Lihat Kebunku, Strategi Merdeka Belajar untuk Anak Usia Dini
AWAL
Awal mula yang memicu saya untuk membuat strategi pembelajaran ini karena pada awal pembelajaran dikarenakan beberapa siswa yang masih malas belajar, dan mengalami learning loss sebagai akibat dari pandemi yg berkepanjangan. Mereka cenderung dimanjakan oleh keadaan sehingga kecakapan diri dalam menghadapi hidupnya belum tercapai. Dan saat di kelaspun mereka lebih senang berbicara sendiri dengan temannya dan kurang tertarik dengan pembelajaran yang saya sampaikan. Profil siswa sebagian besar berasal dari kalangan menengah yang orang tuanya sibuk bekerja dan kurang memiliki waktu menemani belajar di rumah. Harapan awal saya terhadap murid adalah mereka dapat bekerja sama, mandiri, dapat bertanggung tanggung jawab dan senang mengikuti pembelajaran saya baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
TANTANGAN
Tantangan yg saya alami pada saat mengajar adalah kurangnya pemahaman orang tua mengenai karakter anak serta minat dan potensi yang dimiliki. Selain itu, tidak banyak orang tua yang memahami capaian perkembangan usia anak sehingga terkesan membiarkan anak tumbuh dan berkembang sendiri dengan mengandalkan apa yang diajarkan guru di sekolah saja. Materi pembelajaran banyak yang belum anak kuasai karena adanya kurangnya minat belajar. Anak juga jarang mengumpulkan tugas selama BDR (belajar dari rumah) dan nilai akhlak anak juga berkurang karena kurangnya pembiasaan secara konsisten dan terus menerus dari orang tua di rumah.
Kondisi di lapangan yg saya hadapi adalah dampak pandemi covid 19 kemarin..banyak murid yang masih bergantung dari orang tuanya ( belum mandiri), sulit menyesuaikan diri dg guru dan lingkungan belajar dikelas, malas belajar, materi pembelajaran banyak yang belum anak kuasai karena kurangnya minat belajar siswa dikelas, mereka lebih senang bermain sepanjang hari, Selain itu, orang tua lebih banyak waktunya mengurus pekerjaan mereka ketimbang menemani anak belajar dirumah jadi terkesan membiarkan anak tumbuh dan berkembang sendiri hanya dengan mengandalkan apa yang diajarkan guru di sekolah. Materi pembelajaran banyak yang belum anak kuasai karena adanya kurangnya minat belajar. dan yang paling menyedihkan adalah akhlak moral anak juga banyak yang belum sesuai harapan karena kurangnya pembiasaan secara konsisten dan terus menerus dari orang tua di rumah
AKSI
Setelah saya mengidentifikasi masalah yg saya hadapi di kelas, saya mulai membuat strategi pembelajaran baru yang lebih fresh, menyenangkan dan menantang bagi anak untuk belajar. Saya mulai membuka wawasan dan menggali informasi tentang kurikulum baru merdeka belajar dan mulai mengaplikasikan langsung di kelas saya tanpa berpikir panjang dan takut salah. Hal ini karena saya ingin memulai berubah dan bisa merubah murid saya sesuai dengan tujuan pembelajaran yg sudah ditetapkan.
Satu yang membuat saya yakin bahwa murid saya pasti bisa berubah bila mereka sudah nyaman dengan saya jadi saya mulai memakai strategi bermain sambil belajar. Contohnya saat belajar konsep lebih besar dan lebih sedikit saya buat menjadi games. Saat belajar menulis, saya ajak murid untuk ke halaman atau ke kebun dan membawa kertas tanpa memberitahu mereka kalau mau saya ajak menulis karena mereka sangat tidak menyukai menulis dan berhitung.
Setelah saya ajak ke halaman, mereka saya minta mengamati makhluk hidup yang ada di sana. Setelah itu, saya mulai memberikan pertanyaan pada mereka seperti ”Anak-anak coba lihat di sana ada tanaman apa ya. Yuk coba kita liat daunnya, besar apa kecil ya? Sebutkan tanaman yg daunnya besar, kcil, lonjong dan sebagainya.” Dan seketika itu mereka tidak menyadari bahwa mereka telah belajar banyak materi, seperti berhitung pohon, mengambil buah dan menghitungnya lebih banyak dan lebih sedikit. Selain itu, mereka belajar fisik motorik dengan melompat dan berjinjit saat mengambil buah belimbing di kebun. Dan juga mereka tidak sadar mau menulis huruf dengan sendirinya padahal saya hanya memberikan instruksi ringan seperti ini “Siapa ya yang tahu huruf dalam kata mangga, buah, kangkong, dan sebagainya.” Setelah melakukan aktivitas di kebun, saya mengajak murid saya untuk refleksi bersama. Saya juga memberi beberapa umpan balik kepada mereka.
PERUBAHAN
Perubahan yang saya lihat murid adalah mereka menjadi senang mengamati, bertanya dan berpikir kritis dengan hal-hal baru yang dilihat di sekitarnya. Pengetahuan tentang materi pembelajaran tentang tanaman semakin bertambah. Lebih dari itu, saat di rumah, mereka juga senang membuat vlog tentang materi yang sudah diajarkan. Orangtua juga mulai sadar dan membantu serta mau memfasilitasi belajar anak. Mereka juga lebih memperhatikan tercapainya capaian pembelajaran dan tugas perkembangan usia siswa. Bagi diri saya sendiri, saya lebih sering melakukan refleksi agar aktivitas pembelajaran berikutnya lebih menyenangkan.