perubahan di sekolah atau minimal di dalam kelas
Tidak terasa waktu terus berlalu, saatnya saya naik kelas 5 dan bertemu dengan wali kelas yang baru, namanya Ibu Titis kartikawati S.Pd SD. Dari duduk di bangku kelas 3, saya sudah mendengar namanya dan sedikit cerita tentangnya dari beberapa kakak kelasku. Mereka bilang “saat di kelas 5A nanti kamu akan bertemu dengan seorang guru yang cara belajarnya itu asyik, aneh, ribut, ribet, menyenangkan, akan sering memberi tugas praktik dan membuat karya”. Sepertinya inilah jawaban dari doa-doa saya selama ini. Ya, dalam hati saya bersyukur kesempatan untuk bisa dibimbing beliau akhirnya datang juga. Saya penasaran dengannya. Saya ingin libur panjang kenaikan kelas ini segera usai dan secepatnya belajar bersama beliau. Namun, keadaan berkata lain, saat saya duduk di kelas 5, saya harus menerima kenyataan tidak bisa bersekolah tatap muka seperti biasanya. Karena pada saat itu, sedang maraknya virus Corona mewabah di mana-mana. Pihak sekolah juga memutuskan murid-murid belajar secara online. Saya bingung, sedih, marah dan kecewa, kenapa semua ini harus terjadi disaat sudah bertemu dengan guru idola saya. Saya harus belajar ikhlas untuk menerima semua ini.
Tahun ajaran baru akan segera dimulai. Pembelajaran dilaksanakan secara online, dengan aplikasi WhatsApp. Awal mula beliau masuk di grup kelas, dimulai dengan perkenalan diri masing-masing. Saat tiba giliran, saya merasa malu dan kikuk karena pada saat itu saya baru bangun tidur dan tidak ada persiapan apapun. Keesokan harinya saya dan mama saya, serta orangtua murid yang lainnya datang ke sekolah untuk mengambil buku paket sebagai panduan kami dalam belajar. Saat itu saya senang sekali dapat bertemu langsung dengan wali kelas. Beliau sangat baik, ramah, cantik, dan anggun. Itulah kesan pertama saya saat pertama kali bertemu.
Pada pertemuan itu beliau menjelaskan tentang proses pembelajaran selama di kelas 5. Saya mendengarkan baik-baik apa yang beliau sampaikan. Dalam hati saya berjanji akan belajar sungguh-sungguh dengan bimbingan beliau, guru favoritku. Meskipun belajar secara daring, beliau tetap mengajarkan kami kedisiplinan dan tanggung jawab. Salah satu contohnya adalah dibentuknya petugas kelas sesuai kesepakatan bersama, dipilihlah beberapa murid sebagai petugasnya. Ada yang jadi ketua kelas,sekretaris dan bendahara.
Pada saat itu saya ditunjuk sebagai ketua kelas. Sebuah tanggung jawab yang sangat berat, tetapi saya mencoba menerima dan melaksanakan tugas ini dengan sebaik-baiknya.
Meskipun belajar secara daring, buat saya tetap asyik dan menyenangkan. Tepat pukul 07.00 pagi beliau hadir di grup kelas untuk menyapa kami. Terlebih dahulu Kami diabsen satu persatu dengan menyertakan emoji perasaan kami. Tentunya kami semua merasa senang dapat bertemu dan belajar bersama guru dan teman-teman, meskipun lewat handphone. Pembelajaran di grup WhatsApp dilakukan setiap hari selama kurang lebih 2 jam. Biasanya kami berdiskusi bersama membahas tentang pelajaran hari itu. Saat berdiskusi, seringkali kami diberi pertanyaan dan tebak gambar. Kami semua berusaha memberikan jawaban masing-masing. Jika jawaban kami benar biasanya beliau memberikan pujian dan emoji tepuk tangan. Itulah guruku yang membimbing dengan penuh kasih sayang. Di akhir pembelajaran, kami diberikan tugas dan dikumpulkan pada waktu yang sudah ditentukan.
Satu tahun belajar bersama beliau, banyak sekali pengalaman dan tantangan yang saya hadapi. Pengalaman paling berkesan adalah saat saya diajak beliau untuk siaran di RRI Sanggau. Sebelumnya tidak pernah terbayangkan bisa siaran di sana dan suara saya terdengar dimana-mana. Selanjutnya saat saya ditunjuk menjadi narasumber pada seri belajar yang diadakan 1 kali dalam seminggu via Google Meet, saat itu saya membuat video tentang pembelajaran, materinya tentang hak dan kewajiban. Video itu saya buat dan edit sendiri, lalu ditampilkan pada saat Google Meet berlangsung. Saat sesi tanya jawab saya harus siap menjawab pertanyaan dari teman-teman. Oh iya disetiap pembelajaran via Google Meet, saya harus memastikan kehadiran teman-teman. Biasanya yang hadir dan tidak hadir saya catat di buku, seusai belajar catatan itu saya kirimkan ke beliau.
Tantangan lain yang saya hadapi adalah saat beliau memberi tugas membuat prakarya. Kami diberi kebebasan untuk membuat karya yang kami sukai. Saya memilih untuk membuat mobil truk dari kardus. Dari tugas ini saya belajar cara mengukur, memotong dan menempel bagian-bagian truk hingga menjadi mainan yang bisa dimainkan. Tantangan selanjutnya adalah saat beliau memberikan tugas membuat video vlog tentang unsur-unsur budaya yang ada di kota saya. Tugas ini banyak sekali pelajaran yang didapatkan. Saya jadi tahu kebudayaan yang ada di kota saya. Saya jadi lebih percaya diri saat berinteraksi dengan siapapun, belajar arti kesabaran, belajar untuk menjadi editor, menyatukan foto dan video yang terpisah menjadi satu hingga menjadi video yang bagus. Tantangan berikutnya adalah saat beliau memberikan tugas mengenal dan mencatat jenis-jenis rempah-rempah yang ada di dapur mama saya, serta membuat resep masakan dari rempah tersebut. Nah, dari tugas ini saya jadi tahu nama-nama rempah dan kegunaannya. Saat membuat resep masakan juga saya menyelesaikannya sendiri. Mulai dari mempersiapkan bahan, meracik bumbu, hingga mengolahnya sendiri. Luar biasa, beliau memang keren.
Oh iya saat proses belajar mengajar beliau pernah juga melaksanakan kunjungan belajar ke rumah. Kami membuat kelompok yang terdiri dari 6 sampai 7 orang. Kunjungan pertama, beliau hadir di kelompok saya. Saat itu beliau mengajarkan tentang cara membuat PowerPoint. Karena saya tidak mempunyai laptop, beliau meminjamkan laptopnya kepada saya. Baik sekali, beliau sangat peduli kepada saya. Pada malam harinya di rumah, saya ingin mengulang kembali cara membuat PowerPoint, tetapi saya bingung, bagaimana caranya karena dirumah saya tidak mempunyai laptop? Mama saya memberi saran, bagaimana kalau dicoba dengan menggunakan handphone. Mulailah saya dan mama mencari informasi dari YouTube dan Google tentang cara membuat PowerPoint menggunakan handphone. Akhirnya dengan tekad yang kuat, saya berhasil membuatnya. Dan hasilnya langsung ku kirimkan ke beliau. Betapa senangnya saya saat berhasil menyelesaikannya.
Pelajaran yang saya dapatkan selama setahun dalam bimbingan beliau adalah saya belajar bertanggung jawab terhadap diri saya sendiri dan sebagai ketua kelas. Saya juga bertanggung jawab terhadap teman – teman, membantu mengingatkan mereka, dan memberi contoh yang baik kepada mereka. Saya juga belajar artinya kesabaran, keikhlasan, ketulusan, menghormati dan menghargai orang lain. Berani mencoba menghadapi tantangan yang ada, tidak mudah mengeluh dan pantang menyerah. Hadapi setiap masalah dengan sabar dan tenang, dan satu lagi tetap fokus pada tujuan yang ingin dicapai. Ikuti prosesnya dan terus belajar.
Terima kasih Ibu Guruku (Ibu Titis Kartikawati S.Pd SD) yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan ketulusan. Cinta dan kasih sayangmu telah mengajarkanku banyak hal positif yang sangat berguna bagi masa depanku. Doa dan harapan saya, semoga beliau selalu sehat, kuat, sabar, dan ikhlas dalam melaksanakan tugas sebagai guru dan pemimpin.
Terima kasih Ibu Jasamu takkan pernah bisa saya lupakan.