Melalui Pengamatan Langsung Selama 5 Menit, Peserta Didik Berlatih Disiplin Berlalu Lintas

Bermula dari murid-murid yang kurang antusias dalam belajar, terutama kedisiplinan, saya selaku guru PPKn mengharapkan supaya murid-murid saya dapat menjalankan tanggung jawabnya sesuai dengan kemampuannya di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Terutama mengenai kedisiplinan berlalu lintas, mengingat rendahnya tingkat kedisiplinan berlalu lintas di lingkungan sekitar.

     Saya sering melakukan strategi belajar mengajar dengan pengamatan pada buku paket yang tersedia selama 10 menit, namun peserta didik menjadi jenuh, ada yang mengantuk, ramai cerita sendiri, bahkan ada yang berkali-kali izin ke kamar mandi. Saya merasa, Ah, ini kurang greget pengajaran semacam ini. Saya bingung dengan cara bagaimana pengajaran tentang norma dan keadilan kali ini agar murid lebih semangat mengikuti pembelajaran.

     Saya memulai pembelajaran dengan menyiapkan gambar-gambar contoh disiplin berlalu lintas seperti menyeberang di zebra cross, berjalan disebelah kiri, pengendara motor menggunakan helm, tidak berboncengan lebih dari satu orang, kendaraan barang, kendaraan penumpang (orang), dll. Beberapa murid saya suruh maju ke depan kelas untuk mempraktikkan cara menyeberang di jalan, terdapat yang memerankan menjadi anggota polisi lengkap dengan peluit dan rompi petugas lalu lintas. Murid-murid mulai antusias dengan pelajaran hari itu, terlihat dari murid yang memperhatikan teman-temannya mempraktikkan disiplin berlalu lintas, sementara murid yang lain mencatat beberapa pertanyaan, Bu, bangaimana kalau terdapat pengendara motor masih anak-anak SD, SMP?”, Bu, bagaimana kalau terdapat pengendara motor tidak memakai helm?”, Bu bolehkah menyeberang jalan tidak di zebra cross?. Saya senang, kegiatan belajar-mengajar menjadi hidup. Kemudian, secara bertahap pertanyaaan-pertanyaan saya jawab sehingga anak-anak lebih memahami.

     Masalah yang saya hadapi pada saat pembelajaran selanjutnya adalah bagaimana jika murid dalam mempraktikkan dalam kehidupan sehari hari, tetapi lingkungan kurang mendukung, misalnya terdapat beberapa tempat yg belum terdapat zebra cross, banyak pengendara motor yang belum saatnya (masih dibawah umur), berboncengan lebih dari satu orang, kendaraan barang untuk angkutan orang, kendaraan tidak memiliki lampu sen, dan lain-lain?

     Untuk menjawab semua pertanyaan dari murid atau kebingungan yang dialami murid, saya melakukan strategi belajar di luar kelas, walaupun dengan waktu yang singkat. Saya ajak murid-murid keluar kelas, mengamati pelaksanaan disiplin berlalu lintas masyarakat di depan gerbang sekolah yang kebetulan jalan simpang tiga. Di sana terdapat lampu lalu lintas beserta zebra cross, terdapat petugas lalu lin, dll. Pengamatan saya batasi selama lima menit, murid dibagi dalam kelompok kecil, yaitu delapan anak. Masing-masing kelompok untuk mengamati pelanggaran yang berbeda. Pelanggaran yang dilakukan masyarakat selama 5 menit, misalnya: (1) Ada berapa banyak pengendara motor yang tidak mengenakan helm? diamati kelompok satu, mereka mengamati pelanggarannya. (2) Ada berapa orang yang tidak menyeberang di atas zebra cross? diamati oleh kelompok dua. (3) Kedaraan barang untuk angkutan orang ada berapa kendaraan? diamati oleh kelompok tiga. (4) Ada berapa pengendara mobil yang tidak memasang sabuk pengaman? diamati oleh kelompok empat, dan seterusnya.

     Seusai pengamatan, murid masuk kembali ke dalam kelas dan melaporkan hasil pengamatan dengan mempresentasikan hasil pengamatan di depan kelas. Kelompok 1  melaporkan hasil pengamatan tentang pengendara motor yang tidak menggunakan helm, tercatat terdapat 41 orang, terutama pembonceng. Kelompok 2 melaporkan hasil pengamatan tentang menyebrang tidak di zebra cross, terdapat tujuh orang. Kelompok 3 melaporkan tentang  kendaraan barang untuk angkutan orang, terdapat lima kendaraan bak terbuka. Kelompok 4 mengamati tentang pengendara mobil yang tidak menggunakan sabuk pengaman, terdapat 35 orang, dengan begitu kami (guru dan murid) mengambil kesimpulan bahwa pelangggaran terbanyak adalah pengendara motor yang tidak menggunakan helm. Jadi masih perlu meningkatkan kedisiplinan dalam berlalu lintas. Pembelajaran melalui pengamatan sudah selesai dan peserta didik memahami arti disiplin berlalu lintas. Selanjutnya dalam pembelajaran “Norma dan Keadilan” ini, murid mencatat tentang hal-hal yang harus diperbaiki untuk meningkatkan kedisiplinan di berbagai lingkungan. Misalnya di lingkungan sekolah seperti membuang sampah pada tempatnya, datang ke sekolah tepat waktu, mematuhin tata tertib sekolah, dan seterusnya.

     Setelah pengamatan, diskusi, dan laporan, saya menyiapkan strategi evaluasi tertulis, pemberian nilai dan murid sudah menunjukkan peningkatan berdasarkan keberhasilan yang mencapai angka 100% atau di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM). Saya yakin, dengan pengamatan langsung, murid lebih memahami dan tahu mana yang seharusnya dilakukan dan mana yang harus dihindari. Tidak sekadar bayangan pikiran masing-masing murid, mereka juga akan lebih memahami peran dan kewajiban ketika mengamati secara langsung di lapangan. Semoga murid bisa mempraktikkan kedisiplinan berlalu lintas dalam kehidupan sehari-hari, sehingga minimal dapat mengurangi kecelakaan yang sering terjadi selama ini. Saya senang, murid puas dan antusian dalam belajar. Tetap semangat!!!

                                                                                                Penulis,

                                                                                                Dra.WIFDIANA

                                                                                                (Guru SMP N 1 Moga-Pemalang)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top