Mengaktifkan Jam Baca di Sekolah dan Memanfaatkan Media Sosial
sebagai Program Gerakan Literasi Sekolah
Oleh: Dra Purwati Idamaningsih
Membaca adalah salah satu keterampilan dalam berbahasa selain keterampilan menulis, berbicara dan menyimak, Membaca merupakan kunci untuk mempelajari segala ilmu pengetahuan termasuk upaya untuk mendapatkan informasi dan petunjuk sehari-hari yang sangat penting serta berdampak besar bagi kehidupan. Dengan memiliki kemampuan membaca, seseorang dapat menjalani hidupnya dengan kualitas yang lebih baik.
UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia berada di urutan kedua dari bawah dalam hal literasi. Padahal, literasi yang rendah menjadi masalah mendasar yang memiliki dampak sangat luas terhadap kemajuan suatu bangsa. Rendahnya tingkat literasi berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas dan kualitas bangsa. Melihat kenyataan yang memprihatinkan seperti itu maka diperlukan langkah strategis untuk menggerakkan dan meningkatkan budaya literasi pelajar di Indonesia.Persoalan menumbuhkan dan meningkatkan semangat baca serta menjadikan membaca sebagai budaya masyarakat Indonesia, merupakan salah satu persoalan yang sangat menarik untuk di bahas.
Perlu diketahui pada zaman ini membaca dan menulis tidak hanya bisa dilakukan secara konvensional menggunakan buku cetak, membaca dan menulis dapat dilakukan bahkan secara virtual menggunakan piranti seperti smartphone, sudah seharusnya peningkatan tingkat literasi dapat dilakukan secara mudah. Dengan latar belakang akan kemajuan digital di era globalisasi sekarang ini kita harus bisa mengubah pola literasi murid yang dulunya dilakukan secara konvensional seperti membaca buku di perpustakaan dengan keterbatasan jumlah koleksi buku serta ruang perpustakaan yang kurang memberikan fasilitas yang nyaman sehingga membuat minat literasi murid sangat kurang, maka tujuan dari penulisan ini adalah menawarkan solusi strategis untuk meningkatkan minat menulis dan budaya literasi murid dengan memanfaatkan media sosial. diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi pelaku pendidikan untuk meningkatkan minat menulis dan budaya literasi siswa dengan menggunakan media sosial.
A.Mengaktifkan Jam Baca di Sekolah
Kegemaran membaca murid sebetulnya ditumbuhkan dari keluarga / Orang tua terutama, kebiasaan-kebiasan membaca harus ditanamkan sejak dini dimulai dari membaca yang ringan seperti koran, majalah, atau buku-buku populer. Kendala yang dialami untuk mengajak siswa gemar membaca tidak hanya dari kurangnya kebiasaan membaca di lingkungan keluarga tapi juga karena fasilitas perpustakaan disekolah yang masih terbatas baik dari ruang baca yang kurang nyaman maupun koleksi buku yang masih kurang lengkap dan kurang disukai oleh murid. Hal itulah yang menjadikan murid malas untuk singgah ke perpustakaan. Untuk itulah peran perpustakaan sangat penting untuk merubah wajah perpustakaan menjadi lebih menarik dengan menambah koleksi buku populer maupun sastra dan membenahi ruangan yang lebih nyaman untuk membaca.
Banyak sekali keuntungan dengan senang membaca murid dapat cepat memahami pelajaran, karena otomatis murid tersebut akan mudah dalam menyerap pelajaran dari buku-buku yang dipelajari atau dibaca. Efek samping dari gemar membaca adalah murid akan tergerak untuk menulis, dengan membaca kemampuan literasinya terasah. Pendeknya banyak sekali manfaat membaca, maka tidak heran kalau ada yang berpendapat bahwa ketika rendahnya minat baca dianggap sebagai hal yang serius di suatu negara. Bagaimanapun minat baca ini mempunyai hubungan erat dengan literasi seseorang, karena tingkat literasi masyarakat di suatu negara dapat diukur dari minat baca masyarakat di negara tersebut. Untuk Itu berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan literasi
Salah satu upaya meningkatkan minat baca di masyarakat dan khususnya melalui guru dan murid , perlu adanya penyelenggaraan jam baca. Kegiatan membaca bersama-sama, dengan adanya jam baca ini ada sesuatu yang harus dipaksakan pada diri murid agar mau membaca sehingga murid menjadi terbiasa membaca yang terarah, serta memupuk rasa ingin tahu dan mengembangkan cakrawala berpikir, juga nantinya akan menumbuhkan minat menulis pada diri murid.
Kegiatan ini bisa dilakukan minimal tiga hari dalam seminggu, di jam terakhir, atau memanfaatkan jam kosong. 30 menit cukup efektif untuk kegiatan tersebut, sebaiknya murid tidak melakukan kegiatan yang lain selain membaca, kegiatan tersebut didampingi semua guru dengan melakukan kegiatan yang sama yaitu membaca buku.
Bacaan yang dibaca sumbernya dari perpustakaan, bisa berupa buku fiksi seperti novel, cerpen, kumpulan puisi atau dongeng sedangkan yang non fiksi, bisa buku keagamaan, buku ilmiah, psikologi atau buku keterampilan dan lain-lain, namun bukan buku pelajaran. Dengan kegiatan membaca bersama ini perlu dibuat suasana yang menyenangkan, santai nyaman. Tidak harus duduk formal di kursi tapi bisa dibawah atau dimana saja dengan bimbingan dan pengawasan guru. Harapannya dengan kegiatan membaca bersama ini anak yang tidak suka membaca secara bertahap mereka akan lebih suka membaca buku.
Kegiatan literasi tidak hanya membaca tapi juga mengajarkan murid untuk belajar menulis, murid bisa didorong untuk menulis yang nantinya tulisannya bisa dipublikasikan melalui media sosial, dengan menulis apa saja dengan bimbingan guru. Murid bisa menulis puisi, cerita pendek atau esai serta opini. Berawal dari membaca murid banyak mendapatkan pengetahuan dan wawasan. Dari modal membaca, murid tidak akan kesulitan dalam menulis.
Pelaksanaan program literasi sekolah membutuhkan kerjasama seluruh civitas sekolah, peran guru dan pustakawan sangatlah penting, sarana prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah adalah tersedianya bahan bacaan non pelajaran, tersedianya sudut baca tempat bahan bacaan di setiap kelas, tempat ruang kumpul di tempat–tempat strategis, penerangan ruang yang cukup serta ventilasi yang baik sehingga bisa nyaman untuk membaca, serta tak kalah pentingnya adanya penghargaan bagi murid yang rajin membaca dan menulis.
Tujuan utama seseorang menggunakan media social adalah komunikasi, dengan media sosial komunikasi yang dulunya ada jarak, sekarang berkat media social serasa tak ada jarak. Kita bisa mengetahui informasi dan kabar berita dari pertemanan yang ada dalam media sosial tersebut. Melalui gambar dan tulisan yang mereka buat dan di bagikan ke media sosial . Tidak bisa dipungkiri peran media sosial sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia sekarang ini, sisi positif dan negatif sama taranya. Peran media sosial ini bisa kita gunakan sebagai ajang literasi siswa untuk belajar menulis.
Sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia penulis juga memanfaatkan peran media sosial ini untuk mengajak murid berliterasi di media sosial, dengan memberikan tugas-tugas seperti menulis, membaca, dan bermain peran yang dalam penyetoran tugasnya menggunakan atau memanfaatkan media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Youtube, atau Instagram,dan Tik-Tok. Terbukti dengan memanfaatkan media sosial para murid semakin bergairah dalam berliterasi , tugas-tugas pembelajaran semakin bervariasi mereka mengirimkan tugasnya dengan semangat . Murid belajar berani mempublikasikan karyanya karena nantinya tidak hanya dinilai oleh gurunya saja tapi juga orang lain yang membaca karyanya. Like atau komentar dari para pembaca akan membuat siswa termotivasi serta semangat dalam berkarya.
Like dan komentar serta mendapatkan viewer yang banyak akan menjadikan sebuah kebanggaan bagi murid, untuk menambah semangatnya, guru sebaiknya memberikan hadiah kepada para siswa berupa komentar kata-kata yang memotivasi serta hadiah yang tidak seberapa harganya tetapi membuat murid terkesan,senang dan bangga karena karyanya mendapatkan penghargaan.
Diharapkan program gerakan Literasi sekolah ini akan jadi pembelajaran dan melahirkan insan-insan mulia yang bisa melahirkan karya tulis murni buatan sendiri karena mereka terbiasa menyenangi membaca sebagai suatu kebutuhan yang bermanfaat bagi diri mereka, dengan membaca mereka memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari buku yang dibacanya. Manfaat yang luar biasa besar adalah akan dirasakan dikemudian hari, atau jauh hari nanti yaitu ketika murid dapat memanfaatkan pengetahuan dan media digital yang diperoleh untuk membantu kehidupannya maupun kehidupan orang lain. {Purida}