Menjadi Guru Matematika Anak Berkebutuhan Khusus

Penulisan Pratik Baik Pembelajaran Merdeka Belajar

               Awal. Saya adalah guru di SLB B Pangudi Luhur Jakarta Barat. Di sana saya mendapat kpercayaan untuk mengajar matematika sesuai lulusan saya yaitu Pendidikan Matematika dari salah satu Universitas di Yogyakarta. Kondisi saya adalah lulusan guru anak anak umum, seperti SD sampai SMA dan bukan untuk siswa berkebutuhan khusus. Tanggung jawab yang saya emban di sini adalah mengajarkan matematika untuk siswa berkebutuhan khusus yaitu Tunarungu. Banyak hal yang harus saya pelajari, mulai dari saya harus menangkap perkataan siswa (mulai yang jelas sampai yang belum terbentuk kosa katanya). Tujuan pembelajaran yang harus saya capai adalah mengantarkan anak anak dan mendampingi agar mereka mampu berhitung, mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, berbicara dan bekerja suatu saat nanti.

               Tantangan. Tantangan yang saya alami adalah bagaimana saya menyampaikan materi yang sulit menjadi materi yang sederhana dan mudah ditangkap oleh anak-anak tersebut. Menyampaikan tujuan pembelajaran jika mereka mempelajari materi tertentu. Bagaimana caranya membangun semangat anak-anak supaya senang mengikuti pembelajaran matematika. Bagaimana cara pemahaman siswa dari berbagai cara yang mereka mampu lakukan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berhitung sederhana dan tidak mudah lupa. Bahkan tantangan yang saya sangat ingat adalah ketika ada salah satu murid yang dengan polos dan jujur, berkata kepada saya, Bu Ayu pindah saja ke sekolah lain. Saya maunya diajar oleh Guru “tertentu” yang sudah pindah sekolah, guru yang sebelumnya yang saya gantikan. Saya menangis dan sejak saat itu saya berefleksi apa yang salah dalam pembelajaran saya dan apa yang harus saya lakukan. Menghadapi anak-anak seperti ini tidak mudah, karena mereka punya keterbatasan pendengaran, karena keterbatasan itu banyak hal yang harus diajarkan mulai dari kosa kata dan cara berfikir anak-anak.

               Aksi. Stategi yang saya lakukan dalam menghadapi tantangan tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Pada pertemuan pertama saya membuat beberapa kesepakatan dengan anak anak. Mereka antusias dengan menanggapi hal-hal apa yang harus diperhatikan di kelas matematika. Saya akan memberi poin di papan tulis dengan menuliskan nama dan poin yang didapat selama pembelajaran berlangsung. Kesepakatan yang lain tentang menunjuk siswa yang bertanggung jawab membantu guru selama proses belajar sebagai asisten jika suasana kelas tidak kondusif. Kesepakatan ulangan dan latihan soal dilakukan sesuai kesepakatan waktu yang disepakati bersama. Pemberian tugas tambahan dilakukan jika masih ada yang belum mengerti materi tertentu.  Pemberian nilai lebih jika ada anak yang bisa menggunakan cara berbeda dari yang telah diajarkan atau dicontohkan. Menulis nama di papan kelas siapa nama anak yang aktif dalam kelas. Saya harus mengajarkan satu-persatu hal dari hal hal kecil sampai ke hal-hal yang sulit, harus diajarkan dengan detail dan jika perlu saya harus dengan pendekatan individu.

               Respon murid saat belajar sangat positif dan antusias. Mereka belajar dengan semangat dan bertanya jika mendapatkan kendala. Pendekatan individu dan terkadang dengan menggunakan tutor sebaya. Dengan tutor sebaya mereka lebih semangat karena yang mengajarkan adalah anak-anak teman mereka dan mereka merasa harus bisa karena teman-teman yang lain sudah bisa. Bagaimana menanggapi respon murid seperti yang mengeluh karena tidak mau guru seperti saya, pelan-pelan saya mendekati dan mencari di mana letak yang harus say perbaiki dan hal apa yang bisa diperjuangkan dari anak tersebut. Semakin lama berlangsungnya hari, anak tersebut semakin menyukai matematika yang diajarkan oleh saya, mau banyak bertanya dan mengungkapkan apa yang menjadi kesulitan siswa tersebut.

Perubahan/Pelajaran. Perubahan/dampak yang dihasilkan dan pelajaran yang didapat dari penerapan strategi tersebut adalah dengan antusiasnya anak anak dalam belajar matematika. Pembelajaran matematika yang berlangsung adalah pembelajaran yang seperti anak mengajarkan bahasa kepada anaknya. Jadi mereka belajar dengan sangat santai tetapi serius. Bertanya jika kurang paham. Meminta tugas tambahan jika merasa dirinya belum paham, dan selalu minta pembahasan untuk lebih memahami materi. Belajar di luar kelas untuk suasana baru. Saya masih berusaha memberikan yang terbaik yang mereka butuhkan, untuk bekal mereka menghadapi banyak tantangan di masa depan dan di masyarakat dengan pengaplikasian matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Sekian dan terima kasih.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top