Sebagai seorang pendidik yang mempunyai jiwa kependidikan, wajib membudayakan praktik baik. melalui kanvas ATAP, saya akan menceritakan alur kegiatan budaya positif di sekolah saya.
AWAL: Sekolah saya adalah salah satu sekolah yang besar di kabupaten Luwu. Mendengar sekolah besar, akan terlintas di dalam pikiran seberapa banyak jumlah siswa. ya,,tentu saja jumlah siswa cukup banyak. Dengan jumlah siswa yang banyak, tentunya sejalan dengan banyaknya sampah yang bertebaran di halaman sekolah. Hal yang harus dilakukan adalah bagaimana supaya sampah tidak melambangkan banyaknya siswa.
Tantangan: Dalam menciptakan sekolah bersih, diperlukan kolaborasi dari siswa yang tergabung dalam sebuah organisasi. Setiap hari, mereka melakukan aksi bersih sekolah di halaman sekolah. Hal yang patut kita teladani, namun menciptakan kontra dari sebagian para guru ketika mereka telat masuk ke kelas karena harus membersihkan halaman sekolah terlebih dahulu.
Aksi: Setelah melihat proses yang cukup diintervensi oleh dilema etika, sebagai pembina organisasi, saya mengkomunikasikan dengan para guru agar diberikan kebijakan kepada siswa yeng melakukan aksi bersih sekolah. Selain siswa merasa aman dalam bekerja, guru juga sudah melakukan kolaborasi dalam budaya positif. Tantangan yang memang sangat romantis sehingga harus terjerumus ke dalam dilema etika.
Pelajaran: Satu hal yang patut kita garisbawahi bahwa dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan diperlukan kolaborasi terutama dalam akses budaya positif. Hal yang sepele terkadang kita menutup mata namun tidak disangka menciptakan hal yang penuh dengan bumbu-bumbu pahit. Olehnya itu, mari berkolaborasi dalam budaya positif sehingga mencipatakan suasana sekolah yang lebih nyaman demi terwujudnya profil pelajar pancasila.