Memahami Murid Dengan Kesepakatan Kelas

Awal

Setiap guru menginginkan muridnya berhasil dalam meraih cita-cita. Untuk memperoleh keberhasilan diperlukan usaha, perjuangan, semangat dan doa. Keberhasilan murid adalah kebanggaan dan kebahagiaan bagi guru. Keberhasilan tidak hanya diukur dari banyak hafalan tentang fakta dan rumus tetapi bagaimana murid bisa mengaplikasikan materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, sebagai seorang guru saya ingin murid-murid semangat belajar dan aktiv mengerjakan tugas yang ditandai dengan capaian hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu saya memberikan banyak materi pelajaran pada murid. Saya meminta murid menguasai semua materi yang diberikan jika ada murid yang tidak bisa maka saya akan meremedi sampai tuntas.

Begitu juga dengan tugas, saya memberikan beberapa tugas dan berharap semua murid bisa mengerjakan dengan baik dan mengumpulkan tepat waktu. Murid yang terlambat mengumpulkan tugas akan dikurangi nilainya, sehingga terpaksalah semua murid mengumpulkan tugas tepat waktu walau terkadang hasil kerjanya kurang bagus.  

Tantangan

Padatnya materi pembelajaran, sehingga saya harus menerangkan dengan cepat dan detail. Saya pikir hal ini akan memudahkan bagi murid karena mereka tidak perlu mencari informasi dari sumber belajar lain dan bisa menghabiskan waktu yang lama. Ternyata saya salah, pada saat pembelajaran sedang berlangsung murid-murid banyak yang mengantuk dan terlihat bosan saat saya menerangkan materi pembelajaran. Mereka sibuk dengan aktivitas sendiri seperti mencoret-coret buku, mengobrol dengan teman sebangku dan bahkan ada yang tertidur. Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan keinginan dan harapan saya.

Hal ini berdampak negatif pada kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal-soal yang bersifat penalaran. Sebab pembelajaran yang berpusat pada guru cenderung membuat murid menjadi pasif. Oleh karena itu harus dicarikan solusi untuk mengatasinya sehingga pembelajaran bisa berlangsung dengan semangat dan menyenangkan.

Aksi

Kemudian saya membuat kesepakatan kelas dengan murid-murid. Dari kesepakatan kelas itu saya mengetahui bahwa 98% murid lebih suka pembelajaran dengan metode diskusi, 97% menginginkan materi diskusi dipilih secara acak. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang murid dan semuanya tampil ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Sebelum presentasi setiap kelompok terlebih dahulu menentukan pembagian tugas masing-masingnya seperti menjadi moderator, presenter, notulen dan anggota. Selain itu, murid juga memilih untuk dihukum jika melakukan pelanggaran saat jam pembelajaran berlangsung seperti terlambat masuk kelas, terlambat mengumpulkan tugas dan ribut saat belajar.

Setelah dibuat kesepakatan kelas, maka saya membagi beberapa materi pembelajaran sesuai dengan jumlah kelompok. Perwakilan kelompok mencabut satu lot yang berisi judul materi yang akan dibahas. Kemudian mempelajari materi tersebut dari berbagai sumber belajar, dan membuat rangkumannya.

Masing-masing kelompok semangat mengerjakan tugas dan antusias untuk tampil terlebih dahulu. Mereka senang bisa mempresentasikan hasil diskusi dan bisa menjawab pertanyaan dari teman-temannya. Saat diskusi saya harus menyimak setiap materi kelompok yang tampil dan mencatat pertanyaan yang diajukan, sehingga bisa memberi konfirmasi dan penilaian atas jawaban mereka.

Selain penilaian presentasi juga diperlukan penilaian lain untuk pemantapan penguasaan murid terhadap materi yaitu dengan memberikan tugas membuat komik pembelajaran. Murid diberikan kebebasan untuk membuat komik dan dengan menggunakan berbagai aplikasi yang paling dikuasai. Dalam komik pembelajaran harus dipaparkan materi  secara runut dan jelas sehingga pembaca bisa memahami materi pelajaran dengan mudah.

Perubahan/Pelajaran

Pembelajaran dengan metode diskusi bukanlah hal yang baru, hampir setiap mata pelajaran pernah melakukannya. Namun untuk mata pelajaran sosiologi yang berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, ternyata lebih disukai oleh murid jika disajikan dengan diskusi kelompok. Murid dilatih untuk bisa berlogika, menganalisa, membuat contoh, kesimpulan dan menyampaikan pendapat mereka secara langsung di depan kelas.

Pahadal saya berfikir materi sosiologi seperti konflik sosial lebih mudah dipahami jika diterangkan oleh guru. Ternyata saya salah, murid lebih senang jika materi tersebut mereka yang menyampaikannya. Untuk menambah semangat mereka dalam belajar melalui metode diskusi, saya memberikan dua bentuk penilaian yaitu penilaian kelompok dan penilaian individu. Penilaian individu diberikan pada siswa yang aktiv bertanya dan menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh kelompok penyaji. Diakhir pembelajaran saya menyampaikan penilaian untuk kelompok dan individu sebagai moderator, presenter, notulen dan anggota. Penyampaian nilai ini sesuai dengan permintaan murid karena mereka merasa pembelajaran dengan metode diskusi sebagai bentuk perlombaan.

Dengan metode diskusi seperti ini murid semangat belajar bahkan terkadang sudah melewati jam pelajaran yang telah ditentukan. Jadi sebagai guru kita perlu menyadari bahwa tidak selamanya metode yang kita gunakan di kelas disukai oleh murid, untuk itu perlu diketahui metode pembelajaran yang disukai murid dengan membuat kesepakatan belajar. Artinya kalau mereka sudah memilih metode belajar yang disukai seperti diskusi maka mereka akan semangat untuk mengikutinya. Hal ini bisa dilihat dari capaian hasil belajar mereka.

Jadi dapat disimpulkan sebelum melaksanakan PBM perlu dibuat kesepakatan kelas dengan murid untuk mengetahui minat belajar mereka. Juga merupakan salah satu upaya membangun hubungan yang baik dengan murid, sehingga gambaran merdeka belajar bisa terwujud.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top