Membangun Keberlanjutan Melalui Job

Mengetahui para guru di SMK swasta binaan saya mengeluh tentang murid yang semakin kurang termotivasi belajar setelah pandemi, sebagai pengawas sekolah pembina, saya berkewajiban untuk membantu mengatasi permasalahan ini. Setelah berdiskusi dengan perwakilan guru, tim manajemen, dan kepala sekolah disimpulkan bahwa penyebabnya adalah para guru masih memiliki miskonsepsi tentang pembelajaran dan asesmen. Sebagai tindak lanjut, saya melakukan pelatihan terhadap guru tentang pembelajaran paradigma baru. Pelatihan dimulai dengan memahamkan pembelajaran yang memerdekakan dan dilanjutkan dengan pembelajaran dan asesmen bermakna serta membudayakan refleksi. Tujuannya adalah guru memiliki pemahaman tentang pembelajaran bermakna dan menerapkannya di kelas dan secara konsisten meningkatkan kualitas pembelajarannya sehingga murid akan termotivasi belajar karena terpenuhi kebutuhan belajarnya.

Tantangan yang saya hadapi adalah para guru hanya bersemangat menerapkan pembelajaran bermakna dua minggu setelah pelatihan. Setelah itu, mereka terpenjara melakukan kebiasaan lama yaitu mengajar dengan metode ceramah. Alasannya adalah pembelajaran bermakna menyita waktu dan pikiran guru dalam persiapan dan pelaksanaannya sehingga mereka tidak bisa melakukan kegiatan lain untuk menambah pendapatan keluarga mengingat honor yang mereka terima dari sekolah swasta tersebut sangat kecil. Selain itu, mencari waktu duduk bersama untuk saling berbagi refleksi itu tidak mudah, karena sebagian besar mengajar di sekolah yang lain juga. “Maklumlah bu…honor mengajar di sekolah kami ini tergolong sedang”  kata kepala sekolah. Tantangan lain adalah Kepala Sekolah belum bisa melakukan supervisi akademik mengingat tugas rangkap yang diembannya sebagai kepala SMK dan pengurus yayasan.

Hal ini mendorong saya untuk mencari solusi bagaimana agar guru secara konsisten duduk bersama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan dan merencanakan tindak lanjut dari refleksi untuk pembelajaran selanjutnya. Langkah pertama yang saya lakukan adalah meminta setiap guru merekam satu kegiatan pembelajaran dengan video di HandPhone. Kedua, saya meminta sekolah menambahkan 2 Jam Pelajaran setiap minggunya untuk setiap guru agar melakukan refleksi bersama dan merencanakan pembelajaran selanjutnya di sekolah dan guru mendapatkan tambahan honor. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Jumat siang pukul 14.30 sampai 16.00 WIB dengan suasana santai sehingga para guru menyebutnya  JOB (Jumat Obrolan Bermakna).  Pada kegiatan ini, secara berpasangan dan bergiliran setiap minggunya, guru saling mengobrolkan videonya masing-masing sambil melengkapi lembar refleksi Top Tip  yang sudah saya siapkan. Guru menuliskan identitas pembelajaran yang terdapat di rekaman video untuk direfleksikan secara berpasangan. Selanjutnya menuliskan Top (hal yang sudah baik) dan Tip (Hal yang perlu ditingkatkan) dan Rencana Tindak Lanjut dengan pertanyaan pemantik sebagai berikut: “Apa yang sedikit berbeda untuk diterapkan pada pembelajaran selanjutmya?”  Pada akhir lembar refleksi, disertakan umpan balik dari teman sejawat yang diajak refleksi bersama dan ditanda tangani oleh Kepala Sekolah. Selanjutnya video dan dokumen tersebut diunggah di Google Drive bersama sebagai jurnal Top Tip mingguan guru. Untuk penguatan, saya memberikan umpan balik secara umum.  

Dengan cara ini, budaya reflektif guru mulai bisa dilaksanakan. Setidaknya guru mulai berusaha mencoba mengimplementasikan pembelajaran bermakna dan  merefleksikannya untuk melakukan hal yang sedikit berbeda pada penerapan selanjutnya. Beberapa guru mengatakan bahwa ternyata meningkatkan kualitas pembelajaran jika dilakukan secara bersama-sama terasa lebih mudah. Kami sangat senang murid-murid  mulai aktif terlibat dalam diskusi maupun kegatan praktik kejuruan. Bahkan beberapa murid berinisiatif merintis Unit Produksi Sekolah dengan melibatkan orangtua mereka. Kepala sekolah merasakan manfaat adanya JOB. Beliau mengatakan bahwa, supervisi yang dilakukan menjadi lebih bermakna melalui JOB dibanding dengan observasi guru secara langsung di kelas karena guru lebih merasa nyaman dan termotivasi meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Saya juga mendapatkan pelajaran dengan membaca jurnal refleksi mingguan guru. Ternyata, guru lebih banyak belajar dari umpan balik teman sejawat jika sekolah bisa memfasilitasi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top