Penyelenggaraan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang berlaku pada Januari 2022 mulai tidak optimal dikarenakan melonjaknya kasus Covid-19. Klaster sekolah kembali bermunculan, yang mengakibatkan Pemerintah Provinsi Bali menghentikan PTM diseluruh jenjang pendidikan, termasuk di Kabupaten Karangasem terhitung 4 Februari 2022, dan diberlakukan kembali pembelajaran dalam jaringan (daring).
Mengawali pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara daring di kelas VII semester genap tahun pelajaran 2021/2022, saya melakukan survei kesiapan perangkat elektronik yang dapat diakses oleh siswa. Berdasarkan survei, seluruh siswa di kelas VII SMP Negeri 2 Sidemen (terdiri dari kelas VIIA, VIIB, dan VIIC) memiliki Hand Phone (HP) untuk belajar dan difasilitasi dengan paket data. Pembelajaran IPA secara daring dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi WhatsApp (WA) untuk pemberian informasi dari guru, Google Classroom sebagai Learning Management System untuk pemberian materi, diskusi, dan tempat mengumpulkan tugas, aplikasi Google Meet untuk tatap muka maya, serta aplikasi digital untuk pendidikan lainnya.
Sebagai guru IPA yang memberlakukan kurikulum darurat dalam kondisi khusus di sekolah, saya menyadari bahwa pembelajaran IPA hendaknya tidak melupakan konten namun tetap mengupayakan siswa belajar secara kontekstual walaupun di masa pandemi. Saya berupaya memberikan tugas dengan mengerjakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Penulis memberikan link materi yang ditautkan pada Google Classroom untuk kompetensi dasar (KD) 3.6 dan 4.6, yaitu mengidentifikasi sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme dan komposisi utama sel.
Terdapat beberapa permasalahan yang saya identifikasi dalam mengajar IPA, yakni kedisiplinan mengikuti mengerjakan tugas semakin rendah dengan makin diperpanjangnya proses pembelajaran daring. Hal ini dilihat dari data siswa yang mengumpulkan tugas di Classroom. Selama ini saya menyadari belum melakukan diagnosis nonkognitif di awal pembelajaran. Saya menyadari belum menerapkan metode yang memungkinkan siswa untuk mengolah dan mengembangkan produk sesuai dengan gaya atau minat mereka dalam memahami konten IPA yang bermanfaat bagi kehidupannya. Hal tersebut membuat siswa bosan dengan tugasnya, tidak mengikuti diskusi pada tatap muka maya, dan tidak mengumpulkan tugas.
Saya mengamati ada siswa yang cepat dalam menangkap pelajaran dan dapat menyelesaikan kegiatan pembelajaran lebih cepat dari yang diperkirakan dan ada juga siswa yang lambat dalam belajar sehingga sering tertinggal pelajaran. Keberagaman karakteristik siswa belum penulis pertimbangkan dalam mengemas pembelajaran IPA yang relevan dengan perkembangan kodrat alam dan kodrat zamannya. Berpijak dari permasalahan yang ada