Mengukur Mudah Menggunakan Multimeter Analog

Saya seorang guru di SMKN 1 Sumedang. Saya mengajar pada Program  Keahlian Teknik Ketenagalistrikan. Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik Kelas X kelompok Dasar Kejuruan yaitu mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika. Pada semester 2 tahun pelajaran 2021/2022  ini saya harus mengajarkan tentang mengukur hambatan listrik, arus dan tegangan listrik menggunakan multimeter analog dan digital. Saya menginginkan murid bukan hanya bisa dan terampil mengukur besaran listrik tetapi juga harus bisa dan terampil membaca hasil pengukuran besaran listrik terutama alat ukur analog. Saya takut apabila kelak murid lulus dari SMKN 1 Sumedang, masuk kerja pada bidang yang linier dengan kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik misalnya di PLN, di Industri bagian maintenance mereka tidak dapat menggunakan alat-alat ukur listrik, dan tidak dapat membaca hasil pengukuran besaran listrik.

Komentar pedas sering saya dengar dari rekan-rekan guru kelas XI dan XII yang mengajar mata pelajaran kejuruan yaitu Instalasi Motor Listrik, Instalasi Penerangan Listrik, dan Instalasi Tenaga Listrik. Mereka mengatakan bahwa murid tidak dapat membaca hasil pengukuran. “ Bu, itu murid tidak bisa baca skala pada multimeter?’, Bu, masa kelas XII tidak bisa mengukur tegangan AC”, “Bu, apakah di kelas X murid tidak praktik mengukur arus dan tegangan”, “Kayaknya murid belum pernah praktik mengukur arus dan tegangan “dan banyak lagi komentar lain. Padahal saat di kelas X materi ini telah disampaikan, diarahkan, dibimbing, dan dipraktekan bagaimana cara-cara mengukur maupun membaca nilai hasil pengukuran.

Harapan saya untuk murid yang sekarang, semuanya mampu menggunakan alat ukur besaran listrik sesuai dengan fungsinya, berdasarkan prosedur operasi standar (SOP) dan mampu membaca nilai hasil pengukurannya dengan benar. Pada kenyataannya secara umum murid sudah bisa membedakan macam-macam alat ukur besaran listrik berdasarkan fungsinya, bisa mengukur besaran listrik baik analog maupun digital, tetapi masih kesulitan dalam membaca nilai hasil pengukuran besaran listrik analog.

Selain itu, harus diperhitungkan bahwa murid memiliki latar belakang  yang berbeda. Ada yang orang tua, saudara, dan tetangga juga lulusan teknik elektro. Namun, sebagian murid berasal dari keluarga yang orang tuanya adalah petani, pedagang, peternak, pengrajin, buruh pabrik, tentara, polisi, guru, dan sebagainya. Oleh karena itu, masalah pengukuran listrik menjadi heterogen..

Faktanya, murid Teknik Instalasi Tenaga Listrik Kelas X adalah calon instalatir- instalatir yang kompeten dibidangnya. Salah satu aset inti yang harus mereka  miliki adalah kemampuan menggunakan alat ukur  listrik. Padahal, karena latar belakang pekerjaan orang tua, keluarga dan masyarakat yang berbeda, maka pengetahuan tentang alat ukur listrik juga berbeda. Beberapa murid ada yang sudah mencoba mengukur, ada yang pernah melihat mengukur, pernah melihat alat ukurnya, bahkan ada juga yang tidak tahu sama sekali baik alat ukurnya maupun cara mengukurnya.

Saya tidak dapat menganggap enteng masalah murid ini. Didiskusikan di forum guru dan kepala program keahlian TITL bahwa murid harus diberi pemahaman lebih dalam menggunakan alat ukur analog. Untuk mengatasi permasalahan murid ini, saya sebagai guru mencoba memperbaiki rancangan mengajarnya dengan terlebih dahulu mengenalkan macam-macam alat ukur besaran listrik yaitu ohm meter, volt meter, ampere meter, menanyakan fungsinya, dan mencoba meminta murid untuk mengenal kontruksi dari multimeter ini. Kemudian murid  diarahkan untuk mencari informasi tentang SOP penggunaan alat ukur analog ini. Saya mendemonstrasikan pengukuran macam-macam komponen tahanan listrik, arus dan tegangan listrik menggunakan multimeter analog. Kemudian murid diberi kesempatan untuk mencoba menggunakan multimeter analog ini. Secara keseluruhan murid faham SOP dan dapat melakukannya dengan baik dan benar tetapi yang menjadi permasalahan besar adalah kesulitan dalam membaca nilai hasil pengukuran. Semakin sulit membaca nilai, semakin lama murid mengukur. Hal ini mengakibatkan baterai pada multimeter cepat habis, lama kelamaan hasil pengukuran tidak akurat lagi.

Saya harus mempunyai cara yang dapat mengatasi permasalahan itu, tanpa mengurangi maksud dan tujuan yaitu mengarahkan murid untuk mampu membaca nilai hasil pengukuran besaran listrik menggunakan multimeter analog. Langkah yang saya tempuh dengan bantuan gambar Skala ukur dalam keretas HVS kemudian tiap murid diberi satu orang satu lembar. Manfaat yang dihasilkan adalah variasi pembacaan alat ukur multimeter analog lebih banyak, dan tidak menghabiskan baterai walaupun kecepatan murid dalam membaca nilai pengukuran cukup lambat.

Pertama-tama murid diarahkan  menggunakan pensil untuk penarikan garis pada skala dengan tujuan agar mudah dihapus garisnya. Penarikan garis pada slaka ukur untuk semua murid disamakan, dibaca sama-sama. Langkah kedua yaitu salah seorang murid yang menarik garis sembarang kemudian dijawab dan dibahas bersamaan. Langkah ketiga setiap murid menarik garis pada skala dengan sembarang, kemudian saling tukar dengan teman sebangku. Seru sekali kegiatan ini. Murid antusias ingin memberi soal yang sulit kepada teman-temannya. Lama-kelamaan mereka bisa dengan sesuka hati menarik garis dari titik pusat ke sembarang skala ukur sebagai pengganti jarum penunjuk.

Alhamdulillaah cara seperti ini membuat murid lebih cepat dalam keterampilan membaca nilai hasil pengukuran baik mengukur hambatan listrik, arus dan tegangan listrik. Murid merespon simulasi pengukuran besaran listrik ini dengan baik.Karena mereka dapat leluasa menghitung nilai pengukuran tanpa ada kekhawatiran merusak pesawat dan menghabiskan baterai. Pembelajaran berbasis kompetensi bisa dilakukan hanya dengan alat bantu sederhana, murah meriah  asal disiapkan dengan matang dan dikemas dengan baik. Akhirnya menghasilkan murid-murid yang terampil. Murid biasanya membaca hasil pengukuran hanya untuk nilai-nilai terbatas yang dapat dilakukan seperti pengukuran resistor, Baterai, Acumulator, tegangan 1 fasa, tegangan 3 fasa. Sehingga terbatas pula murid yang mampu membaca nilai pengukuran besaran listrik ini. Upaya untuk mendukung keterampilan membaca Skala ini terus ditingkatkan sehingga dapat menghasilkan murid yang lebih kompeten. Mereka lebih percaya diri bahwa mereka siap bekerja. Karena Tipe dan seri – seri multimeter analog ini banyak ragamnya, untuk perbaikan kompetensi murid masa yang akan datang perlu kiranya  dibuat macam skala yang serupa dengan model yang dikeluarkan oleh pabrik.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top