Membiasakan Hal Baru Menjadi Kebiasaan

Disaat membiasakan hal baru dalam kegiatan rutin mungkin akan terasa berat, namun jika terus mencoba maka akan terbiasa sebagaimana hal lama terbiasakan, nah begitulah disaat pertama sekali mulai melakukan perubahan pada hal baru yang saya pelajari di PPMB (Pendidikan Pengerak Merdeka Belajar) PPMB sendiri merupakan program yang diluncurkan oleh kolaborasi dari 9 Organisasi Profesi Pendidikan dengan inisial dari kampus Merdeka Belajar. Adapun 9 Organisasi Profesi tersebut adalah:

  1. Ikatan Guru Indonesia
  2. Komunitas Guru Belajar Nusantara
  3. Jaringan Sekolah Madrasah Belajar
  4. Persatuan Guru Nahdlatul Ulama
  5. Federasi Guru Independen Indonesia
  6. Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia
  7. Persatuan Guru Seluruh Indonesia
  8. Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia
  9. Komunitas Pengawas Belajar Nusantara

Pada Program PPMB tersebut para peserta didampingi oleh lembaga Kampus Pemimpin Merdeka selaku inisiator untuk menjadikan pengerak dan pemimpin perubahan demi pendidikan yang merdeka belajar dan berpihak pada anak yang diketuai oleh Rizqi Rahmat Hani.

Pada program PPMB ini saya menjadi peserta Batch 2 yang berasal dari Provinsi Aceh, dengan Organisasi Profesi IGI (Ikatan Guru Indonesia) yang terdiri dari 50 peserta.
Pengerjaan modul PPMB sangat lah fleksibel, peserta bisa mengerjakan modul lebih cepat ataupun lebih lambat (jika tertinggal, jangan sampai melebihi tanggal yang telah ditentukan, karena program akan menutup sendiri jika melebihi 3 bulan tidak dikerjakan). Untuk batch 2 batas pengerjaan modul mulai dari 9 Maret sampai dengan 9 Mei.

Merdeka belajar merupakan kemampuan merefleksikan dan menyesuaikan pemikiran, dan perbuatan terhadap perubahan sekitar dalam upaya mencapai tujuan. Ada 3 karakter kunci dalam merdeka belajar yaitu; berkomitmen terhadap tujuan, mandiri menentukan cara, dan reflektif dalam berproses.

Oleh karena itu, murid yang merdeka belajar terlihat dari sikap-sikap berikut ini:

  • Mandiri mengerjakan tugas belajar
  • Tahan menghadapi kesulitan
  • Adaptif menghadapi perubahan

“Apakah Anda mendapatkan Lampu Hijau, Kuning atau Merah? Pada lampu mana pun, Anda perlu belajar melakukan pembaruan diri. Bedanya, Anda yang berada pada lampu merah lebih mendesak untuk segera melakukan pembaruan diri dibandingkan rekan lain yang mendapatkan lampu kuning atau hijau. Meski begitu, Anda yang mendapatkan lampu kuning, jangan abaikan gejala yang Anda rasakan. Pastikan memasukan Pembaruan Diri dalam agenda Anda”. Untaian pertanyaan dan kata yang saya dapat pada modul Mengenal Diri Pemimpin Merdeka Belajar hingga menimbulkan ide bagi saya untuk memberikan judul tulisan ini dengan Membiasakan Hal baru Menjadi Kebiasaan.

Setiap orang pada dasarnya adalah pemimpin, setidaknya pemimpin diri sendiri. Tantangan kepemimpinan dialami oleh semua orang. Bedanya, kebanyakan orang mengalami dalam porsi yang lebih kecil dibandingkan yang dialami oleh pemimpin. Bagi yang sudah memimpin, program ini akan membantu untuk melahirkan pemimpin dengan semangat baru. Bagi yang belum memimpin, program ini akan membantu menyelamatkan diri kita dari Sindrom Pengorbanan dan menjadi pemimpin resonan.
Perubahan selalu menimbulkan dinamika. Lahir beragam respon, positif, netral maupun negatif yang perpaduannya membuat masyarakat menjadi dinamis. Mengacu pada Teori Penggerak Perubahan Pendidikan yang telah dibahas di program Menjadi Pemimpin Merdeka Belajar, setidaknya ada 3 golongan yang relatif terbuka terhadap perubahan yaitu:

  1. Inovator (2,5% dari populasi), Menerima dan senang terhadap ide dan praktik baru, hampir tanpa syarat. Tawarkan ide dan praktik baru, mereka akan menerimanya.
  2. Pengadopsi Awal (13,5% dari populasi), Menerima ide dan praktik baru bila menjanjikan kemungkinan mewujudkan kondisi yang lebih baik. Jelaskan keterkaitan antara ide dan praktik baru dengan visi mereka tentang pendidikan.
  3. Mayoritas Awal. (34% dari populasi), ide dan praktik baru bila ada bukti keberhasilan untuk menyelesaikan persoalan mereka. Tunjukkan bukti keberhasilan suatu ide dan praktik baru.

Dari ketiga golongan tersebut, seorang Pemimpin Merdeka Belajar dapat mengenali Guru Penggerak yang bersama-sama merintis, melakukan dan memperluas perubahan. Dalam konteks sekolah, potensi Guru Penggerak tidaklah banyak karena berbagai faktor sosial budaya dan keamanan kerja di sekolah. Meski demikian, selalu ada potensi Guru Penggerak dalam sebuah sekolah dengan kadar dukungan terhadap perubahan yang berbeda-beda. Berpotensi berarti kemungkinan, tidak semua ketiga kalangan berminat, mampu dan mau menjadi Guru Penggerak.

  • Dalam usaha membangun Sekolah Merdeka Belajar tersebut kita perlu meningkatkan kompetensi kepemimpinan sekolah sesuai model pengembangan kompetensi kepemimpinan sekolah (2020) yang mencakup di antaranya:
  • Menunjukkan praktik pengembangan diri berdasarkan kesadaran dan kemauan pribadi
  • Memimpin refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar yang berpusat pada murid
  • Mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berorientasi pada murid
  • Memimpin upaya pengembangan lingkungan belajar yang berpusat pada murid
  • Memimpin program pengembangan sekolah untuk mengoptimalkan proses belajar murid dan mendukung kebutuhan masyarakat sekitar sekolah yang relevan.

Dalam rangka meningkatkan kompetensi di atas kita dapat melanjutkan langkah pengembangan kompetensi dengan mengikuti ragam Kelas Pemimpin Merdeka Belajar di bawah ini:

  • Kode Etik Guru Merdeka Belajar
  • Mengenal Diri Pemimpin Merdeka Belajar
  • Mengenali Guru Merdeka Belajar
  • Penggerak Perubahan
  • Percakapan Menggerakkan Merdeka Belajar
  • Mengembangkan Visi Sekolah

Demikianlah beberapa hal baru yang saya dapat dari program PPMB, semoga saya dapat menerapkan dalam keseharian, dan semoga bermanfaat juga bagi bapak ibu yang membaca tulisan ini

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top