Luncurkan Buku, Guru Penulis Ini Ungkap Pentingnya Pendidik Terapkan Ragam Asesmen

Sekitar 1000 guru hadir dalam peluncuran buku “Merayakan Asesmen Merdeka Belajar” yang diterbitkan oleh Cerita Guru Belajar (CGB) pada Selasa (05/04/2022) secara daring melalui aplikasi Zoom.

Buku yang ditulis oleh Najelaa Shihab, Bukik Setiawan, dan puluhan penggerak merdeka belajar tersebut berisi cerita praktis pengalaman guru dan kepala sekolah menerapkan asesmen yang berpihak pada murid.

“Dulu sebelum tahu bahwa asesmen itu banyak ragamnya, guru-guru fokus pada asesmen yang fungsinya menguji apakah murid sudah menguasai suatu materi. Jadi di kelas itu terasa monoton, diskusi tidak bergairah,” ungkap Githa Gandi, kepala sekolah SD Vidya Karuna Denpasar.

Pendidik yang juga turut menceritakan praktik baiknya di buku “Merayakan Asesmen Merdeka Belajar” tersebut mengatakan, asesmen seperti ulangan atau ujian sebenarnya juga menyulitkan guru. Pasalnya, guru kurang dapat mengevaluasi proses belajar yang kurang, apakah cara mengajar, media yang kurang sesuai dengan kebutuhan murid, atau faktor lainnya.

“Kemudian ada satu momen yang membuat saya berpikir dan bergerak bahwa asesmen berbasis soal atau berbasis hafalan tidak dapat merepresentasikan kemampuan murid seutuhnya. Waktu itu ada satu murid saya yang cukup interaktif di kelas, namun saat asesmen, yaitu ulangan, nilai dia kurang,” kata Githa.

Hal itu membuat Githa yakin bahwa dia harus mencari cara lain agar asesmen bisa mengevaluasi semua proses belajar di kelas. Dengan menerapkan ragam asesmen, terang Githa, guru dapat menyesuaikan kebutuhan murid.

Dia mencontohkan salah satu jenis asesmen yaitu asesmen berbasis kinerja yang membuat murid tahu bagaimana mengukur capaian belajarnya sendiri. Asesmen tersebut, kata Githa, terdapat rubrik yang mendorong murid untuk mandiri berefleksi. 

“Ada banyak ragam asesmen lain yang bisa diterapkan oleh guru. Sebelumnya saya belajar ragam asesmen ini dari modul-modul Siap Asesmen Nasional yang disediakan Kampus Guru Cikal. Sudah saya praktekkan lalu saya ceritakan pengalaman saya di buku itu,” tutur Githa.

Adelia Anggraini, ketua CGB, menjelaskan, ada lima topik praktik baik asesmen yang ada di buku “Merayakan Asesmen Merdeka Belajar”, yaitu pameran karya, asesmen diagnosis, asesmen formatif, asesmen sumatif, dan asesmen untuk pengembangan sekolah.

Dia berharap, akan ada banyak ruang diskusi yang dipelopori oleh pendidik sendiri untuk membahas miskonsepsi asesmen maupun berbagai praktik baik asesmen.

“Ayo bagikan cerita praktik baik Bapak/Ibu ke seluruh nusantara agar tidak ada lagi murid yang menderita belajar. Agar semakin banyak murid yang merdeka belajar. Kalau Bapak/Ibu masih bingung bagaimana cara menulis praktik baik, kami di CGB siap membantu dan mendampingi Bapak/Ibu,” kata Adel, sapaan akrabnya.

Adel menjelaskan, CGB akan memfasilitasi pendidik untuk saling berbagi praktik baik melalui Surat Kabar Guru Belajar. Setelah itu, praktik baik juga bisa diceritakan ke ribuan pendidik lainnya dalam Temu Pendidik Nusantara, sebuah konferensi tahunan yang melibatkan seluruh stakeholder pendidikan. (YMH)

Peluncuran buku “Merayakan Asesmen Merdeka Belajar” telah diliput oleh Radar Pekalongan (klik di sini) dan Harian Haluan (klik di sini).

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top