Mengapa anak lebih pasif setelah lama belajar di rumah? Karena anak selalu menatap layar gadget sambil bersantai di dalam rumah. Anak-anak menjadi lebih akrab dengan gadget dibandingkan dengan situasi lingkungan sekitar, lebih hafal dengan channel-channel youtube dibandingkan dengan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Selain itu, fakta bahwa anak-anak masih minim pengetahuan dan pengalaman tentang kewirausahaan. Hal ini akan berpengaruh terhadap daya juang anak yang tidak memahami keadaan di dunia luar, sedangkan saat ini persaingan di dunia wirausaha sangat ketat. Masalah-masalah seperti ini dapat memicu masalah psikologis jika kurang dibekali jiwa wirausahawan sejak dini.
Dunia pendidikan harus mampu berperan aktif meyiapkan jiwa-jiwa yang mampu menghadapi masalah dan memiliki jiwa kreatif. Tentu di sekolah khususnya sekolah dasar harus memiliki tahapan terkait pendidikan kewirausahaan ini. Mengapa pendidikan kewirausahaan perlu untuk ditanamkan sejak dini? Karena anak-anak di sekolah dasar baik di kelas rendah maupun kelas tinggi mereka mempunyai rasa ingin tahu yang lebih tinggi serta aktif dalam melakukan kegiatan. Bagaimana cara menanamkan pendidikan di sekolah? Perlu diketahui bahwa setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik itulah yang menjadi tantangan bagi seorang pendidik untuk menanamkan pendidikan kewirausahaan pada diri siswa.
Belajar melalui magang sudah tidak diragukan lagi efektivitasnya. Dalam pemagangan, belajar pengetahuan dan keterampilan langsung dikaitkan dengan konteks dan aplikasi nyata, tidak sekedar teori. Konsep dasarnya adalah meneladani Rasulullah yang telah magang berdagang dengan ahlinya (pamannya) ke negeri Syam (Suriah) ketika berumur 12 tahun. Beliau sudah melakukan setidaknya 80 ekspedisi dagang ke luar negeri dan memiliki Business sendiri sejak usia 15-16 tahun. Pemagangan adalah model pendidikan terbaik untuk anak-anak menjelang aqil baligh antara usia 10-14 tahun, agar mereka ditempa kemandirian dan kemampuan mengemban kehidupan ketika berusia aqil baligh yaitu pada usia 15 tahun.
Saya mencoba berbagi pengalaman yang sudah dilakukan di sekolah dengan anak-anak usia kelas 4 SD. Lokasi magang yang dilakukan di kelas 4 adalah unit-unit yang ada di dalam sekolah. Anak-anak dikelompokkan menjadi 6 kelompok untuk menjadi staff dapur, staff masjid, staff perpustakaan, staff K6 (kebun sekolah) dan staff kebun green house. Durasi magang di kelas 4 masih terbilang singkat, yaitu 2-3 hari dengan jam kerja pukul 08.00 – 15.00. Masing-masing lokasi memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Menjadi staff dapur anak-anak belajar mengupas sayur-sayuran, mengemas makanan dan membantu mengantar makanan ke kelas-kelas. Saat menjadi staff masjid, anak-anak membersihkan masjid dari menyapu, mengepel, melipat mukena dan membantu takmir dalam pemanggilan petugas adzan. Saat menjadi staff perpustakaan, anak-anak membantu menyampul buku, memberi kode disetiap buku dan membantu membersihkan perpustakaan. Menjadi staff K6, anak-anak harus berangkat pagi-pagi sebelum anak-anak yang lain berangkat untuk menyapu halaman dan membersihkan lingkungan sekolah. Kelompok green house melakukan perawatan terhadap sayur-sayuran yang sudah ditanam, selain itu juga bertugas untuk membersihkan sayur yang layu.
Bagi anak-anak melakukan pekerjaan ini tidak mudah, ada yang capek, konflik antar teman atau mendapatkan hasil yang tidak sesuai harapan. Namun, dalam prosesnya anak-anak mendapatkan ilmu dan pengalaman yang tidak didapat jika hanya di dalam kelas saja.
Apakah kegiatan magang selesai begitu saja? Tentu tidak. Anak-anak mendapatkan tugas untuk membuat laporan magang berdasarkan pengalaman yang didapatkan selama proses magang. Hasil laporan dikumpulkan kemudian dicetak menjadi buku “Berbagi Pengalaman Magang” karya anak-anak kelas 4.
Membantu anak- anak kreatif dan mampu memecahkan permasalahan merupakan dambaan bagi setiap guru dan orang tua. Jadi, mulai saat ini mari bersama-sama membangun bangsa dari penanaman nilai-nilai baik dari kewirausahaan ini melalui strategi pembelajaran dan berbagai pengalaman belajar. Pepatah mengatakan, ―Experience is a good teacher, jadi guru diharapkan jangan menyiaa-nyiakan kesempatan untuk mencerdaskan siswa melalui pengalaman dan berbagai pelajaran kehidupan. Memberikan kesempatan penuh kepada siswa untuk memahami lingkungan masyarakat dan menyiapkan mereka dengan amunisi terbaik berupa sikap mandiri, kreatif, pandai mengelola uang, pandai berinteraksi, dan leadership.