Masa pandemi mengubah tatanan kehidupan, khususnya pendidikan. Sekolah merupakan tempat pendidikan dimana terdapat interaksi antara guru dengan peserta didik. Sekolah yang seharusnya melayani peserta didik dengan sebaik mungkin tetapi mengalami perubahan total akibat pandemi. Guru dan peserta didik tidak dapat lagi bertatap muka dengan mudah. Pada umumnya sekolah melakukan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di masa pandemi tersebut. Meskipun pembelajaran secara tatap muka terbatas, tetapi guru dituntut memberikan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Guru diminta untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran agar peserta didik dapat memahami materi pembelajaran.
Nama saya Rini Susanti, saya adalah guru IPA yang mengajar di SMP Islam Raudhatul Jannah Payakumbuh, Sumatera Barat. SMP Islam Raudhatul Jannah salah satu sekolah yang terdapat di pusat Kota Payakumbuh. Pembelajaran yang dilakukan di SMP Islam Raudhatul Jannah pada semester 2 tahun pelajaran 2020/2021 yaitu pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). Pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) membuat tantangan bagi saya dalam menentukan strategi yang tepat dalam menyampaikan materi kepada peserta didik yang saya bimbing yaitu di kelas 7. Pada waktu itu, saya akan menyampaikan materi interaksi makhluk hidup. Materi interaksi makhluk hidup banyak memuat materi konsep. Meskipun materi ini bisa dipahami peserta didik melalui membaca, tetapi saya kesulitan dalam menentukan strategi yang tepat dalam penyampaian materi ini. Saya ingin dalam menyampaikan materi ini peserta didik dapat mengembangkan kemampuan 4C (critical thingking, collaboration, communication creativity) dan pengalaman bermakna di masa pandemi. Tantangan- tantangan tersebut membuat saya menemukan salah satu strategi dalam menyampaikan materi interaksi makhluk hidup ini yaitu membuat media pop up.
Media pop up merupakan sebuah buku tiga yang memiliki unsur 3 dimensi yang gambarnya dapat berdiri saat halaman dibuka, serta memberikan visualisasi maupun tampilan yang lebih menarik untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terkait materi. Dalam penerapan membuat pop up ini saya memulai dengan membuat RPP menggunakan model pembelajaran discovery learning dan pendekatan lingkungan, mengalokasikan waktu 2 pertemuan secara tatap muka dan pembimbingan lewat daring 1 pertemuan kemudian mencari literatur cara membuat pop up sederhana.
Pada pertemuan 1, saya melakukan pertemuan secara tatap muka dengan peserta didik. Saya membawa peserta didik untuk mengamati lingkungan sekolah. Saya membagi peserta didik beberapa kelompok dan memberikan lembar kerja mengenai komponen biotik dan abiotik, peranan ekosistem, satuan dalam ekosistem, dan interaksi makhluk hidup, kemudian peserta didik mempresentasikan di depan kelas. Pertemuan kedua, saya dengan peserta didik melakukan pembelajaran secara daring, saya menggunakan aktivitas lewat whatsapp grup, saya mengirimkan lembar kerja kepada peserta didik dan mengirimkan tutorial membuat media pop up sederhana. Dalam membuat media pop tersebut, saya menerapkan merdeka belajar. saya meminta peserta didik membuat media pop up memilih sesuai kemauannya. Saya memberikan suptopiknya yaitu komponen lingkungan, satuan ekosistem, peranan ekosistem, interaksi makhluk hidup. Empat subtopik tersebut dipilih oleh peserta didik. Peserta didik boleh membuat satu subtopik untuk satu pop up, atau semua topik untuk satu media pop up. Saya meminta peserta didik dalam mengerjakan media pop up ini secara mandiri.Tetapi, saya melakukan pembimbingan jika peserta didik mengalami kesulitan dalam membuat pop up. Kemudian, pertemuan ketiga pembelajaran dilakukan secara luring saya meminta peserta didik mempresentasikan hasil pop up mereka , selanjutnya saya melakukan refleksi pembelajaran bersama peserta didik, melakukan penilaian produk pop up dan melakukan penilaian sumatif.
Evaluasi implementasi PTMT ini yaitu tercipta media belajar IPA inovatif yang membantu memahami belajar IPA dan mudah dibuat. Pembuatan media pop up dapat meningkatkan kreatifitas peserta didik. Dalam membuat pop ini, kemampuan 4 C pun dapat dikembangkan yaitu kemampuan berkolaborasi pada pengerjaan lembar kerja ketika mengamati lingkungan sekolah , komunikasi saat mengajukan pendapat, bertanya dan mempresentasikan, kritis dalam memberikan tanggapan pendapat temannya, kritis terhadap fakta-fakta lingkungan dan kreatif dalam menciptakan pop sederhana. Sedangkan pembelajaran yang saya dapat setelah melakukan strategi dalam membuat pop up ini yaitu ketika anak diberi kebebasan dalam membuat sesuatu maka mereka mengembangkan kemampuan mereka secara totalitas. Pop yang mereka hasilkan sangat menarik. Meskipun di masa pandemi, mereka senang belajar IPA. Pembelajaran yang menarik dan pengalaman belajar dalam menciptakan sesuatu meskipun itu sederhana maka membuat peserta didik tidak bosan dalam belajar. Kita guru hanyalah fasilitator, fasilitator dalam mengembangkan kemampuan peserta didik bukan hanya pengetahuan tetapi sikap dan keterampilan.