MENJADI GURU KREATIF, UNTUK MURID BAHAGIA
Belajar adalah aktifitas yang setiap hari dilakukan baik dalam konteks formal maupun non formal, dalam lingkup kelas atau di luar kelas, baik disadari ataupun tidak disadari. Pengalaman belajar harus bisa digali dengan strategi dan metode yang bervariatif agar belajar lebih bermakna. Belajar secara bermakna artinya proses dalam pembelajaran tersebut menghasilkan suatu pengalaman yang mengesankan dan menyenangkan bagi setiap orang. Belajar yang mengesankan dan menyenangkan akan memberikan pengalaman dan pengamalan yang sangat baik bagi masing-masing individu baik dalam eksternal maupun internalnya. Seperti yang sedang digaung-gaungkan saat ini bahwa belajar itu harus bahagia dan merdeka. Tidak ada lagi ketakutan untuk belajar sesuatu, semua berhak belajar dengan bahagia dan merdeka.
Hal ini tentu selaras dengan Dasar Pendidikan yang di gagas oleh Ki Hajar Dewantara bahwa dalam proses belajar harus dilakukan dengan cara-cara menyenangkan dan murid merasa bahagia saat belajar. Namun, yang ada di pikiran saya saat mendengar kata “Murid bahagia dengan belajar” kepala saya sudah pusing, karena saya tidak tahu bagaimana cara menempuh hal tersebut. Saya gali informasi, bertanya kepada rekan-rekan Kelompok Kerja Guru dan teman sejawat lainnya, mengikuti beberapa media social yang menggagas praktik mengajar, akhirnya sedikit-sedikit mulai tercerahkan, dan sedikit menyimpulkan bahwa untuk murid bahagia dibaliknya tetap ada perjuangan guru untuk bahagia juga. Memang, pahala membahagiakan orang lain adalah diri kita akan merasakan kebahagian tersebut.
Saya, seorang guru yang mengampu Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Kebonsari 2 Kota Malang. Pengalaman mengajar saya masih terbilang sebentar, kurang lebih 5 tahun. Saya akan berbagi pengalaman mengajar dan belajar bersama murid-murid saya di sekolah. Kenapa saya mau menceritakan ini? Karena dalam proses tersebut ada grafik naik turun kemampuan saya dalam mengajar. Awal mengajar saya mendapat kelas tinggi, yaitu kelas 4 SD, usia anak yang sudah sangat sadar memahami intruksi karena mereka berada di fase akhir anak-anak. Mereka bisa diajak dan dilepas dalam artian mereka bisa menentukan cara belajar dan menjelaskan kegiatan apa yang paling mereka sukai ketika belajar. Saya merasa awal mengajar saya sangat enjoy dan fun, karena memang pada dasarnya saya menginginkan murid saya yang lebih aktif, contoh yang saya terapkan saat pembelajaran di kelas adalah mengemas materi Pendidikan Agama Islam terlihat modern dan fun tidak hanya hafalan dan praktik saja. Waktu itu berfikir dulu, mengira-ngira dulu, kira-kira media apa yang perlu dibuat agar tidak monoton, muridnya yang aktif. Nah, berawal dari riset di rumah, dari keluarga sendiri, adik laki-laki saya yang suka baca komik.
Minat baca murid di kelas memang terbilang masih belum bagus, keluarlah ide untuk membuat komik Islami yang relevan dengan materi pembelajaran saat itu, kebetulan materinya tentang Akhlak Terpuji seperti Homat dan Patuh kepada Guru dan Orangtua, Jujur, Percaya diri. Saya bagi dalam beberapa kelompok namun materinya setiap kelompok berbeda, dan itu hasilnya sangat bagus anak-anak antusias berbagi tugas di kelas dan tidak berhenti disitu saja, saya meminta mereka untuk menunjukkan kepada Kepala Sekolah agar diberikan apresiasi berupa saran membangun, selain itu mereka berkesempatan untuk ngobrol secara langsung dengan Kepala Sekolah. Saat saya melakukan kegiatan umpan balik dan refleksi, respon anak-anak sangat baik dan senang melakukan aktifitas belajar seperti ini.
Di tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya, saya ditugaskan di kelas rendah, mengajar kelas 1 dan 2. Jujur, waktu itu saya kaku dan mati gaya, Karena saya menganggap anak kecil tidak bisa diajak belajar seperti kelas tinggi, mereka belum bisa mandiri jika dibuat tugas seperti kelas atas, hingga pada akhirnya pembelajaran di kelas hanya sekedar mengejar materi dan kompetensi akhir. Dan itu membuat saya tidak berkembang, murid saya bosan, mengantuk, ngobrol dengan temannya saat pembelajaran di kelas. Mereka kurang tertarik dengan cara mengajar saya yang kurang menyenangkan. Sehingga beberapa tahun itu saya merasa gagal menjadi seorang guru. 😊
Bersyukur luar biasa karena saya tiba-tiba disadarkan oleh Allah SWT, diberikan jawaban dari setiap unek-unek dan doa yang saya panjatkan, usaha saya untuk menemukan ilmu, menggali informasi, dan kemauan keras saya untuk berubah. Tidak mungkin saya egois dan menuruti kemalasan untuk tidak mengexplore kondisi murid-murid, karena bathin saya juga tersiksa saat melihat mereka bosan belajar, atau merasa ketakutan saat belajar di kelas. Saya mencoba untuk mendobrak diri saya sendiri, mengikuti pelatihan-pelatihan pembelajaran inovatif seperti yang baru saja saya ikuti diadakan di kampus Universitas Negerti Malang, kemudian mengikuti Wardah Inspiring Teacher, luar biasa tercerahkan.
Saya mencoba mengemas pembelajaran PAI menjadi menyenangkan dan metode hafalan menjadi pembiasaan. Untuk metode hafalan menjadi pembiasaan, saya buat seperti Monitoring, ada Monitoring Bacaan Sholat, Doa sehari-hari dan Monitoring Surat Pendek, Jadi setiap kegiatan sholat dzuhur untuk kelas rendah saya biasakan untuk membaca Jahr atau lantang bunyi bacaannya, selain pembiasaan bacaan sholat saya, murid juga berlatih membiasakan melafalkan surat-surat pendek, setelah sholat mereka membaca doa sehari-hari, seperti doa masuk kamar mandi, keluar kamar mandi, doa ketika berpakaian, dan lain sebagainya. Kemudian, saat di kelas ataupun saat jam pulang sekolah mereka bisa melakukan monitoring dengan guru.
Selain pembiasaan, saya mencoba mengubah tugas formatif yang sebelumnya hanya memberikan soal-soal tes lalu murid menjawab soal tersebut, setelah selesai diberikan keguru untuk di nilai, anak yang bisa mengerjakan nilainya 100, yang belum bisa nilainya di bawah KKM, remidi. Akhirnya, saya ubah menjadi tugas yang menyenangkan setelah mengerjakan aktivitas nonton bareng di seri Asesmen Formatif untuk Merdeka Belajar.Saya langsung mendapat ide yang sebelumnya tidak pernah saya lakukan selama pembelajaran di kelas. Saat itu, materi pembelajaran ke 3 tentang Allah Maha Pencipta, saya membagi mereka dalam beberapa kelompok, kemudian melakukan kegiatan observasi di area sekitar sekolah, mereka mengamati ciptaan Allah swt yang ada di area sekolah. Setelah selesai, terkumpul mereka menjelaskan kepada kelompok lain apa saja hasil temua mereka tentang ciptaan Allah di sekitar sekolah.
Pada pertemuan berikutnya, Saya memberikan selembar kertas kepada masing-masing murid dan menyerahkan kepada mereka untuk menggambar ciptaan Allah yang mereka inginkan serta menggambarkan pula dari ciptaan Allah tersebut apa yang dapat di kelola manusia dari ciptaan Allah tersebut yang bermanfaat bagi kehidupan. Contohnya, Pohon bisa di kelola menjadi kayu, lalu serat kayu bisa di kelola menjadi kertas, itu semua dilakukan dengan cara menggambar, mewarna dan menempel. Saat kegiatan umpan balik, saya memberi kesempatan kepada murid untuk menjelaskan maksud gambarnya, dan repson mereka dengan pembelajaran pada hati itu. Mereka menjawab, bahwa pembelajaran Agama Islam semakin menyenangkan dan berterimakasih kepada saya. Saya pun ikut bahagia dan bersemangat untuk memberikan pembelajaran yang inovatif agar mereka bahagia saat belajar dan tujuan Pendidikan memanusiakan manusia tercapai.
Demikian, cerita praktik baik saya saat mengajar, mengikuti Wardah Inspiring Teacher di tahun ini adalah salah satu penanda dan Goals tahun ini. Semoga Tim Wardah Inspiring teacher telaten membimbing saya yang masih awam mengajar dengan berpihak kepada murid.
Terimakasi banyak Wardah Inspiring Teacher 😊