CERITA PRAKTIK BAIK
LAYANAN KONSELING ONLINE BERDAMPAK PADA PENGENTASAN MASALAH MURID
Oleh Riril Ariani, S.Psi
(Guru BK pada SMPN 3 Jember)
Adanya pandemi covid, merupakan masa di mana proses pembelajaran mengalami perubahan yang drastis. Dari sisi murid, tidak lagi ke sekolah sehingga pembelajaran dilakukan di rumah (daring). Pengawasan terhadap proses pembelajaran lebih banyak pada orang tua. Dengan perubahan ini, tidak hanya murid yang mengalami perubahan namun juga para orang tua mengalami perubahan bahkan banyak yang mengalami kesulitan terutama dalam pengawasan belajar. Orang tua yang mau tidak mau harus berperan ganda sebagai guru juga sebagai orang tua mereka, kadang membuat mereka menjadi stres dan kalang kabut karena perubahan tersebut. Dampaknya murid menjadi stres berada di rumah, tidak hanya karena mereka terbatas ruang geraknya karena terbatas untuk keluar rumah, namun karena perlakuan orang tua mereka yang justru membuat murid saya terbebani saat berada di rumah. Dari hasil angket ungkap masalah diketahui bahwa enam puluh empat persen murid mengalami stres berada di rumah dan mengalami malas belajar.
Hasil telusur angket diketahui bahwa murid saya yang mengalami stres dikarenakan bullying dari orang tua terhadap anak meningkat. Reaksi berlebihan orang tua terhadap murid saya yang dilepaskan dari rasa amarah dan frustasi orang tua. Dampak yang terlihat adalah murid saya semakin tidak nyaman berada di rumah dan semakin terpuruk saat berada di rumah. Hal ini dibenarkan oleh ibu Ayu selaku wali murid dari Muhammad Farid. “saya mudah emosi bu, anak tidak mau belajar hanya main HP terus. Saat dibangunkan susah. Jadi saya sering marah-marah ke dia bahkan pernah saya siram air saking jengkelnya saya”, kata ibu Ayu.
Dari hasil penelusuran tersebut saya selaku guru BK di sekolah berupaya untuk membantu setiap murid agar berkembang secara optimal. Terutama dalam pengentasan masalah, peran BK bertujuan untuk membantu konseli (murid) menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Masalah yang terjadi di saat pandemi adalah kedekatan antara konselor (guru BK) dengan murid berkurang dengan adanya pembelajaran daring. Kepercayaan yang seharusnya terjalin sangat berkurang karena intensitas pertemuan yang minim bahkan hanya melalui online saja (whatsapp, instagram, google meet). Kesulitan saya untuk menyelami dan mengentaskan masalah murid adalah kepercayaan dari murid. Saat melakukan konseling secara online, murid tidak terbuka dalam menyampaikan masalah yang dialami. Jawaban murid terbatas dan kurang bisa maksimal dalam layanan konseling. Kegiatan home visit juga tidak bisa dilakukan mengingat masa pandemi yang membatasi ruang gerak saya.
Keterbatasan ini membuat jarak antara saya sebagai guru BK dan murid saya. Murid dengan masalah yang dialami baik itu masalah pribadi, masalah belajar, masalah sosial dan masalah kariernya yang belum terentaskan membuatnya semakin terpuruk. Sedangkan masalah yang mereka alami harus segera diselesaikan justru ditekan bahkan diacuhkan karena tidak ada yang membantu masalah murid, yang justru membuat murid depresi. Masalah belajar yang drastis berubah karena dituntut mandiri dalam belajar, mereka harus bisa membagi waktu antara sekolah, bermain dan menjalankan aktivitas lain yang banyak membuat mereka syok. Tugas-tugas dari guru mata pelajaran yang tidak didukung oleh kemampuan murid dan orang tua, membuat murid saya semakin terpuruk dalam belajar. Belum lagi masalah pribadi dan sosial mereka yang juga perlu diatasi.
Adanya tantangan ini, saya selaku guru BK berharap dapat meringankan beban mereka. Dengan melakukan banyak pendekatan melalui google meet, saya manfaatkan melakukan layanan BK yang menyenangkan. Dengan banyak permainan dan tentunya tujuan dari layanan BK tercapai. Pendekatan kepada murid melalui sarana whatsapp grup dan pribadi saya manfaatkan. Layanan BK tidak saya batasi selama jam sekolah saja namun di luar itu saya perbolehkan. Harapannya adalah murid saya semakin percaya kepada guru BK dan tanpa dipaksa, murid berkonsultasi secara mandiri kepada saya selaku guru BK ketika ada hambatan atau masalah. Namun, kenyataannya layanan konseling tidak banyak direspon oleh mereka. Hanya beberapa murid saja yang secara mandiri berkonsultasi dan menggunakan layanan konseling pribadi online.
Kepercayaan yang saya bentuk ternyata masih belum cukup. Tantangan tersebut menuntut saya untuk membuat promosi gencar dalam melakukan layanan konseling. Promosi yang saya lakukan adalah membuat pamflet online yang saya kemas secara menarik untuk disebarkan di grup murid. Tidak hanya itu saja, promosi saya lakukan melalui media sosial yang saya miliki, yaitu melalui grup whatsapp, melalui instagram yang saya miliki. Harapannya adalah dengan promosi layanan konseling online dapat memberikan solusi atas masalah yang sedang dialami.
Promosi yang saya berikan harus saya lakukan secara terus menerus dan saya lakukan secara konsisten agar murid saya percaya dan yakin bahwa guru BK adalah sahabat mereka baik dalam suka, gembira bahkan saat mereka mengalami masalah atau kendala dalam kehidupannya.
Sekitar satu bulan, layanan konseling mengalami kenaikan drastis. Sebelum adanya promosi yang gencar, hanya ada beberapa murid saja yang memanfaatkan konseling. Namun, setelah adanya promosi tersebut, murid berbondong-bondong melakukan konseling. Mereka banyak bercerita tentang masalah yang sedang mereka hadapi terutama stres berada di rumah. Masalah terbesar dari mereka adalah orang tua yang kurang memahami mereka. Terlalu banyak tuntutan dari mereka, sehingga kesulitan dalam menjalankan aktivitasnya secara normal.
Dengan adanya layanan konseling online, murid merasa terbantu atas masalah mereka. Meskipun kadang kala, saya selaku guru BK hanya mendengarkan keluh kesah mereka, namun mereka sudah merasa lega dan terentaskan masalahnya karena ada orang lain yang memahaminya. Saya memperlakukan mereka seperti sahabat. Tanpa menghakimi dan menyalahkan mereka, namun menuntun mereka menemukan solusi atas masalah mereka sendiri.
Saya berharap dengan adanya layanan konseling online ini, dapat membantu mengentaskan masalah mereka secara mandiri. Saya bersyukur bahwa program yang saya berikan dapat berdampak bagi murid saya. Antusias murid saya akan layanan konseling semakin meningkat. Dan, konotasi jelek kepada guru BK sebagai polisi murid dapat terelakkan. Tentu saja ketika melakukan konseling, selalu menambahkan evaluasi dari murid saya. Dan tanggapan mereka akan konseling sangat positif. Seperti yang diungkapkan oleh Raras,.
” Kenapa tidak dari dulu ada konseling bu jadi masalah saya segera selesai.” , komentar Raras.
Kata Naura, “saya lega karena masalah saya ada bu guru”. Murid merasa dapat didengarkan dan diterima oleh orang lain ketika melakukan konseling.
Tentunya dalam menjalankan layanan konseling tidak sendirian, karena peran guru mata pelajaran dan peran orang tua sangat diperlukan. Koordinasi dengan mereka sangat diperlukan, tentunya saat murid membutuhkan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan guru mata pelajaran di sekolah ataupun masalah yang berhubungan dengan orang tua. Tentunya dengan seijin murid ketika menyelesaikan masalah mereka. Bahwa mereka memiliki ruang dan privasi tersendiri yang kita sebagai guru BK harus dapat menghormatinya.
Dari layanan konseling yang saya berikan tentu saja masih banyak kekurangannya, dari segi waktu dan keterbatasan saya pribadi. Namun. Dengan itikad yang saya berikan mudah-mudahan dapat memberikan layanan secara penuh kepada murid yang membutuhkan bantuan saya. Dan, kesan murid terhadap konseling online positif dan disambut baik oleh mereka. Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi yang memandang perlu adanya konseling dan juga murid merasakan dampak positif setelah melakukan konseling.