Melatih Kemampuan Speaking Murid

Perkenalkan nama saya Emma Malia. Saya guru di SMKN 9 Medan. Saya mengajar di SMKN 9 Medan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris sejak tahun 2010. Saya mengajar untuk semua tingkatan baik kelas X, XI dan XII. Murid-murid saya di SMKN 9 Medan memiliki kesulitan dalam kemampuan Speaking (berbicara) dengan lancar dalam Bahasa Inggris. Sebagian besar  murid di Kelas X mengalami kesulitan dalam kemampuan berbicara yang disebabkan oleh kesulitan dan keterbatasan kemampuan dalam mengungkapkan ide mereka secara lisan. Selain itu beberapa murid memiliki masalah dengan terbatasnya kosakata, terbatasnya kemampuan tata bahasa sehingga sulit berbicara dengan aturan yang benar. Murid di kelas saya memiliki  keterbatasan dalam kemampuan melafalkan kata-kata, sehingga sulit mengucapkan kata yang diucapkannya dengan benar. Mereka kurang memiliki keberanian untuk berbicara karena takut salah sehingga lebih banyak pasif dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

Saat berlangsungnya Proses Belajar Mengajar seringkali murid saya bingung bagaimana mengucapkan kalimat dalam bahasa Inggris dalam melakukan Perkenalan sehingga mereka lebih banyak diam dan tidak aktif dalam pembelajaran dan setiap saya tanya alasannya murid saya mengatakan bahwa Bahasa Inggris bukan merupakan bahasa yang digunakan saat belajar dalam kelas saat mereka masih duduk di SMP, jadi jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari dengan guru atau teman. Selain itu, kurangnya kesungguhan murid-murid dalam mempelajari bahasa Inggris  itu sendiri. Namun sebaliknya murid  yang memiliki motivasi tinggi, biasanya mereka ingin hasil cepat dan bahkan setelah pelajaran pertama, ingin menunjukkan pada temannya atau anggota keluarga bahwa mereka dapat berbicara bahasa Inggris.

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi murid-murid saya dalam meningkatkan kemampuan Membaca maka saya  mengarahkan murid-murid saya untuk menguasai komunikasi dan tata Bahasa Inggris, maka mereka harus memiliki perbendaharaan kata yang biasa digunakan setiap hari dalam percakapan. Disini kita mengenal dan menguasai sedikit vocabulary untuk membantu memperlancar percakapan kita. Akan terasa sulit jika murid tidak punya dasar sedikitpun mengenai vocabulary dasar yang biasa dipakai sehari-hari. Selanjutnya saya memutarkan video percakapan melalui In focus sehingga dari menonton video percakapan, murid-murid bisa belajar mengenal ungkapan dan kalimat baik baku maupun tidak baku yang diucapkan. Selain itu melalui kegiatan menonton video percakapan, dapat  membantu murid-murid terbiasa dengan kata-kata kalimat,  ungkapan  dari  penutur   asli  atau native speaker. Ini juga bisa membantu listening dan speaking murid-murid saya lebih baik. Setelah memutarkan video percakapan, saya mengajak mereka untuk  bermain peran. Kegiatan ini merupakan kegiatan berbicara ketika murid memainkan peran, tiap murid dapat menjadi siapapun. Sehingga hal ini tentu saja akan mengembangkan ide dan memperluas imajinasi mereka dalam menggunakan berbagai ungkapan yang sesuai ketika berlatih berbicara.

Murid-murid terlihat senang dan mulai aktif untuk mengikuti pembelajaran setelah saya menggunakan Role Play merupakan kegiatan          yang menyenangkan bagi murid-murid saya dan dapat menambah motivasi murid dalam melakukan Percakapan. Pada saat murid diberikan tanggung jawab penuh dalam kegiatan berbicara dengan peran yang mereka mainkan, mereka mampu mengekspresikan diri mereka dalam berbagai cara. Saya tahu bahwa sebagai guru Bahasa Inggris, bermain peran sangat menyenangkan dan menarik. Ditambah lagi, role play membebaskan murid-murid saya yang awalnya pemalu dan sering ragu untuk lebih berani dalam mengekspresikan diri mereka karena mereka ‘hanya memerankan’ sebuah karakter yang saya berikan sehingga murid-murid di kelas X tidak berbicara mewakili diri mereka sendiri, melainkan mewakili peran yang mereka mainkan. Hal ini akan menghilangkan beban tanggungjawab atau kekhawatiran akan kesalahan yang akan mereka buat ketika berlatih berbicara. Terlebih lagi, Role Play memperluas ‘dunia’ di dalam ruang kelas karena saya mengikutsertakan ‘dunia luar’ dengan berbagai karakter berbeda, diikuti dengan cakupan topik percakapan yang beragam pula. Hal ini tentu berbeda ketika murid-murid saya hanya belajar dengan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada latihan tertulis saja.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top