Membantu Pengembangan Diri Guru Dengan Pendekatan Coaching

Pada awal saya menjadi guru,  saya menjalankan peran sebagai guru kelas. Pada tahun keempat, saya mendapat amanah dan tantangan sebagai kepala sekolah. Oleh karena  itu adalah hal baru, saya banyak belajar tentang peran dan tugas kepala sekolah. Orientasinya tidak hanya memikirkan pembelajaran murid-murid, juga proses belajar kawan-kawan guru.

Sepanjang proses menjalankan peran sebagai pimpinan, saya tidak sendiri. Saya selalu kerja barengan dengan pimpinan lain, seperti ketua dan wakil yayasan, dalam menjalankan tugas menemani proses belajar guru-guru.

Sebagai kepala sekolah, saya  berharap semua guru menampilkan perilaku disiplin. Misalnya, datang di sekolah dengan tepat waktu dan mengerjakan tugas sesuai waktu yang dialokasikan. Saya tidak ingin guru menampilkan perilku disiplin karena tuntutan. Seharusnya sudah terbangun swa-disiplin secara mandiri, mempunyai kesadaran diri akan tugasnya memfasilitasi pembelajaran murid-murid dengan optimal,  dan bisa mengembangkan diri sebagai guru belajar. Namun, tidak semua guru seperti itu.  Dalam hal konsistensi datang tepat waktu, misalanya,  ada beberapa guru yang belum mampu melaksanakannya.

Masih ada yang mengerjakan tugas tidak sesuai tenggat waktu.  Hal ini membuat guru yang bersangkutan kurang optimal saat mendampingi proses pembelajaran murid-murid di kelas. Beberapa guru belum mampu mengatu dirinya dengan baik. Mereka  utuh bantuan untuk mengatur mengatur penyelesaian  tugasnya. Ada juga yang perlu bantuan untuk menyadari pentingnya swa-disiplin dan pengembangan diri.

Saya menemukan, setiap guru memiliki profil yang berbeda-beda sehingga butuh pendekatan yang berbeda. Perlu pendampingan proses belajarnya secara personal.

Mendapat tantangan-tantangan di atas, langkah awal adalah saya bekerjasama dengan pimpinan lain di sekolah melakukan refleksi untuk mengidentifikasi kebutuhan strategis kami dalam mendampingi proses belajar guru. Saat refleksi, kami menyadari bahwa selama ini kami hanya fokus kepada guru yang  sedang ada masalah. Kami fokus kepada kekurangan-kekurangan guru dalam menjalankan peran dan tugasnya.

Setelah menyadari hal tersebut, saya bekerjasama dengan pimpinan lain   belajar kembali seputar kepemimpinan. Salah satunya tentang pendekatan coaching. Pendekatan coaching  tidak hanya fokus pada konsultasi permasalahan,  juga menggali potensi guru melalui percakapan bermakna.

Tujuan kami melakukan pendekatan coaching ke guru-guru adalah membantu berlangsungnya perubahan baik guru dalam menjalankan perannya. Selain itu, kami ingin menggali potensi guru dalam mengembangkan dirinya.

Setelah mempelajari  strategi coaching, langkah selanjutnya adalah diterapkan ke guru-guru. Pertama, kami menawarkan kepada guru-guru untuk memilih coach-nya sendiri, yakni para pemimpin sekolah.

Saya menghubungi guru-guru yang  memilih saya sebagai coach untuk menentukan jadwal pertemuan.  Sesuai jadwal pertemuan masing-masing, saya melakukan sesi coaching g secara individual. Setelah melakukan coaching ke guru-guru selama waktu tertentu, perubahan yang saya rasakan adalah adanya kedekatan dengan guru sebagai teman belajar yang  fokus untuk perubahan  ke depan.

Oleh karena coaching dilakukan dengan menggali dengan pertanyaan, saya merasa tidak dominan memberi masukan ketika guru menceritakan masalahnya. Terasa lebih memanusiakan hubungan.  Misalnya, ketika  menceritakan persoalan terlambat hadir di sekolah, guru menguraikan faktor penyebabnya dan menentukan langkah perbaikan agar bisa  hadir di sekolah tepat waktu.

Guru-guru merasa terbantu dengan adanya program coaching ini. Salah satu guru  saat coaching menceritakan kesulitannya mengatur waktu untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang sering menumpuk.  Setelah mengikuti sesi coaching, dia merasa terbantu dalam mengurai penyebab persoalannya sendiri dan menentukan solusi sendiri.

Selain itu, perubahan lainnya adalah potensi guru yang bisadikembangkan. Salah satu guru menyadari potensi besarnya dalam menulis praktik baik atau pengalaman belajar lainnya.  Setelah sesi coaching, guru tersebut bisa  konsisten menulis pengalaman belajar. Dia punya target tulisan tersebut akan dipublikasikan (diterbitkan).

Program coaching sampai saat ini terus berproses untuk perubahan-perubahan baik lainnya. Saya juga berproses dalam menjalankan peran sebagai kepala sekolah. Cerita di atas menjadi salah satu penguat bagi saya bahwa perubahan dalam dunia pendidikan itu sangat mungkin terjadi. Bagi pemimpin, coaching merupakan salah satu cara memimpin dan menggerakkan guru-guru untuk berubah dengan memberdayakan diri mereka sendiri.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top