Diawali oleh adanya peristiwa perkelahian di kelas namun tidak ada satupun siswa yang mau menceritakan kejadiannya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh teman-teman guru yang mengajar di kelas tersebut. Konon katanya yang terlibat perkelahian adalah salah satu siswa yang tidak segan untuk mengancam siapa saja supaya tidak menceritakan kejadian tersebut.
Saya merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah tersebut, bagaiamana cara mendapatkan informasi kejadian perkelahian itu? Mengapa tidak seorang pun siswa mau menceritakannya?
Tantangan tersebut membuat saya berpikir memutar otak mencari cara, berdiskusi dengan banyak pihak, menonton berbagai video pembelajaran, dan memperhatikan aksi-aksi nyata yang dibagikan teman-teman guru di platform merdeka mengajar.
Ide pun muncul, sy mencoba merancang sebuah bimbingan klasikal dengan metode bermain peran. Membuat skenario yang akan dimainkan oleh siswa di kelas, yang tanpa mereka sadari akan mengungkapkan peristiwa perkelahian yang masih misteri.
Awalnya saya membuat list kemungkinan-kemungkinan bagaimana hingga perkelahian tersebut terjadi. Siapa saja yang mungkin terlibat dalam peristiwa tersebut. Di mana kordinat peristiwa tersebut di dalam kelas.
Kemudian saya menentukan siapa memerankan siapa, sedapat mungkin mendekati pelaku aslinya dari peristiwa tersebut.
Luar biasa, ketika saya melakukan klasikal, siswa antusias mngikuti, dan adegan demi adegan terperankan dengan baik. Hingga pada adegan yang menurut saya paling mirip dengan peristiwa perkelahian, saya melontakan pertanyaan pemantik,
“Waktu perkelahian kemarin kan begini ya? ”
“Tidak pak,” Ujar banyak sisea yang sementara menunggu jatah adegannya.
Adegan pun berubah makin menyesuaikan dengan peristiwa aslinya.
Saya merekam semuanya seperti sedang membuat film. Rekaman tersebut kemudian saya jadikan bahan analisa. Kemudian memanggil siswa bersangkutan dan mengkonfirmasi kejadian perkelahian.
Klasikak selesai, melalui bermain peran saya berhasil mengungkap peristiwa perkelahian dalam kelas yang menjadi misteri karena tidak ada siswa yang mau menceritakannya.
Ternyata melalui bermain peran siswa terlenakan pikirannya hingga melengahkan kritikal area di sekitarnya