Proyek Membuat Buku Digital

Proyek Membuat Buku Digital


Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan membuat soal dari pusat dan dibagikan ke sekolah-sekolah seluruh Indonesia sudah tidak lagi diadakan sejak beberapa tahun yang lalu. Pemerintah sudah memberikan kebebasan bagi Satuan Pendidikan untuk mengadakan ujian sekolahnya masing-masing. Berdasarkan aturan Mendikbud No. 43 Tahun 2019, bentuk ujian sekolah tidak lagi sebatas ujian tertulis. Ujian sekolah dapat berupa portofolio, penugasan, tes tertulis, atau bentuk kegiatan lain yang ditetapkan Satuan Pendidikan sesuai dengan kompetensi yang diukur berdasarkan Standar nasional Pendidikan.

Satuan Pendidikan selayaknya bersyukur dengan keputusan ini. Sekolah diberi kebebasan menentukan bentuk ujian sekolahnya dengan tetap mengacu pada Standar Pendidikan Indonesia. Faktanya, sekolah-sekolah tampaknya belum siap untuk mengubah bentuk penilaiannya. Contohnya sekolah-sekolah yang berada di kota Tomohon. Hingga pada tahun 2022, sebagian besar sekolahnya masih memilih bentuk ujian secara tertulis.

Selama pandemi berlangsung, ada banyak perubahan yang menuntut sekolah termasuk guru untuk beradaptasi pada strategi mengajar termasuk penilaiannya. Ada banyak kendala selama pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), salah satunya penilaian yang kredibel. Banyak laporan dari guru yang menyatakan bahwa tugas-tugas dan ujian yang diberikan kepada murid tidak dikerjakan oleh murid sepenuhnya, melainkan dikerjakan oleh orang tua atau orang lain. Laporan ini sebagian besar terjadi pada penilaian objektif atau tes tertulis, bahkan sering sekali guru juga tidak menyadari hal tersebut.

Guru-guru di Sekolah Lentera Harapan Tomohon menyadari bahwa hal ini sama sekali tidak membantu murid untuk belajar. Asesmen alternatif menjadi pilihan bagi guru-guru. Tidak mudah untuk beralih kepada bentuk penilaian ini, kenyamanan guru selama ini terhadap rancangan penilainnya dan murid yang terbiasa dengan tes tertulis menjadi tantangan besar bagi sekolah. Namun tantangan-tantangan ini dikalahkan oleh pergumulan guru yang terus berusaha untuk memberikan pendidikan terbaik bagi murid-muridnya. Sekolah bergerak, paradigma diperbaharui, guru-guru dibekali, dan murid secara perlahan menyesuaikan diri.

Tahun 2022, bagi murid kelas 6 SD Lentera Harapan Tomohon yang akan segera lulus dari tingkat dasar diantar dengan proyek ujian sekolah. Tahun ini murid akan diminta untuk mengerjakan sebuah buku elektronik dari topik-topik SDG (Sustainable Development Goals), total 4 topik SDG yang masing-masing dibimbing oleh seorang guru selama bulan Mei 2022. Jumlah murid yang mengikuti Ujian Sekolah tahun ini adalah 67 murid dari 2 kelas. Setiap murid dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 2-3 murid.

Sebelum pelaksanaan Ujian Sekolah, pihak sekolah terlebih dahulu menyampaikan kepada setiap orang tua dan murid tentang perencanaan ujian dengan harapan orang tua dapat mendukung murid secara penuh dari dukungan moral maupun fasilitas seperti pengadaan gawai dan kuota yang memadai. Pertemuan orang tua ini direspons dengan baik oleh orang tua secara terbuka, mereka bersyukur karena Ujian Sekolah yang diberikan kepada anak-anak mereka tidak secara tertulis seperti beberapa tahun lalu yang membuat anak-anak sangat tertekan dan tidak menikmati proses ujiannya. Proyek dalam bentuk buku elektronik ini juga pastinya akan sangat bermakna bagi murid. Selain melatih kemampuan mereka untuk menulis dan melakukan penelitian sederhana terkait topik SDG yang mereka pilih, mereka juga nantinya dapat menyimpan buku ini sebagai bagian dari portofolio mereka. Saat pertemuan orang tua ini, sekolah juga menyampaikan bahwa hasil dari buku elektronik nantinya akan di presentasikan pada kegiatan MSL (Mission Service Learning) yang dihadiri oleh murid dari 10 sekolah di wilayah Tomohon Tengah.

Satu hal lagi yang dilakukan sebelum pelaksanaan Ujian Sekolah, murid diberikan pelatihan dalam mendesain buku elektronik. Terdapat dua platform yang digunakan oleh murid selama pengerjaan proyek ini yaitu, Canva (menulis dan mendesain) dan E-Book Creator (mengemas proyek menjadi buku elektronik) Pelatihan ini dilakukan selama satu minggu oleh dua guru yang mumpuni pada bagian ini.

Sejauh ini respons dari murid sangat menikmati apa yang mereka kerjakan. Guru-guru dapat melihat kompetensi yang harus dimiliki murid pada abad 21 yang biasa disebut 4C, Collaboration (Kolaborasi) yang dilakukan bersama teman-teman dalam kelompoknya saat sedang mengerjakan proyek ini. Communication (Komunikasi) yang terjadi antar murid, guru, dan orang-orang di sekitarnya saat melakukan survei dan wawancara. Creative Thinking (Berpikir Kreatif) dan Critical Thinking and Problem Solver (bernalar kritis dan menyelesaikan masalah) dapat diasah saat murid menganasis berbagai masalah yang ditemui dari hasil wawancara dan survei, mereka diminta untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut dengan memberikan solusi yang mereka mampu pikirkan dalam buku elektronik mereka.

Pelaksanaan proyek bagi guru dan murid adalah sebuah proses yang membutuhkan tenaga dan waktu lebih banyak dalam penyelesaiannya. Namun saya melihat bagaimana rekan-rekan guru tetap semangat bahkan semakin antusias saat murid-murid dengan semangat berdiskusi dengan guru. Betul ada beberapa siswa yang kesulitan selama proses dan butuh bantuan dari guru, tetapi semangat yang mereka tunjukkan memberikan energi baru bagi saya dan rekan-rekan guru pembimbing lainnya. Dalam evaluasi diri dan umpan balik yang diberikan kepada murid setelah proyek berakhir, mereka mengakui bahwa mereka menemukan kesulitan selama proses pengerjaan proyek, tetapi mereka menikmatinya dan banyak belajar dari sana. Mereka sadar bahwa mereka perlu meningkatkan komunikasi, kerja sama, dan manajemen waktu. Bahkan semua dari mereka juga setuju dan merekomendasikan bentuk ujian sekolah ini untuk diberikan kepada adik tingkat mereka tahun depan karen mereka menemukan bahwa bentuk ujian ini bermanfaat bagi mereka.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top