Pagi ke pagi ku terjebak di dalam ambisi
Seperti orang-orang berdasi yang gila materi
Rasa bosan membukakan jalan mencari peran
Keluarlah dari zona nyaman
(Zona nyaman – Fourtwnty)
Melalui hari-hari dengan menjadi guru merupakan suatu hal yang sangat menyenangkan buat saya. Melihat murid-murid senang dengan pembelajaran yang saya berikan menjadi kepuasan tersendiri. Tidak terbersit untuk melakukan hal lain selain menyiapkan rencana pembelajaran semenarik dan sebermakna mungkin untuk mereka, mengajar dengan pembelajaran yang menyenangkan, menyusun dan melaksanakan asesmen, kemudian selesai. Begitu terus setiap hari tanpa pernah merasa bosan. Selalu merasa nyaman apalagi dengan penghasilan dari gaji seorang guru PNS yang juga membuat saya nyaman. Merasa nyaman karena tidak harus bertemu orang banyak, tidak harus bekerja keras dan belajar setiap malam.
Demikian juga ketika tahun 2017, awal mula saya bergabung dengan Komunitas Guru Belajar dan mulai belajar untuk berbagi praktik baik di kelas dengan menjadi pembicara di Temu Pendidik Nusantara (TPN) 2017, rasanya menyenangkan dan tetap nyaman, tetapi tidak berarti apa-apa dan tidak mengubah pemikiran saya tentang kenyamanan saya sebagai seorang guru. Saat itu dibenak saya ketika berbagi praktik baik dan menjadi narasumber hanya sekadar untuk berbagi saja, tidak terpikirkan hal lain. Setelah itu selesai, selesai juga tugas saya dan kembali lagi menjadi guru biasa yang membuat nyaman. Saya juga bisa bersantai, masih memiliki waktu banyak sekali untuk diri saya melakukan hobi dan jalan-jalan dengan keluarga ataupun teman-teman saya. Saat itu tidak terpikirkan sedikitpun untuk ingin melakukan hal yang lain yang menurut saya nantinya akan merusak kenyamanan saya.
Hal ini terus berlangsung bertahun-tahun hingga suatu ketika di grup WhatsApp Penggerak KGB Pekalongan, dimana saya tergabung sebagai penggerak yang lumayan senior, saya membaca bagaimana teman-teman mengisi menjadi narasumber di berbagai daerah dan acara. Hal tersebut membuat mereka mendapatkan angka kredit untuk jenjang karir sebagai pelatih. Selain itu mereka juga mulai mendapatkan penghasilan tambahan dan juga nama yang semakin dikenal di dunia Pendidikan Indonesia apalagi Pekalongan.
Berbagai sekolah di Pekalonganpun mulai mengundang untuk mengisi pelatihan di sekolah mereka. Saya saat itu mulai merasa ingin tahu tetapi masih belum tergerak untuk ikut mengisi pelatihan-pelatihan tersebut, apalagi saat itu saya belum bergabung di grup pelatih walaupun nama saya ada karena berkali-kali mengisi TPN dan TPD. Saya merasa mengisi IHT atau pelatihan-pelatihan di luar daerah akan merepotkan dan mengganggu waktu mengajar, selain itu juga akan mengganggu waktu bersantai karena harus banyak persiapan dan belajar.
Saya masih belum ingin untuk repot oleh hal-hal tersebut, satu hal yang menahan untuk keluar dari zona nyaman adalah karena saya juga merasa tidak terlalu percaya diri dengan kemampuan dan ilmu yang dimiliki. Saya merasa tidak pintar untuk menjadi seorang pelatih atau narasumber. Saya juga meresa tidak terlalu pandai berbicara dan berkomunikasi dengan orang-orang. Hal inilah juga yang seringkali membuat saya pasif berada di dalam suatu grup dan cenderung enggan untuk aktif dan terlibat akan sesuatu.
Tetapi lambat laun, saya semakin tertinggal oleh teman-teman yang sama-sama memulai di tahun yang sama. Mereka seringkali bercerita tentang asyiknya menjadi pembicara disuatu acara. Bagaimana mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan, semakin berisi ketika berbicara dan semakin kreatif akan pembelajarannya di kelas. Saya mulai menginginkannya juga.
Saat itu, dengan segala pemikiran yang berlebihan dan ketakutan saya akan pikiran-pikiran buruk seperti takut untuk bertanya dan memulai, takut salah, takut untuk mengambil peran akan suatu acara, takut tidak bisa melaksanakan peran yang sudah saya ambil dengan baik. Saya mulai mencari cara bagaimana mengatasi dan memulainya karena sudah tertinggal sangat jauh, termasuk kehilangan link menuju grup pelatih yang sudah saya abaikan lama sekali.
Saya mulai membuka diri untuk berani bertanya tentang hal – hal yang terkait dengan yang diinginkan. Saya hubungi beberapa orang terkait dengan hal yang ingin dilakukan, yang biasanya hal ini tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Saya memberanikan diri untuk mengambil peran terutama sebagai narasumber dan moderator disetiap kesempatan yang ditawarkan di TPD – TPD daerah Pekalongan dan juga di luar daeran Pekalongan. Saya memaksa diri saya untuk berani mengambil peran sebagi pelatih ketika ada tawaran pelatihan – pelatihan yang ditujukan untuk KGB Pekalongan. Saya benar-benar mendorong diri saya untuk keluar dari zona nyaman saya. Saya juga mulai aktif membangun dan terlibat dalam setiap pembicaraan di grup. Mengungkapkan ide-ide untuk belajar, menjawab pertanyaan-pertanyaan pemantik di grup
Pendidikan benar-benar membuat saya mulai membangun branding diri seperti yang diinginkan. Selain itu saya juga ikut berbagai pelatihan dan webinar – webinar untuk menambah pengetahuan. Saya mulai suka untuk belajar hal-hal di luar kebiasaan yaitu hanya belajar yang berkaitan dengan mengajar. Apapun saya pelajari dan ternyata belajar bersama teman-teman itu menyenangkan. Saya mulai menemukan keasyikan dalam berbagi dan belajar. Saya tidak lagi perlu untuk meluangkan banyak waktu untuk bersantai dan jalan-jalan karena sekarang mengisi pelatihan dan belajar bersama dalam komunitas menjadi healing tersendiri buat saya.
Dengan hal-hal kecil yang saya lakukan itu, perlahan tapi pasti karier saya mulai meningkat. Berada di grup Instruktur Nasional Calon Guru Penggerak, di grup Pelatih Guru Belajar, dan juga menjadi Pengajar Praktik Calon Guru Penggerak adalah pencapaian yang selama ini tidak pernah terduga dan semua itu bisa dicapai dengan cara mendorong diri saya keluar dari zona nyaman dan melakukan hal-hal kecil yang berdampak besar untuk memulainya.
Sekarang saya belajar bahwa tidak perlu takut salah untuk melakukan sesuatu karena tidak perlu menjadi sempurna untuk bisa mencapai apa yang kita inginkan. Saya cukup perlu memulai dengan hal yang kecil, mudah, merayakan prosesnya, merayakan ketidaksempurnaan itu hingga memberi dampak yang besar bagi diri saya dan juga bagi orang lain.