Memerdekakan Murid Melalui Media Permainan Ular Tangga Restitusi

Tahukah anda bahwa kekeliruan terbesar yang sering dilakukan oleh seorang guru kepada muridnya adalah  ketika memberikan labelling tanpa dalih yang jelas. Dan kondisi seperti ini juga sering saya jumpai di sekolah saya. Apakah itu guru mengatakan malas pada murid yang keseringan mengalami keterlambatan datang kesekolah, ataukah memberikan label bodoh pada murid yang kurang memahami mata pelajaran yang diampuhnya bahkan kata nakal yang seringkali diarahkan kepada murid yang sering melakukan pelanggaran tata tertib sekolah.

Tentu kita sangat memahami bahwa disaat guru memberikan labelling kepada murid seperti itu maka disaat itu pula murid merasa terbebani. Lalu, apakah perilaku labelling pada murid merupakan sebuah langkah solusi dalam membantu sekolah untuk menghilangkan segala bentuk problem yang ada ? tentu jawabanya tidak dan bahkan justru menambah masalah karna seorang pakar parenting Adele Faber dan Elaine Mazlish dalam buku Liberated Parents, Liberated Children menyebutkan bahwa citra diri anak bagaikan semen basah: apapun yang orang tua berikan pada anak akan menempel dan membentuk karakter hingga dewasa. Label negatif pada anak tentu akan memengaruhi persepsi anak tentang dirinya. Begitu pula ketika seorang guru memberikan label negatif kepada murid.

Ketika saya menemui bebrapa murid yang berulang kali disebut ‘Si Malas’ atau ‘Si Bodoh’ bahkan ‘Si Nakal’,selaku guru Bimbingan dan konseling di sekolah saya merasa bertanggung jawab untuk tidak melakukan hal yang serupa dan berkeinginan kondisi seperti ini tidak berlanjut, bahkan saya menaruh harapan yang besar pada lembaga agung bernama sekolah mampu menghadirkan suasana memerdekakan murid. Memerdekakan murid yang saya maksud disini adalah menuntun murid dalam mengembangkan potensi-potensi positif yang ada, yang dilandasi dari kebebasan di dalam mengeksplorasi potensi-potensi tersebut, bebas dari berbagai tekanan baik tekanan dari dalam diri individu murid terlebih lagi dari  luar dirinya.

Namun fakta dilapangan mengikis “mimpi indah” tentang kondisi sekolah dengan gambaran seperti demikian, karna pada kenyataanya kita tidak sulit menjumpai di sekolah murid-murid hanya menjadi objek dengan berbagai tekanan . Mereka “dipaksa dan ditekan” untuk menerima dan melakukan sesuatu yang menjadi intruksi dari guru tanpa memberikan kesempatan untuk mengutarakan secara nyaman dan aman  tentang kondisi yang dialami sebenarnya, dipaksa mencapai standar-standar tertentu agar dapat terus menikmati “indahnya dunia sekolah”.

Mereka tidak diberi ruang untuk menyuarakan atas kondisi yang dialaminya. Yang terjadi adalah ketika ada  murid sering terlambat, malas mengikuti pelajaran atau selalu melakukan pelanggaran di sekolah selalu dipaksa untuk menerima apa yang menjadi keputusan atau intruksi guru secara sepihak tanpa melibatkan murid untuk bersuara atas kondisnya. Padahal terkadang murid ingin menyampaikan pendapat, harapan dan konfirmasinya hanya saja guru kadang kala tidak memberikan peluang dan kesempatan akan hal itu.

Untuk itu besar harapan saya agar “MURID DIMERDEKAKAN” dari belenggu sekolah. Dalam melakukan usaha untuk menerapka kondisi sekolah demokratis dan anti pengekangan sebagaimana yang telah saya uraikan diatas maka saya selaku guru Bimbingan dan Konseling di sekolah mengambil langkah dengan pendekatan sebagaimana pada tema pada Praktik Baik “MEMERDEKAKAN MURID MELALUI MEDIA PERMAINAN ULAR TANGGA BERBASIS RESTITUSI”.

Memerdekakan murid yang saya maksud disini adalah sebuah kondisi yang memberikan peluang bagi murid untuk bertumbuh ketika mereka melakukan kesalahanr.  Murid perlu bertanggung jawab atas perilaku yang mereka pilih, namun mereka juga dapat memilih untuk belajar dari pengalaman dan membuat pilihan yang lebih baik di waktu yang akan datang. Karna ketika saya memecahkan masalah perilaku mereka, murid akan kehilangan kesempatan untuk mempelajari keterampilan yang berharga untuk hidupnya.

Sementara Media permainal ular tangga yang berbasis restitusi yang saya maksud disini adalah dalah papan permainan yang dimainkan oleh 2 orang murid atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah “tangga” atau “ular” yang menghubungkannya dengan kotak lain yang mana setiap kotak berisi gambar dan penyataan serta pertanyaan yang harus diselesaikan oleh murid yang memainkanya dan isi pertanyaan-pertanyaan  yang ada dalam kotak tersebut adalah terkait atas usaha yang akan mereka lakukan dalam menghadapi permasalahan-permasalahnya dan mencari sendiri untuk solusi yang akan ditempu

Adapun kesepkatan permainanya adalah :

  1. Permainan ular tangga restitusinbisa dimainkan 2 orang atau lebih.
  2. Penentuan yang duluan main dengan cara semua pemain melempar dadu dan angka terbesar menjadi giliran yang pertama.
  3. Setiap pemain memiliki kesempatan melempar dadu, jika dadu menunjukkan angka 6 maka pemain memiliki kesempatan untuk melempad dadu kembali.
  4. Jika pemain berhenti di ekor ular maka pemain akan turun pada kotak bagian kepala ular.
  5. Jika pemain berhenti di kaki tangga maka pemain akan naik pada kota bagian ujung tangga.
  6. Setiap pemain diharapkan melakukan apa yang menjadi petunjuk yang ada pada setiap kotak yang ditempati berhenti.
  7. Jika pemain melintas pada kotak AREA RESTITUSI maka pemain diharapka singgah dan menjawab pertanyaan-pertanyaan secara jujur, terbuka dan secara suka rela yang tersedia pada kotak tersebut.
  8. Pemain dianggap selesai ketika para pemain sudah mencapai puncak kotak permainan

Dan berikut pertanyaan-pertanyaan yang secara berantai yang diisikan setiap kotak restitusi:

  1. Pelanggaran apa yang telah pernah kamu lakukan atau yang sering kamu lakukan di sekolah ini ?
  2. Mengapa hal itu terjadi atau mengapa pelanggaran itu kamu lakukan ?
  3. Apa yang kamu ketahui dan pahami terkait aturan sekolah tentang pelanggaran yang pernah atau sering kamu lakukan ?
  4. Bagaimana cara kamu agar pelanggaran yang pernah kamu alami tidak terulang kembali ?
  5. Ketika kamu kurang berhasil dengan caramu yang tadi, seperti apa rencana kamu yang lain untuk selanjutnya
  6. Kapan rencananya kamu akan memulai hal tersebut dan siapa saja yang akan kamu libatkan untuk membantu kamu melakukan rencana tersebut?

Nah…, setelah murid menyelesaikan permainanya pada ular tangga restitusi maka semua rangkaian pertanyaan di atas akan dilalui dan akan dijawab secara detail sehingga dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersbut maka secara tidak langsung murid diberikan kesempatan untuk menyuarakan dan menyampaikan kondisi-kondisi. Saya juga selaku guru dalam mendampingi permainan yang dilakukan murid tentunya berkesempatan untuk membuat murid dapat melibatkan diri dalam meperbaiki dirinya atas segala kesalahan yang dibuatnya,sebagaimana restitusi sendiri merupakan proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004) 

Dengan memainkan media ular tangga restitusi ini murid terlihat lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Mengarahkan dirinya bukan pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Melalui restitusi, ketika murid berbuat salah, saya pun menanggapi dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya.

Selain dari itu, dengan hadirnya permainan ini murid antusias ingin terus bermain setiap ada pelanggran yang dilakukan dengan harapan bisa menyelesaikan atau menemukan solusi atas pelanggaranya setlah bermain di ular tangga restitusi. Dan sangat membantu sekolah dalam mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi serta secara sadar siswa menerapakn solusi yang dirumuskan sendiri atas segala pelanggaran yang dilakukanya.

Untuk informasi mengenai praktik baik ini dapat diakses melalui:
Dokumentasi Permainan Ular Tangga

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top