Sebagai guru IPA yang memberlakukan kurikulum darurat dalam kondisi khusus, saya mengalami beberapa permasalahan yang saya identifikasi dalam mengajar IPA di SMP Negeri 2 Sidemen, yakni kedisiplinan mengerjakan tugas semakin rendah dengan makin diperpanjangnya proses pembelajaran daring. Hal ini dilihat dari data siswa yang mengumpulkan tugas di Classroom.
Selama ini saya menyadari belum melakukan diagnosis non kognitip di awal pembelajaran. Saya menyadari belum menerapkan metode yang memungkinkan siswa untuk mengolah, mengembangkan produk sesuai dengan gaya atau minat mereka dalam memahami konten IPA yang bermanfaat bagi kehidupannya. Hal tersebut membuat siswa bosan dengan tugasnya, tidak mengikuti diskusi pada tatap muka maya, dan tidak mengumpul tugas.
Tantangan saya dalam membelajarkan IPA secara kontekstual adalah menjembatani keragaman karakteristik belajar siswa. Saya mengamati ada siswa yang cepat dalam menangkap pelajaran dan dapat menyelesaikan kegiatan pembelajaran lebih cepat dari yang di perkirakan dan ada juga siswa yang lambat dalam belajar sehingga sering tertinggal pelajaran. Keberagaman karakteristik siswa belum saya pertimbangkan dalam mengemas pembelajaran IPA yang relevan dengan perkembangan kodrat alam dan kodrat zamannya.
Upaya awal mengatasi permasalahan yang saya alami dalam membelajarkan konten IPA secara bermakna dan kontekstual, yaitu dengan melakukan diagnosis di tingkat kesiapan belajar. Diagnosis nonkognitip di awal pembelajaran bertujuan untuk mengetahui konsep pemahaman awal tentang berbagai ekosistem yang dikenal siswa di lingkungannya, faktor biotik dan abiotik yang ada, serta interaksi pada ekosistem. Dari pemetaan kesiapan belajar dapat diketahui gambaran mana murid yang tergolong cepat dan lambat dan seberapa jauh hal mendasar yang telah dipahaminya sebelum diberikan pembelajaran. Diagnosis minat belajar dilakukan dengan membuat model produk ekosistem berdasarkan hal yang diminatinya. Diagnosis pada profil belajar, berdasarkan survei ada anak yang suka belajar dengan gaya visual, kinestatik ataupun auditori. Anak yang suka dengan gaya visual diberikan gambar-gambar pada saat menyajikan materi ekosistem, anak yang auditori lebih banyak mendengarkan penjelasan langsung dari teman maupun gurunya ketika belajar dengan Google Meet saat tatap maya, anak yang kinestatik lebih suka mempraktikkan langsung misalnya membuat jaring-jaring makanan dengan model.
Strategi pembelajaran berdiferensiasi yang saya lakukan , yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Diferensiasi konten merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum.
Diferensiasi konten menggunakan media pembelajaran Eko-Sites. Pada media Eko-Sites terdapat video pembelajaran, dan infografis dalam menyampaikan konten berdasarkan kebebasan pada minat anak belajar berdasarkan profil belajarnya. Sedangkan pada diferensiasi produk dilakukan strategi modifikasi hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan dan pengembangan yang telah dipelajarinya. Produk hasil diferensiasi siswa berupa mini ekosistem, poster digital kerusakan lingkungan, video ekosistem, serta gambar.
Pembelajaran diferensiasi konten, proses dan produk diitegrasikan juga dalam mengoptimalkan kompetensi sosial emosional. Teknik integrasi yang dilakukan dengan menerapkan teknik STOP, menebak gambar emosi, serta membuat jurnal detektif sains sebagai jurnal refleksi diri. Teknik STOP merupakan akronim dari Stop, Take a Deep Breath, Observe, dan Proceed. Tujuannya adalah untuk melatih siswa berkesadaran penuh dengan relaksasi sehingga mencapai kompetensi sosial emosional
Menebak gambar/emosi diri dilakukan bertujuan untuk menggali kompetensi sosial emosional, yaitu kesadaran diri dan menunjukkan empati pada orang lain. Caranya dengan guru menunjukkan gambar ekpresi wajah pada tayangan share screen pada aplikasi Google Meet kemudian murid diajak menebak ekspresi gambar tersebut. Kemudian siswa menunjukkan empatinya dengan menceritakan apa yang dilakukannya apabila teman atau orang yang ada didekatnya mengalami ekspresi pada gambar tersebut.
Teknik lain yang dilakukan adalah mengarahkan murid membuat jurnal refleksi diri, yang isinya adalah tanggal kegiatan dan refleksi berupa pengalaman yang telah didapatkan selama melakukan pembelajaran, kendala, serta hal yang akan dilakukan ke depannya sebagai perbaikan diri. Kompetensi sosial emosional yang ingin dikembangkan adalah managemen diri.
Pemenuhan kebutuhan belajar IPA siswa melalui penerapan berdiferensiasi dengan mengintegrasikan kompetensi sosial emosional melalui media Eko-Sites diukur menggunakan kuesioner tingkat kepuasan belajar siswa dengan hasil meningkat menjadi 79% dengan kategori sangat tinggi dari sebelumnya rata-rata kepuasan belajar hanya 47% dengan kategori rendah sebelum menerapkan strategi tersebut.
Kegiatan berdiferensiasi terintegrasi dengan kompetensi sosial emosional juga memiliki kendala terutama teknis diantaranya sebagai berikut.
- Pemetaan kebutuhan belajar belum terbiasa dilakukan guru karena membutuhkan banyak waktu
- Masih belum terbiasa merancang kegiatan pembelajaran diferensiasi dengan diintegrasikan kompetensi sosial emosional.
- Pembelajaran daring menyulitkan dalam melakukan observasi terhadap keseluruhan siswa. Saat sesi mempresentasikan hasil karya, tidak seluruh siswa dapat hadir dengan tatap maya menggunakan Google Meet.
Adapun refleksi yang didapat dari kendala tersebut sebagai perbaikan kedepannya adalah menerapkan metode SAFE, yaitu 1. Sequenced: saling berkaitan dan terkoordinasi untuk mendorong keterampilan anak. 2. Active: bentuk pembejalaran aktif agar anak mampu menguasai keterampilan yang baru. 3. Focused: menekankan pengembangan keterampilan baik secara individu maupun sosial. 4. Explicit : menargetkan keterampilan sosial dan emosional yang lebih spesifik.
Praktik baik yang didapat dari penerapan pembelajaran berdiferensiasi dengan mengintegrasikan kompetensi sosial emosional melalui media pembelajaran Eko-Sites adalah hasil belajarbelajar berdasarkan penilaian formatif menunjukkan keterampilan siswa sudah berkembang sesuai harapan.
Melalui pengembangan kompetensi sosial emosional yang diintegrasikan pada pembelajaran berdiferensiasi akan menumbuhkan perasaan aman dan rasa percaya dalam diri murid. Rasa nyaman akan membantu murid dalam proses pembelajaran dan relasi dengan guru di sekolah. Murid dapat menumbuhkan kesadaran diri tentang perasaan, kekuatan, kelemahan, nilai-nilai yang dimiliki dengan lebih baik dan kesadaran sosial yang lebih baik yang didasarkan pada perhatian yang bertujuan akan membantu murid dalam memproses informasi secara lebih baik dalam proses pembelajaran.