Makanan Yang Mengandung Karbohidrat Itu Bukan Hanya Nasi, Loh. Ayo, Kita Uji

Makanan yang Mengandung Karbohidrat Itu Bukan Hanya Nasi, loh. Ayo, Kita Uji

Erlina Anriani Siahaan

Menghadapi murid pasca pandemi, yang tidak dapat kita pungkiri mengakibatkan loss learning, memang menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Saya seorang guru yang bertugas di SMP Negeri 4 kota Pematangsiantar, dan saya mengalami hal tersebut.

Murid kehilangan minat belajar, kepedulian dan empati murid yang juga sangat menurun, serta kemampuan lulusan yang dihasilkan kelas daring selama pandemi Covid-19 juga jauh dari yang diharapkan. Hal ini memaksa guru harus beradaptasi dengan kebiasaan baru, termasuk dalam menyajikan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, diperlukan strategi-strategi dan upaya baru dalam transisi pendidikan yang adaptif sesuai prinsip merdeka belajar.

            Saya mengampu mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di kelas VIII. Ketika masuk di kelas untuk materi Sistem Pencernaan pada Manusia, tepatnya pada pertemuan pertama yang mengulas tentang topik Zat Makanan dan Uji Bahan Mahakanan, seperti biasa saya selalu mengadakan pretest untuk mengetahui pengetahuan dasar murid.

Saya selalu mencoba mengetahui kemampuan dasar murid agar saya dapat memberikan pembelajaran sesuai kebutuhan belajar mereka untuk memberikan penguatan sesuai prinsip merdeka belajar. Oleh karena itu, saya mencoba memberikan assessment sesuai topik pelajaran. Ketika saya meminta mereka menyebutkan 3 contoh makanan yang mengandung karbohidrat, sebagian besar murid saya hanya mampu menyebutkan satu saja, yaitu nasi. Meskipun ada beberapa yang mampu menyebutkan ubi dan kentang, tetapi di antara mereka bahkan ada yang tidak tahu sama sekali apa itu karbohidrat, padahal mereka mengonsumsi nasi setiap hari.

Saya berpikir ini merupakan hal yang sangat meresahkan bagi saya sebagai seorang guru, sebab bagaimana mereka akan menguasai kompetensi pembelajaran berikutnya, jika untuk mengidentifikasi karbohidrat saja mereka tidak mampu. Hal ini membuat saya memikirkan bagaimana caranya agar saya dapat menciptakan kelas yang selain menghadirkan pengalaman belajar yang membuat murid benar-benar mengalami pembelajaran, juga membuat murid mengusai kompetensi yang seharusnya mereka kuasai, yaitu bagaimana mereka mampu mengidentifikasi makanan apa saja yang mengandung karbohidrat dan tentu saja dengan cara menarik dan menyenangkan.

Saya sebagai guru mencoba merancang ide yang dapat merangsang anak untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran kreatif dalam penemuan cara pengidentifikasian bahan makanan apa saja yang mengandung karbohidrat dengan metode praktik, tetapi dengan memanfaatkan alat dan bahan yang sangat mudah ditemukan, bahkan mereka bisa memanfaatkan apa yang ada di rumah mereka masing-masing.

Sasarannya, saya ingin menyajikan pengalaman belajar semaksimal mungkin kepada murid.  Hal ini sesuai dengan implementasi penguatan profil pelajar pancasila berbasis projek. Projek penguatan profil pelajar Pancasila adalah sebuah pendekatan pembelajaran melalui projek dengan sasaran utama mencapai dimensi profil pelajar Pancasila.

Praktikum Sederhana Uji Karbohidrat, yuk

Kebetulan saya mempunyai murid sebanyak 30 orang di kelas. Saya lalu membagi murid ke dalam 6 kelompok setelah terlebih dahulu mengetahui kemampuan dasar masing-masing murid dan saya mencoba menyeimbangkan kemampuan belajar masing-masing kelompok, hal ini saya maksudkan agar dalam kegiatan praktik murid dengan kemampuan yang lebih tinggi bisa menjadi tutor sebaya kepada teman-temannya yang memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah, sehingga bisa saling melengkapi.

Saya lalu meminta mereka menyiapkan alat dan bahan yang mereka bisa temukan dengan mudah di lingkungannya masing-masing.

Alat dan bahan praktikum tersebut yaitu:

  1. Betadine (iodine)
  2. Kertas HVS sebanyak 6 lembar/bisa digantikan dengan kertas apa saja.
  3. Beberapa bahan makanan (tahu, irisan kentang, putih telur, nasi putih, biskuit, dan gula pasir)

Langkah-langkah praktikumnya yaitu:

            Bahan makanan masing-masing disusun di atas kertas, lalu di atasnya diteteskan betadine sebanyak dua tetes masing-masing untuk setiap bahan makanan yang akan diuji. Setelah itu, saya meminta murid mengamati bagaimana perubahan warna bahan makanan setelah diberi betadine.

Saya memberi waktu kepada murid menuliskan hasil pengamatan mereka dengan berdiskusi. Saya lalu meminta perwakilan setiap kelompok membacakan hasil pengamatan yang mereka temukan.

            Dari hasil pengamatan itu murid menemukan hasil perubahan warna sebagai berikut:

  1. Tahu berwarna kuning kecoklatan/cokelat muda.
  2. Kentang berwarna kehitaman.
  3. Putih telur menjadi berwarna kuning kecokelatan/cokelat muda.
  4. Nasi putih menjadi berwarna kehitaman.
  5. Biskuit mengalami perubahan warna menjadi kehitaman.
  6. Gula pasir mengalami perubahan warna kuning kecokelatan/cokelat muda.

Selama praktikum, saya bisa melihat alangkah gembiranya mereka mengamati setiap perubahan warna yang mereka amati, dan saya melihat minat mereka untuk mengetahui perubahan warna tersebut juga besar. Selama praktikum, murid saya tampak antusias mencatat apa-apa saja yang mereka amati untuk setiap bahan makanan yang mereka amati. Saya lalu mengajak mereka berdiskusi dan murid menyimpulkan ada dua perubahan warna yang terjadi, yaitu kuning kecokelatan/cokelat muda dan kehitaman.

Sebab murid semula telah mengetahui bahwa nasi adalah karbohidrat, mereka mulai menebak apakah memang yang menunjukkan perubahan warna senada juga adalah karbohidrat? Dan setelah mereka berdiskusi dengan teman sesamanya, dan dengan sendirinya mereka juga membaca buku mereka dan mereka mulai menarik kesimpulan masing-masing di dalam kelompok mereka.

Dari hasil percobaan, murid-murid saya mampu menyimpulkan bahwa beberapa bahan makanan praktikum mengandung karbohidrat, seperti kentang, nasi putih, dan biskuit. Dan beberapa bahan makanan tidak mengandung karbohidrat yaitu tahu, putih telur, dan gula pasir. Saya memberikan apresiasi kepada setiap murid yang berani menjadi perwakilan kelompoknya.

Saya sangat senang melihat antusiasme mereka. Saya lalu menjelaskan bahan makanan ketika diberi iodine atau betadine akan mengalami perubahan warna menjadi kehitaman. Perubahan warna ini terjadi karena amilum pada karbohidrat akan menjadi berwarna hitam ketika ditetesi iodine, sementara iodine yang ada di rumah, terdapat pada betadine. Dan murid saya mampu mengidentifikasi warna kuning kecokelatan/cokelat muda yang ditunjukkan oleh bahan makanan yang ditetesi betadine tidak lain adalah warna betadine itu sendiri.

Murid saya menjadi paham bahwa pengujian kandungan karbohidrat pada bahan makanan tidak harus dilakukan di laboratorium dengan bahan-bahan kimia di dalam botol-botol kaca, tetapi juga dapat mereka lakukan sendiri di rumah, dengan bahan seadanya, dan tentu saja pengalaman belajarnya menyenangkan dan pemahaman konsepnya akan melekat dalam ingatannya.

Setelah melakukan pembelajaran, saya berpikir sebenarnya keterlibatan murid dalam menentukan arah diskusi dan pengambilan keputusan masih harus lebih optimal, sesuai dengan prinsip merdeka belajar yang memandu murid bukan hanya menguasai konten, tetapi menguasai konsep dan menghubungkannya dengan proyek kolaborasi antar murid yang bukan sekadar tugas secara tekstual.

Hal lain, akan jauh lebih baik jika saya mampu menemukan inovasi bahan lain yang mudah ditemukan murid sehingga mereka tidak hanya menguji kandungan karbohidrat saja tetapi kandungan lain seperti protein, lemak, dan sebagainya. Projek penguatan profil pelajar Pancasila menuntut bagaimana saya sebagai guru mampu melatih murid untuk menggali isu dan apa yang ia amati di lingkungan sekitar dan berkolaborasi menemukan konsepnya. Ke depan, ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya sebagai guru bagaimana menggalinya lebih jauh lagi. Barangkali saya akan mencoba metode penguatan projek yang lebih menantang murid lebih mengamati lingkungan sekitarnya.

Pelajaran yang saya dapat dari praktik baik yang saya lakukan ini adalah:

  1. Murid perlu diberdayakan sesuai dengan kodrat yang mereka miliki dan sebagai guru, saya harus memantiknya.
  2. Saya sebagai guru tidak dapat menuntut murid mengetahui konsep dasar, tetapi bagaimana saya sebagai guru membuat murid menguasai konsep tersebut dengan tujuannya untuk membuat murid bahagia mengikuti pembelajaran.
  3. Praktik baik tidak melulu harus wah dan memerlukan biaya besar, atau harus didukung oleh sarana prasarana sekolah, tetapi berdayakan apa yang ada, manfaatkan semaksimal mungkin, dan mengajak murid belajar menyenangkan.
  4. Saya sebagai guru harus menghamba untuk terus berinovasi mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada murid, sehingga mereka bahagia sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya.

Sebab saya yakin, teacher is a learner ….

Salam takzim, Erlina Anriani Siahaan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top