MEMBUAT KESEPAKATAN KELAS
Setiap hari saya selalu berangkat pagi untuk mengajar di sebuah TK Swasta yang tidak terlalu jauh dari rumah. Berada di tengah – tengah mereka membuat saya Bahagia. Apalagi setiap pagi mereka menyapa, mencium tangan saya, memeluk saya itulah yang membuat saya semangat untuk ke sekolah setiap hari. Banyak tingkah lucu dan menggemaskan yang saya temui setiap hari. Ada yang berangkat sekolah terlalu awal sampai ibu guru satupun belum datang, ada yang diantar merajuk karena tadi di bangunkannya susah, atau bahkan ada yang bel sudah berbunyi pun belum datang atau terlambat masuk sekolahnya. Saya melihat dan mengamati bahwa anak – anak Tk belum memahami dan mengerti tentang peraturan ataupun tata tertib. Padahal anak TK yang usianya rata – rata di bawah 6 tahun sudah bisa di ajak diskusi terkait apa yang akan dilakukan, bagaimana kita belajar untuk datang tepat waktu ke sekolah, dan lain sebagainya.
Saat pembelajaran di kelas anak yang datang terlambat pasti ketinggalan dari temannya, sehingga ibu guru harus mengulang materi yang disampaikan. Apalagi untuk pembelajaran di TK setiap pagi saya selalu mengajak bercerita kepada anak – anak untuk mengembangkan budaya literasi serta menumbuhkan mood yang bagus di pagi hari. Setelah pembelajaran berlangsung banyak anak yang tidak mau mengembalikan alat tulis yang telah digunakan atau harus selalu diingatkan oleh ibu guru. Terkadang ada juga anak yang berebut krayon untuk mewarnai padahal dari sekolah sudah menyediakan krayon yang lumayan banyak, akhirnya berkelahi ada yang menangis, ada yang merajuk, ada yang marah, sehingga pembelajaran jadi terganggu dan suasana kelas tidak nyaman.
Akhirnya, saya mencari cara supaya kelas yang saya ampu bisa berjalan menyenangkan, tertib dan kondusif. Saya akan membuat kesepakatan kelas yang berupa keyakinan kelas dengan cara berdiskusi dengan semua siswa yang saya ampu, kebetulan waktu itu saya mengajar kelompok B1. Saya sampaikan pada anak – anak , bagaimana kalo kita membuat kesepakatan kelas?. Anak – anak belum paham itu apa kesepakatan kelas. Akhirnya saya jelaskan, saya pancing anak – anak dengan memberikan pertanyaan, seperti apa kelas yang diharapkan?, Bagaimana menciptkan kelas yang menyenangkan?, Siapa yang harus bertanggungjawab membersihkan kelas? Mengapa kita harus berangkat sekolah tepat waktu?. Dari beberapa pertanyaan yang saya utarakan banyak anak – anak yang berebut menjawab. Rupanya banyak keseruan yang terjadi ada yang berbeda pendapat, ada yang saling menyalahkan, ada yang bingung mau jawab apa. Dari banyaknya anak – anak berpendapat akhirnya saya menyimpulkan hasil kesepakatan kelas kita, ada lima kesepakatan yang saat itu kita susun, diantaranya : 3 S {Salam, Senyum, Sapa}, tepat waktu, Saling menghormati, Menjaga kebersihan, meminta dan memberi maaf. Saya lebih menekankan ini sebuah keyakinan yang harus kita sepakati. Bukan sebuah peraturan yang biasanya selalu di langar dan menjadi beban. Sebagai contoh : Saya menyampaikan kepada anak – anak bukan tidak boleh membuang sampah sembarangan tapi lebih kepada menjaga kebersihan. Contoh lain, saya tidak menyampaikan kepada anak – anak tidak boleh terlambat tetapi dengan mengatakan bahwa kita harus belajar tepat waktu. Artinya kita menggunakan kalimat atau kata – kata positif daripada menggunakan kalimat negatif dengan kata “jangan” yang kesannya tidak membolehkan dan berat untuk dilaksanakan. Kesepakatan yang sudah kita buat akhirnya saya tempel di depan kelas dengan memajang foto anak – anak. Dengan di pajang anak – anak merasa senang dan lama kelamaan hafal apa saja yang menjadi kesepakatan kelas B1. Strategi yang sudah saya lakukan ini tentunya masih sangat sederhana, ke depan saya akan mencoba membuat kesepakatan kelas melalui gambar, sehingga anak bisa memilih gambar yang mana yang bisa mewakili pendapat anak – anak.
Dari kesepakatan kelas yang sudah kita buat dan disepakati bersama, banyak pelajaran yang saya dapatkan. Tadinya saya berfikir bahwa anak TK tidak bisa mengemukakan pendapatnya untuk diajak berdiskusi. Rupanya anak TK justru banyak memberikan masukan karena mereka banyak berimajinasi, banyak berhayal, sehingga keluar lah ide yang beragam. Saya juga banyak belajar bahwa banyak diantara anak didik saya yang pandai bercerita dari pendapat yang disampaikannya, serta melatih percaya diri dari mulai bertanya dan menjawab pertanyaan. Saya melihat anak – anak senang saat pendapatnya kita pakai kenudian dipajang di depan kelas. Dengan adanya kesepakatan kelas yang sudah ditempel di depan kelas, setiap ada anak yang menyimpang atau tidak mengikuti aturan kita ingatkan Kembali ke keyakinan kelas yang sudah ada, akhirnya anak – anak jadi paham bahwa apa yang sudah kita buat atau kita sepakati Bersama harus kita laksanakan, walaupun tidak semua anak paham tapi setidaknya kita sudah meminimalkan hal – hal yang mengganggu proses kegiatan belajar mengajar. Kelas bersih dengan pembelajaran yang menyenangkan dan situasi yang kondusif sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.