Melakukan Pembelajaran Kontekstual Sebagai Penilaian Sumatif

Pembelajaran Kontekstual Lintas Jenjang: Karakter

Oleh HASTO PIDEKSO

Sekolah CIKAL Surabaya

Sebagai seorang guru, keresahan terbesar yang selalu saya rasakan adalah bagaimana membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Bermakna artinya bahwa pembelajaran yang saya berikan selalu menjadikan peserta didik sebagai subyek dan menjadikan peningkatan kompetensi mereka sebagai sebagai tujuan pentingnya. Sedangkan menyenangkan artinya bahwa pembelajaran harus dapat membuat peserta didik bersenang-senang untuk terus bereksplorasi dan mencari hal baru. 

Salah satu pendekatan yang saya lakukan adalah berupa Pembelajaran Kontekstual yang menekankan pada proses keterlibatan antara materi pembelajaran dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk menghubungkan dan menerapkan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Fathurrohman (2012), pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang ada dan dari proses mengonstruksi sendiri. Hal terpenting dalam pendekatan pembelajaran ini adalah menghadirkan situasi nyata dalam belajar dan menghubungkan dengan materi yang dipelajari. 

Saat implementasi Kurikulum Merdeka, satu hal penting yang harus diperhatikan guru dan sekolah adalah Profil Pelajar Pancasila, yang merupakan karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu peserta didik melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler. Profil ini akan tampak dalam 6 dimensi , yaitu :

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.

2. Berkebinekaan global.

3. Bergotong-royong.

4. Mandiri.

5. Bernalar kritis.

6. Kreatif.

Dimensi-dimensi tersebut menunjukkan bahwa profil pelajar Pancasila tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga dunia. 

Sebelum diberlakukan Kurikulum Merdeka di 2022, kami sejak beberapa tahun lalu telah melakukan beberapa terobosan berkaitan dengan pembelajaran kontekstual, karena menurut kami, ini merupakan aktifitas pemebelajaran yang paling sesuai dengan tuntutan kurikulum. Berdasarkan tujuan kurikulum 2013 yang memang berdasar pada kompetensi, tentunya semua kegiatan pembelajaran harus mampu mendorong peningkatan kompetensi peserta didik secara luas. Ketika kami fokus pada pencapaian kompetensi, ternyata memang konten / materi pembelajaran akan secara otomatis dapat dicapai. Guru tidak lagi kuatir mengejar materi, karena dengan strategi yang tepat, pencapaian kompetensi dan ketuntasan konten akan dapat dicapai dengan optimal. 

Salah satu pembelajaran kontekstual yang kami lakukan adalah membuat pembelajaran berbasis projek, dimana peserta didik diminta membuat Projek Akhir sebagai bagian penilaian akhir. Projek ini berbasis masalah nyata yang dihadapi peserta didik sehari-hari atau bahkan masalah yang menjadi keresahan peserta didik dan ingin dicari solusi atau setidaknya rencana solusi. Dalam hal ini contohnya penerapan di kelas 6 . 

Bagan diatas menjadi sebuah rancangan kegiatan yang dilakukan di kelas (bagan diambil dari : https://muhamadakmal.id/post/siklus-pdca-plan-do-check-action/) , yaitu :

  1. PLAN / Merencanakan : peserta didik diajak untuk melakukan observasi atas kejadian sehari2 untuk melihat masalah apa yang menarik untuk diangkat. peserta didik yang mengamati hal yang sama, akan dikelompokkan menjadi grup yang sama. Misal ada ingin mengangkat isu lingkungan (polusi sungai, polusi udara), isu kepunahan flora/fauna, dll. Setiap peserta didik dalam kelompok mempunyai jurnal kerja yang dapat diupdate , sehingga pendidik mempunya data progress masing2 peserta didik dan kelompok.
  2. DO / Melaksanakan : peserta didik diajak brainstorm untuk melihat akar masalah dan pihak2 yang kira2 menjadi bagian masalah tersebut 
  3. CHECK / Memeriksa / Evaluasi : peserta didik diajak brainstorm untuk melihat potensi solusi yang dapat dilakukan , serta melakukan listing narasumber yang dapat diajak kolaborasi
  4. ACT / Tindakan : peserta didik dapat merancang rangkaian / alur solusi setelah mengetahui detil tentang masalah, pihak2 yang berkontribusi (baik dalam masalah maupun solusi) serta berbagai referensi yang diperlukan

Jika dihubungkan dengan Profil Pelajar Pancasila sekarang, banyak dimensi yang dapat disasar peserta didik untuk dicapai :

  • Gotong Royong : peserta didik dapat saling mengisi kebutuhan kelompoknya yang cukup detil, sehingga peran masing2 peserta didik akan terlihat, hal ini tentunya berpengaruh pada penilaian guru yang berbeda untuk setiap peserta didik. Penentuan timeline kerja juga merupakan kesepakaran bersama. Sekolah hanya menentukan tanggal awal dan akhir projek, sedangkan timeline detilnya diserahkan kepada masing2 kelompok
  • Mandiri : peserta didik dapat menentukan sendiri problem / masalah yang ingin diangkat ,dan tentunya mereka dapat menentukan sumber belajar yang sesuai, pendidik berfungsi sebagai fasilitator belajar yang mengarahkan. peserta didik mendapatkan berbagai exposure dari berbagai pihak yang berbeda, sehingga pemahaman peserta didik akan semakin kaya dan bervariasi. Pendidik pastinya dapat memasukkan materi yang perlu diajarkan, sehingga pencapaian kompetensi tercapai dan ketuntasan materi tercapai juga.
  • Bernalar Kritis dan Berfikir Kreatif : peserta didik dapat secara kreatif menentukan produk solusinya (misal kampanye video, pidato sebagai kepala daerah, atau bahkan melakukan advokasi dengan teman2 sebaya mereka di komunitas yang diangkat). Disini proses diferensiasi produk belajar terlihat jelas antar kelompok

Setelah projek diselesaikan, maka seluruh kelompok akan membuat Pameran Karya, yang dibuka untuk umum (orangtua, pihak narasumber, mitra sekolah, sekolah lain, pengawas dinas pendidikan, dll) dan semua pihak yang melihat dapat memberikan masukan kepada seluruh peserta didik dan kelompoknya. Bagian ini penting menjadi masukan peserta didik dalam mengembangkan projek selanjutnya. Semua pihak melihat manfaat besar dari pembelajaran kontekstual, dimana seluruh peserta diajak menautkan masalah sehari2 dengan materi yang dipelajari di kelas dan pastinya tujuan pencapaian kompetensi tercapai.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top