Awal. Perjalanan sebagai pendidik sudah saya mulai sejak tahun 2013. Saya mulai mengajar jenjang SD, SMK, dan MA. Kemudian tahun 2021 menjalani amanah baru mendampingi belajar mahasiswa sebagai dosen manajemen pendidikan islam (MPI). Di tahun pertama menjadi dosen, saya merasakan beragam tantangan mendampingi belajar mahasiswa yang belum pernah saya temui ketika mengajar jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Diantara tantangannya adalah bagaimana saya harus berperan sebagai pendidik dan juga teman belajar mereka. Mahasiswa juga sudah mempunyai sudut pandang yang lebih matang dalam belajar. Oleh karena itu, saya berusaha mencari cara mengajar yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan belajar mereka.
Setelah menjalaninya selama hampir 2 tahun ternyata berada di antara mahasiswa ini sangat menyenangkan. Mereka memiliki rasa ingin tahu dan antusiasme saat mempelajari inovasi dan gagasan baru pada manajemen pendidikan. Karena profil lulusan program studi manajemen pendidikan islam salah satunya adalah menjadi manager dalam bidang pendidikan, oleh karena itu mereka harus belajar memahami kondisi pendidikan saat ini, mengapa mahasiswa lulusan manajemen pendidikan islam perlu untuk berkontribusi pada pendidikan, dan bagaimana cara mahasiswa MPI bisa ikut berperan dalam kemajuan pendidikan bangsa ini.
Tantangan. Dalam perjalanannya tentu proses pembelajaran tidak selalu berjalan baik dan tanpa tantangan. Setiap kali menemui kegagalan, saya mengajak mahasiswa untuk melakukan refleksi. Refleksi ini untuk mengetahui apa yang perlu kami perbaiki kedepan dan mempertahankan setiap pencapaian belajar di kelas. Ketika itu, saya mengajar mata kuliah manajemen pemasaran pendidikan dan PR. Saya bertanya kepada mahasiswa, “menurut teman-teman, mengapa lembaga pendidikan membutuhkan manajemen pemasaran padahal bukan lembaga profit?”. Ada yang menjawab “supaya tidak kalah saing dengan sekolah lain bu”, “agar dapat banyak murid bu”, “supaya tetap eksis di masyarakat bu”, dan beragam jawaban lainnya. Selanjutnya kami berdiskusi tentang hakikat manajemen pemasaran pendidikan dan PR. Ditengah diskusi, ada beberapa mahasiswa yang masih kebingungan dengan peran humas dan pemasaran pada lembaga pendidikan. Dua peran ini secara umum berhubungan dengan image positif lembaga pendidikan, tetapi fokus perannya berbeda. Pemasaran berfokus pada mempromosikan produk pendidikan, sedangkan humas lebih berfokus pada mempertahankan citra positif lembaga pendidikan.
Salah satu capaian pembelajaran mata kuliah ini adalah mahasiswa memahami pentingnya konsep manajemen pemasaran dan PR pada lembaga pendidikan serta inovasi cara pemasaran lembaga pendidikan untuk meningkatkan image lembaga pendidikan. Memastikan komitmen belajar mahasiswa membutuhkan kesabaran dan beragam cara yang seru serta tidak mengabaikan tantangan, karena dari tantangan itu mereka akan belajar melalui refleksi. Saya berharap mahasiswa di kelas saya bisa mendapatkan insight baru dengan cara belajar yang bermakna. Tetapi, tujuan dan harapan saya itu, terkadang terkendala beberapa hal diantaranya beragamnya profil mahasiswa dan perbedaan ketersediaan sarana belajar yang dimiliki mahasiswa. Bahkan masih ada mahasiswa yang belum memahami bagaimana cara menyajikan informasi secara digital yang akan dibagikan di media massa.
Aksi. Setelah memahami hakikat manajemen pemasaran, saya mengajak mahasiswa belajar inovasi-inovasi promosi lemabaga pendidikan. Pembelajaran dimulai dengan mengidentifikasi bauran pemasaran lembaga pendidikan, melakukan analisis potensi lembaga pendidikan, kemudian belajar cara mengelola komunikasi digital, online, dan media sosial. Pemasaran online memungkinkan pengelola pendidikan dapat melacak secara mudah kunjungan pelanggan jasa pendidikan ke media mereka dan bisa menawarkan/mengirimkan informasi/pesan melibatkan pelanggan serta menyesuaikan minat dan perilaku khusus pelanggan jasa pendidikan. Saat ini media sosial menjadi sarana bagi pemasar lembaga pendidikan untuk berbagi informasi kepada pelanggan jasa pendidikan. Media sosial memungkinkan pemasar untuk membangun suara publik dan hadir secara online. Mereka bisa dengan hemat memperkuat kegiatan komunikasi lain. Dalam hal ini tidak hanya dibutuhkan cakap digital tetapi juga memahami etika komunikasi. Bagaimana informasi yang dibagikan ke media online itu juga didasarkan pada empati.
Menyadari bahwa setiap mahasiswa memiliki profil yang berbeda, ada yang sudah terbiasa dengan beragam cara menyajikan informasi secara digital namun belum memahami etika komunikasi, ada yang belum bisa mengoperasikan aplikasi, bahkan ada juga yang belum pernah memakai beragam aplikasi yang bisa digunakan untuk menyajikan informasi secara digital. Kemudian saya mulai mencari cara dan mengajak mereka berdiskusi.
Pertama, saya menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyepakati bersama dengan mahasiswa. Kedua, saya memberikan pilihan cara belajar mengelola informasi digital, salah satunya melalui canva. Canva adalah salah satu aplikasi berbasis web yang bisa diakses secara gratis menggunakan perangkat komputer atau handphone, mengingat tidak semua mahasiswa saya memiliki komputer. Ketiga, saya memberikan gambaran terkait bagaimana mengelola informasi digital yang dimulai dengan empati.
Sebagai fasilitator belajar mereka, saya mendorong mereka untuk peka terhadap kebutuhan calon pelanggan jasa pendidikan. Lembaga pendidikan yang melakukan promosi tidak sekedar mengejar kuantitas murid, namun didasari pada ingin memberikan bantuan terhadap calon pelanggan jasa pendidikan yang membutuhkan layanan pendidikan yang berpusat pada murid. Selanjutnya, kami sepakat untuk memberikan kebebasan setiap mahasiswa memilih aplikasi on desktop atau berbasis web apapun dalam menyelesaikan proyek akhir infografis bauran pemasaran lembaga pendidikan dikarenakan sebelumnya ada beberapa mahasiswa yang sudah memahami cara mengelola informasi digital dengan media lain. Terakhir, infografis bauran pemasaran itu diunggah pada padlet untuk pameran karya sehingga setiap teman bisa saling memberikan komentar terhadap infografis rekannya.
Perubahan. Pemanfaatan aplikasi canva ini digunakan untuk mengembangkan potensi mahasiswa dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam efektifitas manajemen pemasaran lembaga pendidikan. Informasi yang dibagikan lembaga pendidikan harus memperhatikan kebutuhan pelanggannya, selain itu memperhatikan etika komunikasi yang baik. Setelah pembelajaran mata kuliah ini mahasiswa bisa memahami kebutuhan calon pelanggan jasa pendidikan dan memetakan bauran pemasaran dengan infografis yang menarik, sehingga diharapkan dapat menjadi bekal mereka berkontribusi pada lembaga pendidikan mereka nantinya dalam menginterpretasikan kebutuhan calon pelanggan jasa pendidikan dengan efektif lalu bisa meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan jumlah murid.
Dalam proses pembelajaran yang memberdayakan konteks, sebagai pendidik kita tidak boleh terpaku pada aplikasi atau teknologi yang digunakan. Tetapi bagaimana murid atau mahasiswa bisa mengaplikasikan pengetahuannya di kelas untuk kehidupan mereka sehari-hari serta bermanfaat dan berdampak untuk orang lain. Canva ini sangat bermanfaat untuk pembelajaran di ruang kelas. Tidak hanya untuk menyelesaikan proyek belajar mahasiswa atau murid. Tetapi membantu pendidik untuk mendesain beragam kebutuhan pembelajaran.