Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP) adalah dokumen yang memuat seluruh rencana proses belajar yang diselenggarakan di satuan pendidikan, sebagai pedoman seluruh penyelenggaraan pembelajaran. Dokumen ini daat menunjukkan berbagai informasi penting tentang sebuah Satuan Pendidikan (sekolah).
Kurikulum operasional dikembangkan dengan mengacu kepada struktur kurikulum dan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah dan menyelaraskannya dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan, dan daerah. Berkaitan dengan penyusunan dokumen Kurikulum Operasional ada beberapa keresahan yang cukup mengganggu pemikiran saya selama ini, yaitu :
- Penyusunan KOSP (dulunya bernama KTSP atau Dokumen 1) hanya melibatkan Tim Pengembang Kurikulum (yang ditunjuk oleh sekolah ; biasanya terdiri dari kepsek, wakasek kurikulum dan beberapa guru senior), namun dalam panduan Kurikulum Merdeka, keterlibatan berbagai pihak (guru, murid, orangtua, mitra sekolah, masyarakat, dll) sangat diharapkan untuk melengkapi berbagai masukan untuk sekolah
- Proses penyusunan KTSP hampir tidak pernah direview secara berkala dan berkelanjutan, sehingga belum terlihat bagaimana sebuah Satuan Pendidikan melakukan perbaikan dan pengembangan programnya secara utuh. Format yang ada sekarang hanya digunakan sebagai syarat administratif ke Dinas Pendidikan setempat, dan belum digunakan sepenuhnya untuk proses perbaikan sistem dalam sekolah.
- Dalam konteks isi KTSP, terdapat berbagai standar yang berlaku nasional, seperti pencapaian standar lulusan dan standar kelulusan. Semua standar ini tidak mempertimbangkan berbagai hal unik Satuan Pendidikan secara khusus maupun hal khas tentang suatu daerah secara umum. Selama beberapa puluh tahun, terjadi celah perbedaan antara kualitas pendidikan di Jawa dan Luar Jawa karena semua hanya bertumpu pada 1 standar besar yang sama, tanpa memperhatikan berbagai perbedaan dan keunggulan.
Tantangan terbesar dalam penyusunan KOSP adalah proses refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan visi misi sekolah serta berbagai prosedur pengelolaan sekolah. Perubahan paradigma dalam pengembangan kurikulum, menyebabkan perubahan juga dalam melihat keseluruhan proses penyusunan KOSP. Saya meyakini bahwa perubahan jaman dan generasi, menyebabkan sebuah Satuan Pendidikan perlu melakukan intropeksi secara mendalam terhadap sistem didalamnya. Sebagai contoh misalnya, selama ini sekolah hanya melaksanakan proses KBM (kegiatan belajar mengajar) di kelas saja dan hanya bertumpu pada 1 buku paket, namun dalam IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka), guru dituntut melakukan pembelajaran berbasis projek yang memungkinkan murid belajar diluar kelas / sekolah dan mendapatkan berbagai referensi belajar, misalnya mengundang profesional / tokoh masyarakat untuk berbagi cerita tentang hal tertentu. Hal ini tentunya membuat paradigma guru juga perlu berubah.
Selain itu, dalam panduan penyusunan KOSP, terdapat hal baru yang sangat menarik untuk dilakukan dan menjadi tantangan semua pihak, misalnya Konsep Penguatan Projek Profil Pelajar Pancasila. Konsep pembelajaran ini dilakukan secaea lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya. Projek ini harapannya dapat menginspirasi murid untuk memberikan kontribusi dan dampak bagi lingkungan sekitarnya.
Dalam proses penyusunan KOSP, Sekolah Cikal Surabaya mencoba menerapkan berbagai strategi agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan IKM. Banyak hal yang sudah kami lakukan sejak lama, seperti pembelajaran berbasis projek, pembelajaran kontekstual, pembelajaran tematik / integrasi, pembelajaran diferensisasi, dll namun tetap perlu dilakukan beberapa penyesuaian. Inti dari penyusunan KOSP menurut kami adalah kesiapan sekolah dalam menyiapkan data-data yang diperlukan, sehingga proses refleksi dan evaluasi dapat dilakukan dengan utuh.
Beberapa hal yang sudah kami lakukan misalnya :
- Berpusat pada peserta didik → memenuhi keragaman potensi, kebutuhan perkembangan dan tahapan belajar,
Kami perlu merencanakan berbagai hal berkaitan dengan pengumpulan data, berupa :
- Karakteristik Murid (hasil pencapaian nilai raport, hasil prestasi murid, gaya belajar murid, aktifitas pembelajaran yang disukai, hasil psikotes murid, dll)
- Karakteristik Orangtua (tingkat ekonomi, tujuan menyekolahkan, harapan terhadap murid, dll)
- Karakteristik Guru (tingkat kompetensi, profil psikologis, profil gaya bekerja, dll)
- Kontekstual → menunjukkan kekhasan dan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, konteks sosial budaya dan lingkungan
- Karakteristik Sekolah (fasilitas sekolah, ragam mata pelajaran yang ditawarkan, ragam model pembelajaran dan asesmen, dll)
- Karakteristik Daerah (komunitas masyarakat sekitar, produk khas daerah, budaya khas daerah, dll)
- Akuntabel → berbasis data dan aktual.
Untuk data yang sifatnya kuantitatif, misalnya hasil pencapaian nilai raport , data dapat langsung diunduh dari sistem database report sekolah. Nilai ini dapat dijadikan salah satu tujuan sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran. Selain itu, sekolah menyiapkan berbagai survey untuk mengukur berbagai indikator kualitas pembelajaran. Survey ini ditujukan kepada murid (Sekolah Menengah) dan orangtua. Sekolah dapat secara fleksibel menentukan frekuensi survey, misalnya setiap 6 bulan. Durasi survey ini penting, karena dapat menjadi acuan buat sekolah untuk melakukan perbaikan secara berkala dan membandingkan hasilnya dari tahun ke tahun. Hasil survey menjadi penting, karena dapat dijadikan acuan (benchmark) dalam meningkatkan hal tertentu secara umum maupun khusus. Salah indikator yang ingin dilihat dalam survey misalnya kualitas guru dalam pembelajaran. Beberapa pertanyaan penting yang dapat dijadikan panduan untuk membuat indikator kualitas guru dalam pembelajaran, misalnya :
- Apakah guru menyampaikan dengan jelas tujuan dan indikator/kriteria keberhasilan pembelajaran ?
- Apakah guru menggunakan berbagai variasi pembelajaran dan jenis penilaian ?
- Apakah guru memiliki instrumen dan rubrik penilaian untuk setiap asesmen yang diberikan, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran ?
- Apakah guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap pendapat murid untuk memastikan murid memahami apa yang sedang dibahas ?
- Melibatkan berbagai pemangku kepentingan
Untuk data sifatnya kualitatif, sekolah dapat melakukan FGD (Focus Group Discussion). Untuk FGD internal, Sekolah dapat memilih 2 orangtua yang berpengaruh di tiap level kelas dan diundang untuk diskusi tentang berbagai aspek sekolah. Orangtua tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan, misalnya : sudah lebih dari 5 tahun menjadi wali-murid, mempunyai lebih dari 1 anak di sekolah, cukup aktif memberi masukan kepada sekolah, cukup aktif membantu sekolah menjadi narasumber, dll. FGD internal juga melibatkan beberapa guru dari berbagai level yang berbeda serta staf sekolah. Hal ini penting untuk melihat persepsi pihak internal, serta mendapatkan ide-ide baru yang mungkin terlintas untuk perbaikan sekolah. Pihak orangtua dan guru serta staf yang diundang dalam FGD merasa senang dilibatkan dalam proses penngembangan sekolah. Responnya sangat positif dan memberi masukan yang banyak.
Selain itu juga perlu melakukan FGD eksternal, misalnya masyarakat sekitar, narasumber yang pernah diundang sekolah, instansi yang pernah kita datangi, mantan wali-murid, alumni murid, dll. Masukan pihak eksternal juga sangat bernilai untuk pengembangan sekolah terutama juga mempertimbangkan kompetitor (sekolah lain). Aspirasi kedua pihak (internal dan eksternal) sangat membantu sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara umum.
Semua data yang telah terkumpul inilah yang dijadikan dasar oleh Tim Pengembang Kurikulum untuk menyusun semua bagian KOSP menjadi utuh dan lengkap. Data ini sifatnya valid dan reliabel karena melibatkan semua warga sekolah. Data ini akan terus diperbarui dan dikembangkan setiap tahun, karena tentunya perkembangan pendidikan akan terjadi secara dinamis. Beberapa hal penting yang dapat menjadi keuntungan dalam proses perbaikan yang berkelanjutan (continous improvement) misalnya :
- Semua pemikiran tentang perbaikan ini akan bertumpu pada pendidikan yang berpihak kepada anak / murid. Semua murid dalam sekolah akan mendapatkan proses pembelajaran terbaik dan selalu ter-update dan dinamis mengikuti perkembangan jaman dan kebutuhan mereka.
- Para guru sebagai garda depan pengembangan pendidikan juga mendapatkan umpan balik yang konstruktif dan berkala. Dengan menempatkan murid sebagai subyek, maka peningkatan kualitas guru menjadi sesuatu yang wajib dilakukan. Pengembangan kompetensi guru bukan lagi menjadi beban semata, namun sebuah tuntutan yang pasti.
- Sekolah juga mendapatkan umpan balik yang konstruktif dan berkala. Alokasi dana pengembangan kualitas sekolah juga berdasarkan masukan dan data yang valid dan reliabel. Sekolah dapat menempatkan berbagai prioritas pengembangan dengan tepat dan terarah
- Dinas Pendidikan dapat memberikan berbagai pendampingan sesuai kebutuhan sekolah. Tidak ada lagi pendampingan yang berlaku standar untuk semua, namun benar-benar sesuai kekhasan dan kebutuhan masing-masing sekolah. Dengan begini, semua sekolah dapat diarahkan menjadi sekolah unggulan sesuai visi dan misi masing-masing.