MEMBANGUN KERJASAMA YANG BERMAKNA DAN BERDAMPAK DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Masa Pandemi covid-19 yang menghambat aktivitas sekolah yang membuat murid malas belajar di rumah dikarenakan murid membiasakan diri menghabiskan waktu untuk bermain game online dan juga sebahagian orangtua yang tidak perduli dengan kebutuhan belajar anaknya. Awal semester genap sudah diijinkan pemerintah untuk belajar secara tatap muka di sekolah karena daerah kami masih dikategorikan zona hijau (aman). Namun karena murid sudah terbiasa tidak belajar di rumah sehingga membuat sebahagian murid merasa jenuh dan bosan untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Yang saya amouh adalah murid kelas V. Pada saat pembelajaran IPA tentang mengenal tumbuhan sekitar maka saya mengajak murid untuk belajar di luar kelas yaitu perkarangan belakang sekolah. Nah, di sana saya menanyakan kepada murid “tanaman apa saja yang kalian kenal untuk dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk kesehatan ?” Salah seorang murid menjawab ” Jahe, dan kencur bu.” kemudian murid yang lain juga menimpali ” kunyit, lengkuas dan serai, bu. ” kemudian saya menjawab, ” benar sekali anak-anak ibu, tanaman itu adalah tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat, Nah, sekarang bagaimana kita dapat mengenali tanaman itu ? ” lalu murid menjawab ” boleh bawa dari rumah bu ? nanti kami minta bantuan orang tua kami untuk mendapatkannya.” Saya pun tersenyum ternyata murid saya mulai bersemangat untuk memulai kegiatan ini.
Saya membagi murid menjadi empat kelompok yang setiap kelompok terdiri dari lima orang dan ada yang enam orang, karena jumlah murid saya 22 orang. Setelah membagi kelompok, saya meminta murid untuk mengukur luas bidang tanah yang akan ditanami dengan menggunakan meteran kain yang kami gunakan untuk mengukur tinggi badan murid di sekolah. Setelah mengukur bidang tanah yang berbentuk persegi panjang kemudian saya meminta murid untuk membaginya menjadi empat bagian. Murid-murid pun mulai sibuk menghitung dengan sedikit keributan kecil. Namun masih bisa saya tengahi dan mengajak mereka untuk tertib. Setelah selesai membaginya menjadi 4 bidang sesuai kelompoknya kemudian saya menyuruh murid untuk menggemburkan tanah dengan cangkul milik sekolah. Murid mulai mencangkul lahan untuk menggemburkan tanah dengan secara bergantian, terlihat jelas murid merasa cepat lelah karena memang tidak pernah mencangkul baik di rumah maupun di sekolah sebelumnya. Kegiatan mencangkul membutuhkan waktu yang lumayan lama. Namun murid tetap semangat dan saling kerjasama.
Hari esoknya murid membawa umbi dari jahe, kunyit, kencur, lengkuas, dan beberapa batang serai. Saya melihat antusias murid maka saya pun melnjutkan aktivits ini bersama murid untuk menanama tanaman apotik hidup. Sambil ngobrol dan bercanda ria murid melakukan kegiatan tersebut dan saya memberi arahan dalam menanam umbitersebut. Setelah selesai kegiatan tersebut saya menghimbau kepada murid untuk menyiraminya setiap pagi hari secara bergiliran, namun dikarenakan musim kemarau air pun agak terbatas. Namun hal ini tidak menyurutkan keinginan murid yang ingin melihat hasil tanamannya kedepan, maka saya memberi usulan kepada murid untuk menghemat air hal yang dilakukan adalah dengan menampung air bekas cuci tangan dengan ember maka air tersebut dapat digunakan untuk menyiram tanaman.
Murid-murid mersa senang dalam melakukan kegiatan ini karena dengan melakukan cocok tanam apotik hidup murid-murid dapat memahami pembelajaran matematika tentang bentuk persegi panjang dan mengukur luasnya, juga murid dapat mengetahui tanaman yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh, menanamkan sikap gotong royong, kebersamaan, keperdulian dan saling menghargai. Saya senang akan antusias murid yang menginginkan kembali menanam pohon buah-buahan dipinggir perkarngan sekolah. Saya mengatakan akan melakukan kegiatan itu pada hari yang lain. Murid pun semakin termotivasi dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Dengan melibatkan murid maka proses pembelajaran akan menyenangkan.