Sistem asesmen Pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh tes tulis. Bukan berarti tes tulis ini tidak baik, hanya saja ada beberapa hal yang tidak bisa dicakup oleh tes tertulis. Hal yang selalu saya khawatirkan adalah apabila ada murid yang gaya belajarnya tidak cocok dengan tes tertulis ini. Saya memperhatikan beberapa murid Ketika tes tertulis mempunyai nilai pas-pasan tapi Ketika menjalani tes lain seperti praktek, proyek, portofolio, murid tersebut mendapatkan nilai memuaskan. Dari sinilah saya ingin membuat sebuah pameran karya sebagai perayaan belajar mereka. Anak-anak bisa membuat apapun yang mereka suka.
Akan tetapi Ketika akan melaksanakan program ini kami terhambat oleh kesiapan teknis pelaksanaan. Masih banyak hal yang belum kami ketahui untuk melaksakan hal ini. Boleh dibilang kami belum mempunyai konsep yang matang. Lalu pandemi memperparah ketidaksiapan ini. Apabila dilakukan secara daring akan sulit kami lakukan karena daerah kami masih terkendala sinyal yang tidak stabil.
Setelah belajar dari berbagai sekolah yang telah menyelenggarakan pameran karya. Mengikuti obrolan di JSMB tentang pameran karya. Kami mencoba merancang konsep sematang mungkin dan juga mempersiapkan SDM dengan baik. Akhirnya tahun ini kami berhasil menjalankan proyek pameran karya ini walaupun masih ditahap awal.
Begitu kami menyampaikan program ini ke orang tua dan murid, kami senang karena mendapat respon yang begitu baik. Guru-guru merasa tertantang untuk mengajarkan apa yang menjadi keahliannya di luar pembelajaran. Orang tua senang karena dapat mengembangkan bakat dan ketrampilan anak. Anak-anak pun merasa mendapat tantangan baru dengan program membuat karya ini.