Bagian Awal
Kami sebagai pendidik sesuai tema : Diri Sendiri, mengembangankan potensi diri setiap anak didik dengan mengenal diri dan profilnya masing-masing. Salah satu proses tersebut adalah melalui nama mereka masing-masing.
Saat anak manusia lahir, sebagai orangtua dari anak tersebut tentu perlu memberikan panggilan yang baik, yang sesuai dengan suasana hati, harapan dan sebagainya. Maka diberilah anak itu sebuah “nama”. Nama anak bukan asal lucu dan terkesan keren, karena memberi nama adalah pekerjaan yang penting, serius alias tidak main-main.
Nama seorang anak akan memberikan dampak psikologi yang cukup besar. Menurut Irawati Istiadi (2003) dalam bukunya “Mendidik Anak dengan Cinta”. Salah satu pengaruh psikologi itu adalah pencitraan diri. Ada benarnya jika orang menganggap nama laksana do’a. saat nama anak disebut, ia akan direkam oleh otak dan masuk kealam bawah sadarnya.
Bagian Tantangan
Jika nama anak mengandung nilai positif akan merangsang dan memudahkan bawah sadarnya untuk memunculkan perwatakan yang positif. Sebaliknya, dengan panggilan yang kurang baik dan sudah direkam dalam bawah sadarnya, akan membentuk pencitraan yang negatif pula, seperti tidak percaya diri, sakit hati, pesimis dan lain sebaginya. Di dalam al-Qur’an (49:11) Allah Swt mengingatkan, “dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.” Terkadang anak-anak dalam keseharian di lingkungan belajar (sekolah), bermain, atau bahkan di rumah, menggunakan nama sebagai bahan ejekan, mengganti nama dengan julukan-julukan yang kurang pantas dan lain-lain. Guru atau pendidik mendorong peran orang tua untuk hadir menuntun dan membimbing mereka.
Bagian Aksi
Jika anak atau peserta didik bertanya,” Bapak/Ibu guru mengapa namaku Abdurrahman, apa artinya”? maka kita akan menjawab “karena ayah dan ibumu mencintai kamu nak, ayah dan ibumu juga ingin kau dicintai Allah, Rasulullah Saw bersabda, “sesungguhnya nama-nama kamu sekalian yang paling disukai Allah Yang Maha perkasa lagi Maha Agung adalah Abdullah dan Abdurrahman.”
Permulaan atau awal masuk Tahun Pelajaran baru para siswa atau peserta didik masuk di kelas yang baru, dengan teman yang mungkin belum banyak mereka kenal. Guru memulai dengan memperkenalkan namanya, diikuti oleh anak-anak yang diberi kesempatan oleh guru untuk saling berkenalan. Tugas berikutnya untuk pertemuan di hari selanjutnya, peserta didik diberi tugas untuk membuat tanda pengenal yang mencantumkan namanya, dengan kreasi dan warna yang disukai mereka, berikut bertanya kepada kedua orang tua, alasan atau sejarah kenapa mereka diberi nama tersebut.
Sebagai guru juga orangtua akan menasehati anak kita agar memanggil nama saudara, teman-temannya, orang yang lebih muda atau lebih tua disekitarnya, dengan panggilan yang baik penuh rasa hormat, sayang dan ketulusan. Setiap nama adalah do’a, setiap nama yang kita panggil atau kita sapa adalah do’a untuk orang yang kita panggil dan kebaikan untuk kita yang memanggil.
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya baik tanpa atau sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912).
Bagian Perubahan
Kegiatan ini seiring waktu membangun rasa saling menghargai antara peserta didik satu dengan yang lainnya, membangun rasa percaya diri, saling mengenal, saling membantu dan bekerja sama dalam hal yang baik. Semoga buah hati kita para peserta didik menjadi pribadi yang memahami namanya karena Allah, agar setiap nafas dan langkahnya bermula dari rasa cintanya kepada Allah dan orang-orang disekitarnya yang juga mencintai Allah. Aamiiin.
Allahummaj ‘alna haadzal ismi mubaarakal lahu fiiman khafaka wattaqaka, waj ‘allahu bil waalidaini ihssaana.
Ya Allah! Jadikanlah nama ini memberi berkah baginya, menjadi anak yang taqwa kepada Allah dan berbakti kepada ibu bapanya.
Allahumma thawwil ‘umurahu fii thaa ‘atika shahhih ajsaadahu, Allahummaj ‘Alahu za ‘iiman fi kabirihi, wa tsabbit imaanahu ‘alaa balaa ik.
Ya Allah! Panjangkanlah umurnya dalam mentaati agama Engkau, sehatkanlahtubuhnya. Jadikanlah dia sebagai pimpinan setelah dewasa, dantetapkanlah imannya menghadapi cobaan dunia dan akhirat.